Mendengar rintihan veteran
Merdeka.com - Di beberapa negara, kehidupan para veteran lebih leluasa. Mereka diberi tunjangan kesehatan memadai, pinjaman uang, asuransi kesehatan, rehabilitasi, pendidikan serta keterampilan, dan bantuan pemakaman hingga pemeliharaan pusara. Di Indonesia belum tentu. Yang ada selalu air mata tentang mereka.
Sugeng Hadisuyatna, warga Plumbungan, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta adalah salah satu veteran. Sugeng pernah menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) dan anggota Batalyon 10 Yogyakarta saat perang kemerdekaan. Kini, Sugeng bekerja sebagai petani demi mendapatkan sesuap nasi.
"Sekarang jadi petani. Ke ladang. Kalau enggak ke ladang, mau makan apa?" kata Sugeng.
-
Bagaimana Legiun Veteran RI berkontribusi? Seiring waktu, LVRI terus berperan dalam memberikan kontribusi positif bagi para veteran, baik dalam hal kesejahteraan, pendidikan, maupun kepentingan-kepentingan lain yang berkaitan dengan para pejuang kemerdekaan.
-
Siapa yang termasuk dalam veteran? Veteran adalah orang yang memiliki pengalaman atau jasa di bidang militer. Veteran juga bisa diartikan sebagai warga negara Indonesia yang ikut serta dalam merebut kemerdekaan dari para penjajah.
-
Kenapa HUT Legiun Veteran RI diperingati? Pendirian Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) ini bertujuan untuk menyatukan dan menghimpun para pejuang kemerdekaan yang terlibat dalam perang melawan penjajah dan pendukung kemerdekaan Indonesia.
-
Kenapa para pedagang di Pasar Mendenrejo menagih janji? Mereka menagih janji agar pasar tersebut segera direnovasi. 'Pak Arief Rohman tolong pasarnya segera dibangun. Nanti kan kalau sudah dibangun pasarnya jadi rame, soalnya juga pernah dikunjungi Pak Jokowi. Makanya kita mau nagih janji Pak Jokowi lewat Pak Arief Rohman, karena bupatinya Pak Arief,'
-
Kapan HUT Legiun Veteran RI dirayakan? HUT Legiun Veteran RI diperingati setiap tanggal 2 Januari.
-
Siapa yang menolak jadi jenderal? Bambang Widjanarko adalah Seorang Perwira KKO, kini Marinir TNI AL Dia menjadi ajudan presiden Sukarno tahun 1960-1967.
Dulu, Sugeng mendaftarkan diri sebagai pembela tanah air (PETA). Di PETA, Sugeng berpangkat Gyuhei, di PETA DAI.IV.Daidan, Gunungkidul.
Bahkan Sugeng mempertaruhkan harta dan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan. Pada 1948 saat Belanda mencoba menduduki Yogyakarta, rumah milik Sugeng ikut dibakar pasukan Belanda.
"Rumah saya limasan 5 habis dibakar Belanda tahun 1948, karena ada tentara mereka yang mati ditembak pejuang. Habis semua barang-barang," kenang Sugeng.
Senada dengan Sugeng, Rusmina yang juga vetera tak bisa menikmati hasil perjuangan dan pengorbanannya. Dia harus menjalani kehidupan pahit usai kemerdekaan Indonesia.
Kepada merdeka.com, Rusmina mengaku tidak menyesal menjadi pejuang. Bahkan, dia bangga memiliki pengalaman yang bisa dibagi dengan generasi penerus, meski nasibnya tak sesuai harapan.
"Alhamdulillah senang. Ngapain nyesel, malah bangga jadi pejuang," ujar nenek Rusmina di Panti Jompo Tresna Werdha Teratai, Palembang.
Rusmina mengatakan, dia mendapatkan suami orang Palembang dan tinggal di kota itu. Namun, pada 1962, suaminya wafat disusul anak semata wayangnya tiga tahun kemudian. Sejak itu, dia hidup sebatang kara.
Apalagi seluruh harta benda dan surat-surat tentang statusnya sebagai pejuang kemerdekaan hilang dicuri.
Untuk menyambung hidup, Rusmina berusaha mencari pekerjaan. Beruntung, ada seorang tentara berpangkat perwira menawarkan pekerjaan di salah satu bioskop di kawasan Jalan Letkol Iskandar Palembang. Di sana, dia bertugas sebagai tukang karcis.
Hanya saja tak lama Rusmina di-PHK. Kemudian, dia bekerja lagi di bioskop lain di Jalan Jenderal Sudirman Palembang. Lagi-lagi, wanita kelahiran 22 Agustus 1916 itu harus menelan pil pahit karena masuk dalam daftar karyawan diberhentikan.
"Enak juga kerja di bioskop, bisa nonton film sepuasnya gratis pula. Lumayan dapat kerjaan," ujar Rusmina.
Pusing mencari pekerjaan, Rusmina memilih berdagang. Dia berjualan kemplang, makanan khas Palembang, di Pasar Cinde. Jarak tempat dagangannya itu dekat dengan tempat tinggalnya di sebuah gubuk reot di belakang pasar.
"Walaupun jelek, saya mengontrak. Uangnya dari hasil jualan kemplang," tuturnya.
Pada tahun 2009, Rusmina bertemu dengan seseorang dan mengajaknya tinggal di panti jompo milik Dinas Sosial Palembang. Sejak itu, dia tinggal bersama 63 penghuni panti. Dia ditempatkan di kamar berukuran 3x5 meter dengan satu tempat tidur.
"Orang di panti dulu manggil saya Mak Kemplang karena saya pernah jualan kemplang. Sekarang tidak lagi," pungkasnya. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Majalah Israel mewawancarai sejumlah tentara dan orang tua mereka soal kondisi mereka saat ini.
Baca SelengkapnyaPerjuangan para prajurit TNI yang harus bersiaga menjaga perbatasan
Baca SelengkapnyaPendirian Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) ini bertujuan untuk menyatukan dan menghimpun para pejuang kemerdekaan.
Baca Selengkapnya