Hanya Ingin Dapat DVD dari Bapaknya, Ini Kisah di Balik Kemenangan Gregoria Mariska Tunjung Bawa Pulang Medali Olimpiade 2024
Ketertarikan Gregoria Mariska Tunjung pada olahraga bulu tangkis bermula dari ketidaksengajaan. Gadis 24 tahun ini mengenal bulu tangkis dari bapaknya.
Gregoria Mariska Tunjung menyumbang medali pertama untuk Indonesia pada Olimpiade Paris 2024.
Gregoria meraih medali perunggu usai pebulutangkis asal Spanyol Carolina Marin tidak bisa meneruskan pertandingan saat melawan pebulutangkis asal China, He Bing Jiao, karena mengalami cedera.
Mundurnya Marin dari pertandingan otomatis membuat Gregoria berada di peringkat ketiga dan berhak mendapatkan medali perunggu pada olimpiade Paris 2024.
Pada babak semifinal yang digelar Minggu (4/8) waktu setempat, Gregoria kalah dalam rubber set melawan unggulan pertama asal Korea Selatan, An Se Young dengan skor 21-11, 13-21, dan 16-21.
Masa Kecil
Ketertarikan Gregoria pada olahraga bulu tangkis bermula dari ketidaksengajaan. Gadis 24 tahun ini mengenal bulu tangkis dari bapaknya.
Sejak kecil, Gregoria adalah sosok anak yang aktif berkegiatan fisik. Hal ini membuat orang tua Gregoria menyadari sang anak sulit fokus pada bidang akademik.
"Aku enggak bisa diem, sementara kalau belajar akademik kan diem duduk di satu tempat. Kayaknya orang tua menyadari kalau aku lebih condong ke olahraga," ujar Gregoria, dikutip dari YouTube Liputan6, Selasa (6/8/2024).
Saat itu, orang tua Gregoria mengenalkannya pada beberapa jenis olahraga. Seperti karate, voli, dan bulu tangkis.
"Saat kecil main sama bapak, kalau raket berhasil kena kok sampai lima kali, bapak akan ngasih satu DVD," jelas Gregoria,
Gregoria menceritakan, saat kecil ia hanya bermain badminton karena ingin mendapatkan DVD film yang dijanjikan bapaknya.
"Barbie, Disney, macame-macem. Motivasi aku main bulu tangkis saat kecil supaya dapat DVD baru terus," celetuk kekasih penyanyi Mikha Angelo ini.
Perjalanan
Saat kecil hingga remaja, Gregoria senang bermain bulu tangkis karena ia bisa bertemu banyak teman dari berbagai kota. Ia juga bisa mengunjungi kota-kota yang belum pernah dikunjungi sebelumnya karena pertandingan.
"Baru sadar bulu tangkis itu profesi saat masuk Pelatnas umur 15 tahun. Itu merasa lebih punya tanggung jawab," tutur Gregoria.
Kerja keras Gregoria berbuah manis. Dari waktu ke waktu, kemampuannya semakin meningkat dan prestasinya makin banyak. Ia dipercaya berlaga pada Olimpiade Tokyo 2020, namun gagal mendapat medali.
Empat tahun kemudian, Gregoria kembali jadi salah satu atlet kebanggaan Indonesia yang dikirim ke Paris untuk ikut Olimpiade 2024. Kali ini ia berhasil membawa pulang medali perunggu.
"Untuk saat ini, medali ini puncak pencapaian karena di bulu tangkis Olimpiade adalah pertandingan tertinggi. Aku harap aku tidak sampai di sini aja, semoga ke depan bisa dapat medali yang lebih berharga," harap gadis kelahiran Wonogiri Jawa Tengah ini.
Titik Terendah
Hidup seperti roda berputar, Gregoria pun pernah merasa ada di titik terendah.
Saat itu, ia ingin berhenti main bulu tangkis karena jenuh dan tidak punya prestasi. Apalagi sangat sedikit orang yang mendukungnya untuk terus bermimpi jadi atlet berprestasi. Ia pun merasa sangat sendirian.
"Bangkit karena diri sendiri, akhirnya berdamai dengan keadaan dan fase kehidupan. Akhirnya bisa lebih ringan memulai lagi di bulu tangkis, tanpa berekspektasi meraih prestasi apapun, tapi justru menemukan kecintaan lagi pada bulu tangkis," ungkap Gregoria.