Pangkas Kredit Macet Rp900 Miliar, Begini Prediksi Kinerja BTN di 2024
Dengan sinergi ini Bank BTN tercatat telah memangkas rasio NPL pada tahun 2023 secara signifikan.
Dengan sinergi ini Bank BTN tercatat telah memangkas rasio NPL pada tahun 2023 secara signifikan.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah melakukan transaksi penyelesaian aset berkualitas rendah atau Non-Performing Loan (NPL) dengan menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) senilai hampir Rp900 miliar pada akhir tahun lalu.
Dengan sinergi ini Bank BTN tercatat telah memangkas rasio NPL pada tahun 2023 secara signifikan.
Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, penyelesaian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas aset Bank BTN yang berdampak pada peningkatan kinerja Perseroan.
“Melalui penyelesaian ini, kami optimisis dapat memperbaiki rasio NPL yang diharapkan dapat turut mendorong pertumbuhan bisnis Perseroan,” ujar Nixon.
Menurut Nixon, penyelesaian NPL ini merupakan wujud nyata sinergi BUMN sekaligus komitmen Bank BTN untuk senantiasa memperbaiki kualitas aset, sehingga Bank BTN dapat berfokus dalam menyediakan solusi kepemilikan rumah bagi masyarakat.
"Upaya perbaikan kualitas aset di Bank BTN sejalan dengan arah bisnis Perseroan untuk aktif mendukung pemerintah dalam meningkatkan penyediaan hunian yang layak melalui layanan pembiayaan perumahan terbaik,” katanya.
Direktur Utama PPA, Muhammad Teguh Wirahadikusumah mengungkapkan, PPA sebagai bagian dari Holding BUMN Danareksa berkomitmen untuk turut mendukung stabilitas perbankan nasional melalui solusi penyelesaian NPL.
PPA sebagai arranger membantu BTN dalam melakukan penyelesaian NPL melalui uji tuntas yang seksama, komunikasi dengan para pemangku kepentingan terkait, serta mengedepankan manajemen risiko yang terukur.
"Penyelesaian NPL Bank BTN ini diharapkan dapat membuka peluang yang luas untuk bersinergi dengan industri perbankan, khususnya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) maupun swasta, sehingga dapat memberikan nilai dan kebermanfaatan bagi industri perbankan Indonesia," kata Teguh.
Keberhasilan Bank BTN dalam menurunkan rasio NPL secara signifikan tersebut diprediksi analis akan membuat kinerja perseroan makin cemerlang dan harga saham BBTN akan semakin menguat.
Head of Research BCA Sekuritas, Andre Benas mengatakan bahwa transaksi penjualan aset bermasalah secara masif (bulk asset sales) sangat positif bagi kinerja Bank BTN.
"Ini akan meningkatkan Coverage NPL Bank BTN menjadi lebih sehat, dari kisaran 142 persen pada September 2023 menjadi sekitar 150 persen pada akhir tahun 2024,” kata Andre dikutip dalam risetnya.
Andre memberikan upgrade target price untuk BBTN menjadi Rp1.550/lembar saham dari sebelumnya Rp1.400/lembar saham dan memberikan upgrade BUY terhadap saham BBTN.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya menjelaskan, penjualan aset bermasalah secara masif (bulk asset sales) akan berdampak pada penurunan rasio NPL dan penurunan beban biaya CKPN Bank BTN pada tahun berjalan.
Pada tahun 2024, Bank BTN menargetkan akan kembali melakukan inisiasi bulk asset sales pada tahun 2024 dengan target penjualan aset sebesar Rp1 triliun.
“Cost of credit (CoC) Bank BTN ditargetkan berada para range 1,1-1,4 persen pada tahun 2024. Hal ini seiring dengan langkah manajemen dalam meningkatkan rasio NPL coverage ke level di atas 160 persen pada tahun 2025,” katanya.
RHB Sekuritas menargetkan Target Price (TP) saham Bank BTN pada harga Rp1.650/lembar saham. Harga ini mencerminkan 33 persen potensi kenaikan harga dibandingkan harga pada penutupan akhir tahun BBTN pada harga Rp1.250/lembar saham.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tersebut ditopang oleh kredit dan pembiayaan perumahan.
Baca SelengkapnyaPeningkatan aset BTN Syariah tersebut juga mencatatkan rekam jejak yang cemerlang.
Baca SelengkapnyaBank BJB kini menjadi salah satu pemegang saham pengendali Bank Bengkulu, setelah penyetoran modal sebesar Rp250 miliar untuk proses KUB.
Baca SelengkapnyaRealisasi penyaluran kredit dan pembiayaan BTN sepanjang tahu 2023 mencapai Rp333,69 triliun.
Baca SelengkapnyaPeningkatan sektor kredit produktif ditopang oleh tingginya pertumbuhan segmen mikro, segmen ritel dan menengah, dan segmen korporasi.
Baca SelengkapnyaBank BTN mencatat, aktivitas daya beli masyarakat saat ini tengah meningkat.
Baca SelengkapnyaSektor properi didorong pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti.
Baca SelengkapnyaOptimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan nilai aset pada industri asuransi tidak hanya swasta, BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja juga mengalami kenaikan aset.
Baca Selengkapnya