Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pilihan Jokowi satu, Bang Yos

Pilihan Jokowi satu, Bang Yos Sutiyoso. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Nama mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, kini ramai digunjing publik setelah disebut sebagai calon tunggal Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, semakin menguat bakal menggantikan Kepala BIN saat ini, Marciano Norman.

Nama Bang Yos sebagai calon tunggal kepala BIN tentu memicu berbagai tanggapan publik. Apalagi pada saat Sutiyoso aktif di Komando Pasukan Khusus kerap dikait-kaitkan dengan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pertama soal kasus pembantaian lima wartawan asing di Balibo, Timor Leste. Kemudian saat Sutiyoso menjabat sebagai Panglima Komando Distrik Militer Jakarta Raya, Bang Yos dianggap bertanggung jawab atas kasus Kudeta Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli).

Kepada merdeka.com, Bang Yos meluruskan tudingan-tudingan yang bagi dia bermuatan politis. Maklum, sejak dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta dulu, dia juga mengalami hal serupa. "Iya. Tapi karena politik ya begitu lagi," kata Sutiyoso saat berbincang dengan merdeka.com di kantor Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Orang lain juga bertanya?

Mengenakan baju koko usai menjalani solat Jumat, Bang Yos menerima merdeka.com untuk berbincang seputar penunjukannya jadi calon tunggal Kepala BIN. Berikut penuturan Sutiyoso kepada Arbi Sumandoyo, Mohammad Taufik dan Juru Foto, Muhammad Lutfi Rahman.

Apakah penunjukan anda sebagai calon tunggal Kepala BIN ada hubungannya dengan dukungan di pilpres lalu?

Saya kira keterkaitannya, pertama karena kita mendukung dengan tanpa syarat. Dan pada saat diumumkan kabinet saya juga tidak masuk dalam jajaran kabinet. Selama tujuh bulan ini kan saya juga di rumah saja. Artinya saya mendukung tanpa syarat. Kebetulan, kemudian saya tahu dari koran juga nama saya ada di situ, kan tidak satu nama. Ada banyak nama lah. Akhirnya saya dipanggil pada tanggal 8 Juni ke Istana. Sebelumnya diberitahu ajudan agar bisa menghadap Bapak Presiden. SMS-nya begitu.

Apakah anda siap?

Ya tentu siap. Saya ini kan prajurit, sering katakan Soldier. Soldier never die. Jadi saya pun selalu siap. Dari dulu juga begitu kan. Sering mengemban tugas yang berbeda-beda. Dari Kopassus, tugas teritorial sebagai Kasdam, sebagai Pangdam. Terus dari teritorial pindah lagi ke pemerintahan. Sekarang ke intelijen. Bagi saya itu biasa saja, karena sebelumnya saya sudah sering mengemban tugas-tugas intelijen.

Apa alasan presiden soal penunjukan anda?

Ya beliau tidak memberikan alasan-alasan jelas. Katanya, bahwa setelah saya pertimbangkan, pilihan saya satu, "Bang Yos", ya hanya begitu saja. Disuruh menyiapkan diri karena akan diusulkan ke DPR-RI. Saya kan enggak etis nanya kenapa alasannya. Enggak mungkin saya nanya begitu.

Apakah anda merasa pantas dan mampu menjadi Kepala BIN?

Saya rasa begitu. Yang paling ekstrem itu pembinaannya mulai dari tentara ke pemerintahan, aku nyatanya bisa 10 tahun kan. Ganti presiden aja sampai lima kali. Masa enggak bisa. Saya kan tidak bekerja sendiri di situ.

Apa program anda ke depan untuk BIN?

Ya itu pastinya tidak bisa saya katakan, karena apa yang direncanakan akan dilakukan oleh Badan Intelejen tidak boleh dipublikasikan.

Ketika anda ditunjuk sebagai kepala BIN, banyak yang berteriak soal kasus HAM mulai dari Balibo dan Kudatuli, di mana posisi anda saat itu?

Jadi Pro-kontra itu sudah biasa. Dulu waktu saya mau menjadi gubernur juga seperti itu. Khusus untuk Kudatuli (Kudeta Dua Puluh Tujuh Juli) ini sudah saya jelaskan di beberapa media. Bahwa peristiwa itu menjadi peristiwa politik ya, dua kubu soal perebutan tempat. Tapi kerusuhan itu di Jakarta, sementara saat itu saya Panglima Kodam Jaya. Jadi siapa yang bertanggung jawab, kan harus saya kan, karena di tempat saya, begitu masalahnya. Lalu Komnas HAM sendiri sudah diturunkan di bawah pimpinan Pak Bambang Soeharto dan sudah dijelaskan hasilnya kepada masyarakat, bahwa tidak ada pelanggaran HAM di situ.

Lima yang mati pun sudah jelas masalahnya. Satu habis rebutan di tempat itu, ada orangnya Pak Suryadi ini. Tapi orang itu kena serangan jantung. Ini kan ada autopsinya semua, tidak bisa ngarang juga. Satu cleaning service di Salemba lagi, pekerja di lantai 7, di bawah dipepet massa, dia loncat. Mati. Kemudian di penjara, napi di Gedung Bank di Salemba, ketemunya di kamar mandi, gosong, terbakar dia. Yang ke empat, jauh kerusuhan, ketemunya di Gunung Sahari sana, jauh dari tempat kerusuhan. Tapi dia geletak di pinggir jalan, tanpa luka, tanpa apa dan dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto dan dijejerkan dengan yang tiga ini.

Nah waktu yang diserah terimakan Kapolda kepada saya tuh yang ini. Yang tewas. Tapi setelah Komnas HAM diturunkan, lalu ketemu satu lagi. Nah ini terkena peluru nyasar, yaitu kasusnya saat massa mau bergerak di Polsek, di Salemba itu, nah anggota Polseknya nembak ke atas. Pelurunya nyasar ke Pasar Burung Pramuka sana dan kena penjual teh botol. Tambahannya satu itu.

Kesimpulannya apa? Dari lima korban ini tidak ada satu pun tindakan dari aparat. Baik itu aparat Kepolisian atau pun itu Aparat TNI. Tidak ada.

Artinya sudah selesai kasus itu?

Iya. Tapi karena politik ya begitu lagi.

Bagaimana dengan Kader PDIP yang mempertanyakan kasus Kudatuli, apakah anda sudah menjelaskan?

Diukur saja lah, aku ini dulu waktu jadi gubernur dicalonkan oleh PDIP kok. Begitu saja jawabannya. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Demokrat Ditawari Kursi Menteri, Puan: Yang Harus Jawab Pak Jokowi atau Istana
Demokrat Ditawari Kursi Menteri, Puan: Yang Harus Jawab Pak Jokowi atau Istana

Reshuffle merupakan kewenangan dari Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Soal Arahan untuk Relawan di Pilkada Jateng: Tanya ke Parpol
Jokowi Soal Arahan untuk Relawan di Pilkada Jateng: Tanya ke Parpol

Jokowi hanya memberi tanggapan singkat saat disinggung mengenai Pilkada Jateng.

Baca Selengkapnya
Jokowi Siap Beri Saran Susunan Kabinet Prabowo, Golkar: Memangnya Salah?
Jokowi Siap Beri Saran Susunan Kabinet Prabowo, Golkar: Memangnya Salah?

Dave menilai, Jokowi sebagai presiden ada baiknya saling diskusi dengan Prabowo yang bakal melanjutkan pemerintahannya.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ogah Dikaitkan dengan Isu Kapolda Jateng Maju Pilgub: Itu Keinginan Pribadi
Jokowi Ogah Dikaitkan dengan Isu Kapolda Jateng Maju Pilgub: Itu Keinginan Pribadi

Ahmad Luthfi pernah menjabat Wakapolres Surakarta pada tahun 2011 silam. Kala itu, Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo.

Baca Selengkapnya
Hasto Minta Jokowi Janji Depan Rakyat Tak Ambil Alih PDIP dan Golkar
Hasto Minta Jokowi Janji Depan Rakyat Tak Ambil Alih PDIP dan Golkar

Hasto mengatakan, seharusnya Presiden Jokowi berjanji di hadapan rakyat.

Baca Selengkapnya
Dua Menterinya Dicopot, PDIP: Kesempatan Jokowi untuk Mengkonsolidir Kekuasaannya
Dua Menterinya Dicopot, PDIP: Kesempatan Jokowi untuk Mengkonsolidir Kekuasaannya

Apakah soal kinerja atau unsur subjektif politis. Namun Djarot berkeyakinan, jawabannya adalah yang kedua.

Baca Selengkapnya
Jokowi soal Relawan Projo Bakal Dukung Capres Inisial P: Kok Tanya Saya
Jokowi soal Relawan Projo Bakal Dukung Capres Inisial P: Kok Tanya Saya

Relawan Projo akan mendeklarasikan dukungan untuk capres inisial P pada Oktober 2023.

Baca Selengkapnya