Debat Pilkada Bali 2024 Berkonsep Balinese Tanpa Ballroom Mewah & Pendukung, KPUD: Jangan Gaya-Gaya Amerika
KPUD ingin konsep debat Pilgub Bali harus sesuai kultur Bali.
Debat akan digelar sebanyak tiga kali dengan durasi 2 jam.
Debat Pilkada Bali 2024 Berkonsep Balinese Tanpa Ballroom Mewah & Pendukung, KPUD: Jangan Gaya-Gaya Amerika
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan membocorkan konsep debat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2024. Panitia akan mengusung konsep Balinese.
Dengan konsep itu, debat akan digelar di sebuah wantilan atau balai khas Bali yang berukuran besar.
Nantinya, setiap calon gubernur (cagub) dan wakil calon gubernur (cawagub) tidak boleh membawa pendukungnya saat debat.
"Jadi yang berdebat hanya calon saja sama ada moderator. Mungkin akan duduk bersila (di lantai) di sebuah wantilan dengan ornamen bergaya Bali, ngobrol dan sebagainya. Tidak ada lagi teriakan yel-yel (pendukung), sudah lupakan itu," kata Lidartawan, saat ditemui di Denpasar, Bali, Selasa (4/6).
KPUD menjelaskan, konsep debat seperti pada umumnya digelar di ballroom hotel tidak akan dilakukan lagi oleh KPU Bali. KPUD ingin konsep debat Pilgub Bali harus sesuai kultur Bali.
"Nggak (di hotel lagi). Saya akan ubah menjadi balinese style. Jadi, kita harus kembali, namanya di Bali itu orang memilih pimpinan itu duduk melingkar, ngobrol. Jadi enggak perlu lagi teriak-teriakan," katanya.
"Jangan gaya-gaya Amerika pakai podium kemudian mukul-mukul nunjuk-nunjuk. Kalau di Bali begitu, mungkin habis itu dia berkelahi di belakang. Karena (debat pakai podium) bukan tipe kita. Tipe kita itu yang sopan santun, etika, bersila, konsepnya cuma di wantilan duduk bersila."
KPUD menyebut, debat nantinya akan digelar sebanyak tiga kali dengan durasi dua jam. Semuanya berlokasi di wantilan, dan nantinya para awak media bisa melakukan peliputan seperti biasanya.
Sementara, untuk pendukung cagub dan cawagub akan ditempatkan di luar lokasi wantilan dan bakal menonton dari luar lokasi debat sehingga tidak menggangu esensi selama debat tersebut.
"Jadi, kalaupun nanti bawa suporter harus di luar. Saya buatin live streaming jauh supaya tidak mengganggu. Nanti bisa live semua. Live-nya bahkan streaming yang online bisa ikut. Untuk pendukung diatur oleh induknya dan nantinya di luar lokasi, pendukung nggak ikut di dalam wantilan," ujarnya.
"Kalau lihat pilpres berapa menit waktu dihabiskan untuk mendiamkan konstituen. Untuk apa coba? Saya nanya untuk apa, fungsinya untuk apa? Saya ingin yang namanya pemaparan visi-misi betul visi misinya didengarkan bukan teriakan-teriakan orang didengerin," ujarnya.
Sementara, untuk skema debat pemilihan bupati dan walikota di Pilkada 2024 di Bali untuk konsep debatnya itu tergantung KPU kabupaten dan kota.
"Saya ingin mengembalikan tata cara orang berdebat ala Bali bukan ala Amerika yang ber-podium sambil nunjuk-nunjuk karena apa?. Karena kita harus punya atitude yang beda, kan tidak harus begitu, kalau tenang, sepi, kemudian semua orang bisa menilai apa yang disampaikan, nggak harus tepuk tangan, nggak harus lempar-lemparan apalagi berdiri, untuk apa,?" ujarnya
Soal konsep debat Balinese, pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh Partai Politik (Parpol). Harapannya, meski hidup di zaman modern tapi tradisi harus tetap ada.
Tema Debat
Salah satu topikn debat Pilgub Bali tentu soal tranportasi atau kemacetan yang memang terjadi di Bali dan juga soal Warga Negara Asing (WNA) nakal yang bekerja secara ilegal dan membuat keributan yang kerap menjadi sorotan masyarakat Bali.
"Iya pasti, salah satunya (kemacetan dan WNA nakal) kan itu isu yang ada di daerah. Itu fungsinya orang berdebat untuk menyelesaikan permasalahan. Maka, dari itu saya kan sudah bilang, saya ingin debatnya betul-betul konsen," kata dia, saat ditemui di Denpasar, Bali, Selasa (4/6).