Guru Tewas Diserang KKB, Mendikdasmen Minta Aparat Lindungi Pengajar di Daerah Terpencil
Mendikdasmen berharap, kekerasan serupa tidak terjadi lagi.

Menteri Pendidikan Dasar (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti buka suara terkait tewasnya guru akibat penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Dia menyampaikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) turut berbelasungkawa atas meninggalnya seorang guru SD bernama Rosalina Rerek Sogen berasal dari Desa Lewotala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas gugurnya seorang guru karena serangan KKB. Kami di kementerian nanti akan menemui keluarga korban di NTT dan berusaha untuk memberikan bantuan secara material walaupun tidak banyak," kata Abdul Mu'ti di Gedung A Kemendikdasmen di Jakarta, Senin (24/3).
Dia berharap, kekerasan serupa tidak terjadi lagi. Khususnya kepada guru maupun tenaga pendidik yang bertugas untuk mengajar di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia.
Abdul Mu'ti mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak keamanan agar para pengajar di daerah terpencil dapat dilindungi.
"Kami juga sudah komunikasi dengan pihak-pihak keamanan karena banyaknya persoalan yang dihadapi oleh para guru yang bekerja di daerah tertentu, seperti di Papua dengan isu keamanannya," katanya, dikutip dari Antara.
Satu Guru Tewas Diserang KKB
Sebelumnya, Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto mengakui adanya laporan terkait dengan penyerangan dilakukan KKB terhadap guru kontrak di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Berdasarkan laporan, terungkap insiden itu terjadi Jumat (21/3), sekitar pukul 16.00 WIT, saat KKB melintas dan menyerang dan membunuh seorang guru.
Selain menyebabkan satu orang meninggal dunia, enam orang lainnya luka-luka.
Menurut Kementerian HAM, dari tujuh korban yang diserang, enam orang di antaranya berasal dari NTT dan satu orang dari Sorong, Papua Barat Daya. Para korban terdiri atas enam guru dan satu tenaga kesehatan.
Sebanyak tujuh korban yang dievakuasi, antara lain Rosalina yang berprofesi sebagai guru dan ditemukan tewas dengan luka mengenaskan, tiga korban dengan luka berat, yaitu Vidi, Cosmas, dan Tari, serta tiga korban lainnya dengan luka ringan, yaitu Vanti, Paskalia, dan Irmawati.