Soebronto Laras dan Ceritanya Mengetes Suzuki ST20 Angkut 1 Ton Cengkeh ke Gunung di Manado
Soebronto Laras adalah tokoh otomotif Indonesia. Berhasil membawa Suzuki masuk Indonesia sekaligus membesarkannya seperti sekarang.
Berhasil membangun dan membesar merek Suzuki di Indonesia dengan model pikap Carry.
Mengenang Soebronto Laras, Bapak Suzuki di Indonesia
Industri otomotif Indonesia berduka. Soebronto Laras (79) meninggal dunia pada Rabu (20/9) jam 20.00 WIB di RS Medistra, Jakarta Pusat.
Tokoh otomotif Indonesia ini wafat jelang ulang tahun ke-80 pada Oktober tahun ini.
Soebronto Laras identik dengan merek Suzuki di industri otomotif Indonesia. Karena dia orang pertama membawa masuk Suzuki dan membesarkannya seperti sekarang. Meski pada awal 1980-an, Bronto harus rela menjual Suzuki ke Indomobil Group.
Berikut rekam jejak Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Tbk ini:
Soebronto muda punya visi merakit mobil berkualitas dan terjangkau. Itulah alasannya melobi Suzuki merakit mobil di Indonesia.
Pertama, dia menjual mobil niaga ringan Suzuki ST10 di Indonesia. Pikap ini mengusung mesin 360 cc dan dua silinder, dirakit PT Indomobil Utama. Tapi dia menilai mobil ini terlalu kecil.
Bronto pun melobi prinsipal Jepang untuk memproduksi mobil lebih lega dan besar di Indonesia.
Maka lahirlah Suzuki ST20, lebih dikenal dengan nama Suzuki Carry seperti sekarang.
Diceritakan pada buku Industri Otomotif untuk Negeri (2021)
Bronto melakukan test drive Suzuki ST20 di Manado, Sulawesi Utara, pada 1978. Saat itu musim panen cengkeh.
"Saat itu mobil ST20 dicoba mengangkut cengkeh seberat satu ton ke gunung, dan berhasil. Saya bawa contoh 10 unit, habis dibeli para petani cengkeh. Kemudian bawa lagi, habis lagi. Penjualannya sekitar 100 unit sebulan,” katanya.
Keberhasilan Bronto memasarkan dan merakit Suzuki ST20 atau Carry di Indonesia berlanjut hingga kini.
Pikap Carry menjadi mobil pikap No 1 di Indonesia. Kontribusinya lebih 50% di Suzuki Indonesia.
Ketua Umum Gaikindo Dua Periode
Soebronto Laras juga pernah menjadi Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), bahkan selama dua periode.
Bronto pertama kali memimpin Gaikindo periode 1985-1987, menggantikan Laupase Malau.
Pada periode berikutnya (1988-1990), Bronto dipilih kembali sebagai Ketau Umum Gaikindo.
Pak Bronto merupakan sumber otomotif yang disukai para jurnalis. Penulis terakhir bertemu dengan Pak Bronto saat penyerahan unit perdana New Suzuki Grand Vitara di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, pada Juni 2023.
Meski sulit berdiri lama, Soebronto mau menceritakan perjuangannya membangun merek Suzuki di Indonesia dan kegemarannya mengendarai SUV Grand Vitara. Bahkan dia pamerkan nomor polisi spesial untuk SUV-nya: B 1 SL.
Meski kepala 7 usianya, Bronto masih rajin berolahraga.
Saat pandemi mendera pada 2021, Bronto mengaku habis bersepeda (road bike) kepada penulis yang menemuinya di kantornya yang besar di kawasan Cawang, Jakarta Timur.
Penulis bersama Soebronto Laras di kantornya pada 2021.
Saat itu, kepada penulis, Bronto mengungkapkan: "Saya berani maju (ke Suzuki) karena didukung penuh Pak Atang Latief (pengusaha kasino)."
Buku Industri Otomotif untuk Negeri (Tjahajana: 2021).
“Ketika pada 1982 semua kasino ditutup pemerintah (Soeharto), saya menyarankan agar Indomobil dijual ke kelompok Salim, yang waktu itu lebih mapan.”
Cerita Soebronto soal penjualan Suzuki ke Indomobil Group dalam buku Industri Otomotif untuk Negeri (Tjahajana: 2021).
Dimakamkan Kamis, 21 September 2023 di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Tapi hari ini tiada cerita lagi dari Soebronto Laras: tentang Suzuki, sejarah industri otomotif RI dan dinamikanya, tentang kegemarannya bersepeda, tenis, dan sebagainya.
Ceritanya di dunia ditutup pada Rabu, 19 September 2023, jam 20.00 WIB.
Selamat jalan Pak Bronto....