Aksi Massa Sweeping Warung di Garut saat Ramadan Dinilai Berlebihan Penuh Emosi
Masyarakat harus menjauhkan diri dari segala macam bentuk kekerasan seperti persekusi.

Bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, ampunan, dan kebaikan. Untuk itu masyarakat harus menjauhkan diri dari segala macam bentuk kekerasan seperti persekusi.
Ironisnya, masih ada kasus kekerasan seperti sweeping warung makan oleh ormas di Garut. Video sweeping itu viral di media sosial memperlihatkan adanya main hakim sendiri.
"Itu tidak mencerminkan akhlak dan ajaran Islam. Itu lebih mencerminkan pada sikap emosi sikap berlebihan dalam mengekspresikan keagamaan," ujar Budayawan Ngatawi Al-Zastrouw dalam keterangannya, Rabu (12/3).
Menurut Ngatawi Islam merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang. Dalam menyerukan dakwah atau menasihati orang lain ada etika dan tingkatannya, tidak serta langsung melakukan persekusi atau menista.
"Pertama diingatkan secara lisan, baik baik secara beradab, secara sopan, tidak langsung serta merta arogan," kata Ngatawi.
Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia ini mengatakan, akhlak menjadi yang hal utama dalam mengekspresikan agama. Ngatawi berpendapat bersyariat pun harus berlandaskan dengan ahklak, kalau tidak itu akan menjadi kontra produktif.
"Kalau tidak mau ya sudah, toh dosa dan neraka mereka tanggung sendiri. Tugas kita adalah mengingatkan dan menyampaikan," tambahnya.
Ngatawi menambahkan, tidak ada paksaan untuk mengamalkan apa yang sudah digariskan dalam Islam.
Semua ibadah dilakukan secara ikhlas, sukarela, dan semampunya, mengingat kondisi seseorang tidaklah sama.
"Kalau salat tidak bisa berdiri, bisa dengan duduk. Kalau tidak bisa duduk, bisa terlentang. Puasa juga begitu, bisa dilakukan (diganti) di lain hari jika memang tidak memungkinkan," tandasnya.