Miris, Siswa di Brebes Putus Sekolah Jelang Ujian Kelulusan
Ahmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.

Ahmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.

Miris, Siswa di Brebes Putus Sekolah Jelang Ujian Kelulusan
Mimpi Ahmad Faiq Mubaroq untuk menyandang status sebagai lulusan Madrasah Aliyah Negeri di Brebes harus kandas. Hal itu terjadi karena ia tak mampu membayar uang tunggakan SPP bulanan. Ia harus putus sekolah beberapa bulan jelang ujian kelulusan, tepatnya pada Desember 2022 lalu. Ahmad Faiq merupakan anak dari keluarga kurang mampu. Ia bersama keluarganya tinggal di sebuah rumah kontrakan di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Brebes.

Faiq tinggal bersama ibu dan adiknya. Sedangkan sang ayah merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah.
Sehari-hari Faiq membantu ibunya berjualan gorengan. Ia memilih putus sekolah karena malu belum membayar tunggakan uang SPP.
Selain itu uang gedung saat ia masih duduk di bangku kelas 10 juga belum dilunasi. Bahkan ia pernah mengerjakan ujian di luar ruang kelas karena menggunakan kartu ujian sementara. “Karena malu, takut. Takut dimarahi, dihukum, karena tidak dapat kartu ujian. Kalau SPP nunggak. Dihukum nggak, cuma waktu mau ujian saja diingatin. Ujian ikut, tapi paling nggak ada kartu. Pakainya kartu sementara,” kata Faiq dikutip dari YouTube Liputan6 pada Jumat (4/8).

Walaupun saat ini putus sekolah, di lubuk hatinya Faiq ingin melanjutkan sekolahnya kembali. Karena kondisi ekonomi yang sulit, orang tua Faiq tidak bisa membayar SPP Rp20.000 serta uang gedung.
Jangankan untuk bayar SPP, untuk makan sehari-hari saja mereka harus berutang pada tetangganya. Orang tua Faiq pernah mendatangi sekolah Faiq bersama suaminya untuk meminta keringanan. Namun pihak sekolah tetap memintanya untuk melunasi utang tunggakan SPP. “Dia nggak pernah cerita. Paling bilang, mah ada bayar ini. Saya bingung, dari mana uangnya?” kata ibu Faiq, Azizah, dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Sementara itu guru bimbingan konseling MAN 1 Brebes, Gusti Purwaningsih mengatakan bahwa pihak sekolah sudah memberikan toleransi bagi siswa yang tidak mampu. Ia mengatakan kalau di madrasah tersebut banyak siswa yang mendapatkan program Indonesia Pintar sehingga biaya sekolah digratiskan. “Yang seperti itu selalu kami usahakan. Ada dari KIP, Gerakan Guru Asuh, terus dari guru pribadi juga ada. Puncaknya yang kemarin, dengan pendampingan dari pemerhati pendidikan Bapak Haji Drs Surono Budimantoro ke sini, sudah selesai urusannya. Dan sudah belajar di Paket C,” kata Gusti Purwaningsih dikutip dari YouTube Liputan6.

Saat ini Ahmad Faiq Mubarok ingin melanjutkan sekolah guna mendapatkan ijazah tempat SMA dengan mengikuti sekolah kesetaraan atau Paket C sambil membantu ibunya berjualan gorengan.