Banjir di Solo Surut, Warga Mulai Bersihkan Rumah
Merdeka.com - Banjir yang melanda sebagian wilayah Kota Solo sejak Kamis (16/2) lalu, kini mulai surut. Warga terdampak mulai meninggalkan pengungsian dan membersihkan rumah masing-masing.
Pantauan merdeka.com di Kampung Joyotakan, Kecamatan Serengan, jalan utama kampung yang menghubungkan jalur Solo - Wonogiri dan Jalan Ir Soekarno Solo Baru, sudah tidak terdapat genangan. Warga yang mengungsi di Masjid An Nikmah Joyotakan, mulai membawa perabotan dan kendaraan kembali ke rumah.
Sementara itu arus lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto dan Jalan Ir Soekarno kembali lancar.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
"Alhamdulillah kemarin seharian sampai pagi ini tidak hujan. Dan airnya sudah surut, kita mau bersihkan rumah dulu. Anak anak dan suami sudah pulang ini," ujar Suharni (61), warga setempat.
Suharni menjelaskan, saat banjir kondisi rumahnya tergenang luapan air sungai. Air bercampur lumpur tersebut masuk hingga ke dalam rumah. Dia sekeluarga memutuskan mengungsi ke masjid.
Sementara itu sebagian warga lainnya masih berada ruko ruko di halaman belakang masjid. Lokasi tersebut dijadikan dapur umum untuk keperluan warga. Mereka menanak nasi dan lauk dalam jumlah besar.
"Ini kita siapkan untuk sarapan pagi," imbuh Suharni.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo, Nico Agus Putranto mengatakan, banjir di sejumlah wilayah tak hanya dipicu tingginya debit aliran sungai Bengawan Solo. Tetapi juga curah hujan yang tinggi di Solo Raya pada hari Kamis lalu.
"Hasil rapat bersama BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo) katanya banjir di Solo tidak hanya didominasi pembukaan pintu Waduk Gajah Mungkur tetapi memang pada tanggal 16 itu, terjadi hujan lebat di Karesidenan Surakarta. Kita cek pada saat itu hujannya merata, deras. Ini yang menjadi pemicunya," katanya.
Saat ini, lanjut Nico, status Kota Solo masih siaga banjir, meskipun debit air sudah menurun.
"Semua sudah turun. Tapi kita pantauannya kan di Jurug (pintu air Bengawan Solo Jurug). Yang di Jurug masih siaga merah," terangnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Permukiman warga di Kebon Pala, Jatinegara, terendam banjir kiriman dari Bogor yang menyebabkan Sungai Ciliwung meluap.
Baca SelengkapnyaSejumlah masyarakat di Kota Padang saat ini sudah dievakuasi tim SAR gabungan.
Baca SelengkapnyaBanjir yang terjadi sejak Kamis (14/3) dini hari masih merendam sejumlah titik di Ibu Kota Jawa Tengah tersebut.
Baca SelengkapnyaAkibat banjir bandang, tim SAR gabungan berjibaku mengevakuasi warga yang rumahnya di dekat bantaran sungai
Baca SelengkapnyaFenomena banjir rob yang sudah menggenangi wilayah tersebut selama lima hari itu diperkirakan akan surut pada Kamis (21/11).
Baca SelengkapnyaBPBD Grobogan juga berkoordinasi dengan perangkat desa untuk melakukan assessment dan evakuasi warga
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan berhasil mengevakuasi puluhan warga yang terjebak banjir bandang di dalam Puskesmas Palabuhanratu Sukabumi
Baca SelengkapnyaPemprov Jateng berjanji akan membantu perbaikan rumah korban terdampak kebakaran.
Baca SelengkapnyaPada SDN tersebut, terdapat enam Tempat Pemungutan Suara (TPS), yakni TPS 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 Desa Wonorejo
Baca SelengkapnyaMbak Ita membawa sejumlah logistik bantuan berupa air bersih, sembako, selimut yang akan dibagikan kepada warga terdampak.
Baca SelengkapnyaSebanyak 500 keluarga menjadi korban banjir di Bekasi
Baca SelengkapnyaBencana banjir dan longsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp157 miliar.
Baca Selengkapnya