3 Fakta di Balik Sebutan Wali Pitu Bali, Ternyata Berbeda dengan Status Wali Songo
Orang Bali awalnya tak mengenal istilah Wali Pitu.
Orang Bali awalnya tak mengenal istilah Wali Pitu.
3 Fakta di Balik Sebutan Wali Pitu Bali, Ternyata Berbeda dengan Status Wali Songo
Kisah para wali ditemukan di berbagai daerah. Jika Pulau Jawa memiliki Wali Songo, Pulau Bali juga memiliki Wali Pitu yang merujuk pada tujuh ulama yang berperan menyebarkan syiar Islam di wilayah setempat.
-
Siapa Wali Songo? Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan orang wali yang berperan dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
-
Apa metode Wali Songo? Setiap wali memiliki sebutan yang disesuaikan dengan tempat tinggal dan wilayah penyebarannya.
-
Mengapa wayang kulit Bali punya dua tema? Wayang kulit Bali memiliki dua jenis tema cerita yaitu spiritual dan hiburan.
-
Kenapa Situs Watu Pawon disebut Watu Pawon? Karena yoni tersebut letaknya miring, bentuknya tampak seperti tungku, yang dalam Bahasa Jawa disebut pawon. Itulah kenapa situs tersebut dinamakan Watu Pawon.
-
Bagaimana Wali Songo menyebarkan Islam? Para Wali Songo menyebarkan agama Islam dengan pendekatan budaya, yaitu memadukan seni budaya lokal dengan ajaran Islam.
-
Kenapa pura ini dijuluki "Bali-nya Cirebon"? Suasana kental khas agama Hindu di sana membuat pura ini kerap disebut sebagai Bali-nya Cirebon.
Beda dengan Wali Songo
Konon, masyarakat Bali dulunya tak mengenal istilah Wali Pitu. Mengutip ANTARA, Wali Pitu ialah istilah yang digunakan jasa travel untuk menyebut makam tujuh penyebar agama Islam di Pulau Dewata.
Istilah Wali Pitu berbeda dengan Wali Songo, dewan dakwah yang sengaja dibentuk oleh Kanjeng Raden Rahmat (Sunan Ampel) Surabaya pada 1404 dan berhasil mengislamkan lebih dari 90 persen penduduk Jawa.
Mengutip Liputan6.com, istilah Wali Pitu disusun Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf dalam bukunya yang berjudul Sejarah Wujudnya Makam 'Sab'atul Auliya', Wali Pitu di Bali (Ponpes Lirboyo Kediri, 1998).
Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf yang merupakan pengasuh Jam'iyah Manaqib Al Jamali (Jawa-Madura-Bali) menyebut situs makam-makam Wali Pituyang lokasinya menyebar di beberapa wilayah di Bali.
Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf mendaku ketujuh nama itu diketahuinya lewat pengalaman rohani pada Bulan Muharam 1412 H/1992 M.
Wali Pitu
Habib Toyyib Zaen menyebut Wali Pitu Bali yakni sebagai berikut:
1. Raden Mas Sepuh/Pangeran Mangkuningrat (Keramat Pantai Seseh, Kabupaten Badung)
2. Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi (Keramat Bukit Bedugul, Kabupaten Tabanan)
3. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di (Keramat Pantai Kusamba, Kabupaten Klungkung)
4. Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus (Keramat Bungaya, Kabupaten Karangasem)
5. Syekh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi (Keramat Karangasem)
6. Syekh Abdul Qodir Muhammad (Keramat Karangrupit, Kabupaten Buleleng)
7. Habib Ali bin Umar Bafaqih (Keramat Loloan Barat, Kabupaten Jembrana).
Sementara buku berjudul Wali Pitu di Pulau Bali (Jagat Litera, 2021) tidak menyebutkan nama Habib Ali bin Umar Bafaqih. Para penulis buku menyebut salah satu dari Wali Pitu Bali adalah seorang perempuan yang bernama Raden Ayu Siti Khotijah.
Cerita Tutur
Keberadaan Wali Pitu perlu dipertanyakan akurasinya karena selama ini bersifat oral story (cerita tutur turun-temurun). Misalnya tentang kiprah Pangeran Mas Sepuh dan Habib Umar.
Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus (Keramat Bungaya, Karangasem) juga dipertanyakan statusnya karena ia hanya guru silat dan guru tarekat, tetapi makamnya sering diziarahi orang.