Bikin Bangga! 9 Peneliti UI Masuk Top 2% Scientist Worldwide 2023, Ini Sosok-Sosoknya
Sembilan orang dosen dan peneliti Universitas Indonesia (UI) masuk dalam 2% Scientist Worldwide 2023
Sembilan orang tersebut terdiri dari peneliti di Fakultas Teknik (FT), Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Bikin Bangga! 9 Peneliti UI Masuk Top 2% Scientist Worldwide 2023, Ini Sosok-Sosoknya
Sembilan orang dosen dan peneliti Universitas Indonesia (UI) masuk dalam 2% Scientist Worldwide 2023 Versi Stanford University. Sembilan orang tersebut terdiri dari peneliti di Fakultas Teknik (FT), Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Mereka adalah Prof. dr. Jeanne Adiwinata dan dr. Indah Suci Widyahening dari Fakultas Kedokteran (FK). Kemudian Prof. Mohammed Ali Berawi, Prof. Dr-Ing. Nandy Setiadi Djaya Putra dan Prof. Dr. Muhammad Suryanegara dari Fakultas Teknik (FT). Selanjutnya, Prof. Dr.rer.nat. Rosari Saleh, Prof. Dr. Yoki Yulizar, Munawar Khalil dan Dr. Dipo Aldila dari Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Top 2% Scientist Worldwide 2023 yang dipublikasikan oleh Stanford University dan Elsevier BV. Stanford University merilis database penulis ilmiah terkait indikator kutipan terbanyak yang terstandarisasi (standardized citation indicators) versi terbaru.Daya Stanford University menyediakan informasi standar tentang metrik kutipan seperti jumlah kutipan, h-index, co-authorship adjusted hm-index, dan indikator komposit (c-score). Database tersebut mengelompokkan para ilmuwan ke dalam 22 bidang ilmiah dan 174 sub-bidang ilmiah berdasarkan klasifikasi standar Science-Metrix.
Pemilihan didasarkan pada 100.000 ilmuwan teratas berdasarkan c-score (dengan dan tanpa kutipan sendiri) atau peringkat persentil 2% atau lebih di sub-bidang tertentu.
9 dosen dan peneliti UI yang masuk ke dalam pengkategorian Top 2% Scientist Worldwide 2023 berasal dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Dalam capaian ini, Prof. Mohammed Ali Berawi meraih peringkat tertinggi pada kategori single-year impact (data kutipan yang diterima selama tahun 2022) dengan menempati urutan 59.220 dari 210.198 ilmuwan.“Saya senang bisa berbagai penelitian dan pemikiran yang telah dihasilkan menjadi rujukan atau referensi oleh banyak scholars internasional. Hal ini yang menjadi dasar perangkingan ilmuan seperti yang dihitung oleh tim universitas Stanford dan pihak Elsevier. Mudah-mudahan kontribusi keilmuan kita dapat terus bermanfaat bagi pengembangan peradaban dunia karena sifatnya ilmu yang universal dan lintas batas,” kata Ali, Jumat (13/10).
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital itu juga masuk pada kategori career-long (data kutipan yang diperbarui hingga akhir tahun 2022) dengan menempati urutan 193.434 dari 204.643 ilmuwan.
Ali sudah tiga tahun berturut-turut masuk dalam 2% Scientist Worldwide. Penilaian dilakukan berdasarkan kuantitas dan kualitas sitasi terhadap publikasi ilmiahnya.
“Ini ketiga kalinya berturut-turut dari 2021. Penilaian masih sama berdasarkan kuantitas dan kualitas sitasi terhadap publikasi ilmiah kita. Jadi ysng masuk dalam top 2% berdasarkan tabulasi sitasi tiap tahun,” ungkapnya.
Terpisah, Prof. Dr-Ing. Nandy Setiadi Djaya Putra menempati urutan 170.668 dari 204.643 ilmuwan. Dengan masuknya sejumlah nama peneliti UI dalam Top 2% Scientist Worldwide diharapkan dapat memajukan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia.
“Saya berterima kasih atas apresiasi yang diberikan kepada saya sebagai Top 2% Scientist Worldwide. Tentunya ini akan membawa nama Indonesia khususnya UI di kancah dunia,”
katanya.
merdeka.com
Guru Besar di Departemen Teknik Mesin FTUI itu berharap, lebih banyak peneliti UI yang bisa menghasilkan penelitian bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.Dalam penilaiannya, publikasi dari peneliti dipublikasikan di dalam jurnal yang bermutu dan dibaca banyak orang sehingga pada akhirnya disitasi opeh penliti lain.
“Jumlah sitasi pada publikasi yang jadi perhitungan, tidak pada jumlah publikasinya,” tutupnya.