Sosok Darah Biru Begawan Ekonomi Berkali-kali jadi Menteri, Kini sang Anak Mau Jadi Presiden
Dikenal sebagai seorang begawan ekonomi para era kolonial. Sosoknya memang berasal dari keluarga ningrat
Pria ini lahir pada 29 Mei 1917 di Kebumen, Jawa Tengah
Sosok Darah Biru Ahli Ekonomi Ini Berkali-kali jadi Menteri, Kini sang Anak Mau Jadi Presiden
Dikenal sebagai seorang begawan ekonomi para era kolonial. Sosoknya memang berasal dari keluarga ningrat.
Pria ini lahir pada 29 Mei 1917 di Kebumen, Jawa Tengah.
Dia dikenal sebagai seorang politikus dan ekonom terkemuka di eranya.
Milenial dan Generasi Z mungkin saja sangat asing mendengar namanya saat ini.
Dia adalah, Soemitro Djojohadikoesoemo. Seorang anak berasal dari keluarga ningrat Jawa. Putra sulung dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo.
Soemitro menikah dengan Dora Sigar dan dianugerahi empat orang anak.
Anak Soemitro yakni, Biantiningsih Djiwandono, Maryani Lemaistre, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, dan Hashim Sujono Djojohadikusumo. Dari anak-anaknya Sumitro memperoleh delapan cucu.
Kedua anaknya tak asing di telinga. Prabowo merupakan ketua umum Gerindra, yang maju sebagai capres di Pemilu 2024
Satu lagi, Hashim, seorang pengusaha sukses yang juga berkiprah di Gerindra bersama Prabowo.
Kehebatan Soemitro
Kesuksesan Soemitro di bidang ekonomi berkat kerja kerasnya dalam menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam.
Setelah Perang Dunia kedua, Soemitro kembali ke Indonesia dan turut aktif dalam misi diplomatik untuk kemerdekaan Indonesia.
Ayah Prabowo tersebut berperan penting dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia.
Sejarah mencatat, saat Soemitro menjabat sebagai Menteri Perdagangan era Kabinet Natsir. Dia meluncurkan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng, sebuah program ini bertujuan untuk melindungi pengusaha pribumi dari investor asing.
Gerakan Benteng ini berlangsung selama tiga tahun (1950-1953). Kemudian, berakhir setelah Kabinet Natsir tak lagi berkuasa.
Secara singkat, Benteng merupakan suatu program di bidang ekonomi yang mengatur lisensi impor barang tertentu yang harus dimiliki oleh pengusaha pribumi. Padahal, Soemitro sendiri sebenarnya lebih menyukai mekanisme pasar bebas.
Soemitro menilai, peranan investor asing diperlukan untuk pengembangan ekonomi Indonesia. Meskipun, banyak tokoh nasionalis pada masa itu menolak investor luar negeri.
Berkali-Kali Jadi Menteri
Sepanjang karirnya di pemerintahan, Sumitro berkali-kali dipercaya menjadi menteri di dalam berbagai kabinet. Menteri Perekonomian (1950-1951), Menteri Keuangan (1952-1953 dan 1955-1956), Menteri Perdagangan (1968-1973), Menteri Negara Riset (1973-1978).
Soemitro meninggal dunia di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Rawamangun, Jakarta Timur pada 9 Maret 2001 dalam usia 84 tahun.
Diketahui, dia sudah cukup lama menderita penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.