Jalan Tertutup Tembok Hotel, Lansia di Bekasi Terpaksa Keluar-Masuk Rumah Lewat Selokan dan Jendela Tetangga
Ngadenin (63) bersusah payah untuk masuk dan keluar rumahnya di Pondokgede, Kota Bekasi. Akses jalan menuju kediamannya tertutup tembok hotel setinggi 15 meter.
Seorang pria bernama Ngadenin (63) harus bersusah payah untuk masuk dan keluar rumahnya di Jalan Raya Jatiwaringin RT03 RW04, Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi. Akses jalan menuju kediamannya itu tertutup tembok bangunan hotel setinggi sekitar 15 meter.
Jalan Tertutup Tembok Hotel, Lansia di Bekasi Terpaksa Keluar-Masuk Rumah Lewat Selokan dan Jendela Tetangga
Satu-satunya akses jalan yang bisa dilintasi menuju rumahnya hanya melalui selokan. Akibat akses jalan yang sulit, dia dan istrinya Nur tidak pernah tinggal di rumahnya sendiri. Mereka terpaksa tinggal di warung sate miliknya.
Ngadenin menceritakan, awalnya dia dan istrinya membeli lahan dan membangun rumah yang berada di pinggir jalan di lokasi tersebut pada 1999 lalu. Rumah itu sekaligus dia jadikan tempat berjualan sate.
Saat itu akses jalan terbuka lebar, karena rumah dan warungnya berada di pinggir jalan. Beberapa tahun kemudian, tetangganya yang berjualan ayam bakar menjual rumahnya kepada pengusaha hotel. Pria lanjut usia ini berusaha mempertahankan rumah dan tempat usahanya. Namun karena ditakut-takuti kediaman dan usahanya akan terkurung bangunan hotel, maka dia pun terpaksa menjual rumahnya.
"Ditawar harganya sangat rendah, tidak sesuai kalau buat beli rumah pengganti enggak dapet," ucap Ngadenin, Senin (10/7).
Setelah menjual rumahnya, bapak dengan lima orang anak ini beli lahan dan bangun rumah di belakang, tidak jauh dari rumah sebelumnya. Ketika itu akses keluar masuk rumahnya yang baru masih tersedia. Namun tidak lama kemudian, tetangga di sekitarnya juga menjual rumahnya ke pengusaha hotel yang sama. Bahkan akses jalan yang biasa digunakan warga juga ikut dijual. Alhasil, sejak 2019 Ngadenin kesulitan menuju rumahnya karena jalan terhalang tembok hotel. "Akhirnya saya beli lagi yang sekarang ini mundur lagi, sekarang ini hotel makin beli lagi ke belakang, akhirnya setelah dibangun saya ditutup total," ungkapnya.
Selama sekitar tiga tahun Ngadenin hanya bisa melalui saluran air selebar sekitar satu meter untuk menuju rumahnya. Setelah keluar dari saluran air, dia juga harus keluar melalui jendela rumah warga agar bisa sampai ke rumahnya.
"Satu-satunya jalan ke rumah saya lewat got dan lewat rumah Bu Peni (tetangganya), katanya.
Penjelasan Camat
Camat Pondokgede Zaenal Abidin mengatakan akan mengundang dinas terkait, pemilik lahan dan pengusaha hotel, untuk duduk bersama mencari solusi dari masalah warganya yang terisolasi. "Beberapa warga menyampaikan ada lahan milik warga yang belum dibebaskan, kita akan memfasilitasinya," katanya.
Ditanya soal perizinan dari pembangunan hotel, Zaenal mengaku belum mengetahuinya. Pihaknya masih menunggu hasil pengecekan dari dinas terkait. "Kami sudah berkoordinasi dengan UPTD Pengawasan Bangunan, saat ini sedang dicek lagi di Distaru apakah sudah masuk perizinannya," katanya.