BTN Salurkan Pembiayaan KPR hingga Rp22 Triliun dalam 5 Tahun
Penyaluran KPR sektor informal menjadi fokus perseroan.
Penyaluran KPR sektor informal menjadi fokus perseroan.
BTN Salurkan Pembiayaan KPR hingga Rp22 Triliun dalam 5 Tahun
BTN Salurkan Pembiayaan KPR hingga Rp22 Triliun dalam 5 Tahun
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah menyalurkan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) ke sektor informal sekitar 133.000 unit atau sekitar Rp22 triliun dalam 5 tahun terakhir.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan sektor informal menjadi fokus perseroan.
Dalam hal ini pihaknya telah menyalurkan pembiayaan perumahan kepada pengemudi ojek online, pedagang pasar, marbot masjid istiqlal, tukang cukur garut, guru honorer di daerah Kendal dan sektor informal lainnya.
"Sektor informal menjadi fokus kami dalam lima tahun terakhir," ujar Nixon dalam keterangannya, Jakarta, Senin (5/2).
Ia menyebut sektor pekerja informal dinilai sebagai segmen yang potensial untuk digarap bisnis jasa layanan perbankan.
Selain karena jumlahnya yang sangat besar, masih banyaknya yang belum mengakses layanan keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk bisa mencarikan solusi bagi pekerja informal.
Nixon menuturkan sektor perumahan, terutama pada segmen perumahan sederhana memberikan dampak multiplier yang sangat besar.
Ada sekitar 185 sub-sektor pendukung perumahan yang turut berkontribusi dalam ekosistem pengembangan perumahan.
“Kemudian rumah sederhana juga memakai 90 persen produk lokal untuk membangun satu unit rumah,” kata Nixon.
Oleh karena itu, pihaknya bersama pemerintah dan BP Tapera terus berkolaborasi untuk memenuhi kebutuhan pekerja informal dalam memiliki rumah yang layak huni.
Nixon bilang tabungan BTN Rumah Tapera ini dapat menjadi solusi bagi pekerja informal untuk mendapatkan fasilitas Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
“Kita harus bisa kalahkan asumsi yang selama ini menyebutkan bahwa sektor informal itu risikonya tinggi, sehingga sulit untuk mendapatkan KPR,” kata Nixon.
Dari sisi tenaga kerja, lanjut dia, sektor perumahan juga memberikan peluang untuk mengembangkan lapangan kerja di Indonesia karena rata-rata setiap 1 rumah membutuhkan 5 tenaga kerja.
Artinya kalau ada 100.000 unit rumah yang dibangun, maka diperlukan tenaga kerja sebanyak 500.000 orang.