'Seluruh Ajaran Agama Mengandung Nilai Kerukunan, Jangan Persoalkan Perbedaan'
Jika masyarakat telah matang dalam memandang perbedaan, maka dengan kemajemukannya dapat merespons kebutuhan sesama manusia tanpa memandang perbedaan.
Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat yang majemuk dengan menerapkan toleransi secara menyeluruh.
'Seluruh Ajaran Agama Mengandung Nilai Kerukunan, Jangan Persoalkan Perbedaan'
Puasa tidak sebatas ritual ibadah tetapi juga untuk mengatasi berbagai konflik dan mengurangi polarisasi antaragama. Bulan Ramadan merupakan momentum menggugah semangat toleransi dan perdamaian."Ternyata tidak hanya dirayakan umat Islam yang berpuasa, namun juga banyak non-muslim yang membagikan makanan untuk berbuka puasa," ujar mantan Peneliti Senior Badan Litbang Kementerian Agama, Abdul Jamil Wahab, Minggu (24/3).
Toleransi Antar-Sesama
Menurut Abdul, selain dengan yang berbeda keimanan, puasa Ramadan juga seringkali menambah intensitas interaksi antar-masyarakat dalam hidup bertetangga. Hal ini biasanya terlihat ketika mengadakan buka puasa bersama, atau saling memberikan makanan ketika azan berkumandang.
Abdul berharap meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat yang majemuk dengan menerapkan toleransi secara menyeluruh.
"Seluruh ajaran agama yang diakui di Indonesia, termasuk Islam, mengandung nilai-nilai perdamaian, kerukunan, dan harmoni."
tutur Abdul.
Ia mencontohkan dengan menerangkan bahwa praktik zakat fitrah tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam, tetapi juga untuk mereka yang membutuhkan tanpa memandang agama. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk membangun hubungan harmonis."Saya seringkali sampaikan bahwa zakat fitrah itu jangan hanya untuk kelompok Muslim, namun juga harus dibagi pada mereka yang non-muslim jika membutuhkan," imbuhnya. Keharmonisan hidup bermasyarakat juga dapat dicapai jika masyarakat menerima pemahaman nilai-nilai keagamaan secara lebih luas. Hal ini tentu tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama saja, agar kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat dicapai.
Abdul beranggapan, jika masyarakat telah matang dalam memandang perbedaan, maka Indonesia dengan kemajemukannya dapat merespons kebutuhan sesama manusia tanpa memandang perbedaan agama.
"Kualitas pemahaman pluralisme dalam masyarakat Indonesia harus terus ditingkatkan untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan inklusif."
tutup Abdul.