Hilal, bulan sabit penanda masuknya bulan Ramadan dan Syawal

Merdeka.com - Sidang Isbat untuk menentukan masuknya bulan Ramadan rencananya akan digelar sore ini di kantor Kementerian Agama.Patokan utama penetapan bulan Ramadan adalah hilal.

Hilal adalah bulan sabit baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender Hijriah. Menurut Imam Hanafi, Maliki, Sayfi'i dan Hanbali, hilal juga penyempurna bulan Syaban menjadi 30 hari.

Dalam melihat hilal diperlukan saksi-saksi. Imam Syafi'i dan Imam Hanbali berpendapat hilal bisa disaksikan satu orang saja. Sementara Imam Maliki, mengatakan saksi yang diminta harus berjumlah dua orang.

"Syarat-syarat menjadi saksi. Pertama, Muslim, adil baligh, berakal, lelaki, merdeka (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali). Kedua, wanita dan budak dapat diterima kesaksiannya (hanafi, Maliki dan Hanbali). Ketiga, adil maksudnya tidak melakukan dosa besar,"

Terkadang dalam sidang Isbat penentuan Ramadan terhambat karena perwakilan ormas Islam atau utusan Kemenag, yang ditunjuk sebagai hakim, belum melihat hilal. Imam Hanbali memberikan jalan keluar dengan mengatakan, "Tanggal 29 Syaban malam diwajibkan niat puasa untuk hari berikutnya. Meskipun belum dipastikan apakah hari berikutnya merupakan tanggal 30 Syaban atau 1 Ramadan,".

Isi mazhab tentang puasa dari Imam Hambali yang dikutip dalam buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab karya Thariq Muhammad Suwaidan, juga menyebut jika ternyata ada informasi valid bahwa ternyata hari berikutnya belum masuk 1 Ramadan, maka kita tidak wajib meneruskan puasa.

Selain menjadi penanda masuknya bulan Ramadan, hilal juga menjadi penentu Idul Fitri. Dari kesimpulan 4 mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hanbali, Thariq Muhammad berkesimpulan apabila langit tidak kondusif secara otomatis hari berikutnya adalah 1 Syawal.