BAIS TNI Diretas Hacker, Sangat Berbahaya untuk Keamanan Intelijen
Fahmi meminta agar BSSN melakukan evaluasi menyeluruh.
Seharusnya informasi yang dimiliki BAIS terkait pertahanan bersifat rahasia.
BAIS TNI Diretas Hacker, Sangat Berbahaya untuk Keamanan Intelijen
Peretasan data yang milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI menuai pertanyaan. Karena keamanan Intelijen khususnya milik TNI sangat berbahaya apabila berhasil diretas oleh hacker.
"Jika benar data yang bocor dari hasil peretasan hacker, tentu saja sangat disesalkan," kata pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi saat dihubungi, Jumat (28/6).
Menurut Fahmi, seharusnya informasi yang dimiliki BAIS terkait pertahanan bersifat rahasia yang mendapatkan perlindungan dari kebocoran. Sebagaimana telah dijelaskan dalam UU intelijen tahun 2011 dan juga UU ITE.
"Yang menjadi pertanyaan tentu adalah bagaimana sistem pengamanan dari server yang dimiliki BAIS," ujar Fahmi.
Oleh sebab itu, Fahmi meminta agar Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) selaku otoritas dalam pengamanan sistem dan informasi rahasia kementerian dan lembaga untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh.
"Evaluasi menyeluruh dalam sistem keamanan, enkripsi data dan perlindungan server dari serangan siber. Tanpa audit atau evaluasi total oleh pemerintah, tentu semua pengelolaan sistem informasi menjadi rentan dari serangan hacker manapun baik individual, sindikat dan negara tertentu," jelasnya.
merdeka.com
Meski tidak mengetahui secara pasti data Bais TNI yang berhasil diretas, Namun Fahmi meyakini kalau data itu sangatlah penting. Karena sebagai bidang intelijen milik TNI yang mencangkup banyak aspek informasi.
"Saya kurang tau, data apa saja yang dimiliki BAIS. Tapi secara umum diketahui bahwa BAIS sbg institusi intelijen pasti memantau berbagai fenomena atau isu dari dalam negeri dan luar negeri," tuturnya.
"Hampir semua aspek politik, ekonomi dan khususnya perkembangan kapabilitas militer negara lain," tambah dia.
Sebelumnya, Mabes TNI menyebut kalau data yang diretas milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI adalah data lama yang sudah direlease atau disampaikan pada tahun 2024.
"Data yang diretas adalah data lama dan direlease tahun 2024," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar saat dihubungi, Rabu (26/6).
Namun demikian, Gumilar tidak menjelaskan lebih lanjut terkait dengan data yang diretas. Karena untuk saat ini server dinonaktifkan, dengan proses penyelidikan yang ditangani Tim Siber TNI.
"Saat ini server sudah di nonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan yang lebih lanjut," ujarnya.
Selain itu, Tim Siber TNI juga masih mendalami awal mula isu peretasan yang disampaikan lewat media sosial X akun @FalconFeeds.io masih dalam proses penyelidikan.
"Terkait account twitter Falcon feed yg me-release bahwa data Bais TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan yang mendalam oleh tim siber TNI," ujarnya.
Sebelumnya, ramai di media sosial X akun @FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber termasuk dari situs gelap (dark web) mengumumkan adanya peretasan oleh peretas MoonzHaxor dari BreachForum terhadap sistem BAIS, sehingga mereka mengklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI.
Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar.