Jejak Kenangan Ma'ruf Amin dan Sang Ayah di Pesantren Cilegon
Merdeka.com - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin silahturahmi ke Pondok Pesantren Atthohiriyah, Cilegon, Serang, Banten, Sabtu (6/4). Ma'ruf mengenang pesantren itu sebagai tempat ayahnya KH Muhammad Amin belajar agama.
"Saya hari ini bersyukur bisa silaturrahim di pesantren ini, di mana ayah saya dulu pernah belajar di sini sebelum belajar ke Mekkah," ujar Ma'ruf saat tausyiah di hadapan kiai, ulama, dan santri Pondok Pesantren Atthohiriyyah, Sabtu (6/4).
Ma'ruf pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Atthohiriyah setelah belajar di Tebu Ireng, Jombang. Dia tertarik dengan pesantren tersebut karena memiliki keunggulan di kitab kuning dengan sistem pengajaran tradisional.
-
Apa nama kecil Ma'ruf Amin? Dikutip dari Liputan6, ternyata Ma'ruf Amin memiliki nama kecil yang sudah dipersiapkan oleh sang ayah itu. Nama tersebut ialah 'Al-Karkhi' yang terinspirasi dari tokoh Sufi terkemuka asal Persia, Abu Mahfudz Ma'ruf bin Firus al-Karkhi.
-
Siapa orang tua Ma'ruf Amin? Ma’ruf Amin sendiri merupakan putra dari pasangan Kyai Haji Mohamad Amin dan Hajjah Maimoenah.
-
Di mana Wapres Ma'ruf Amin akan mencoblos? Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma’ruf Amin direncanakan mencoblos di TPS 33 Kecamatan Tapos, Depok.
-
Dimana Ma'ruf Amin dibesarkan? Saat itu Ma’ruf dibesarkan di Desa Kresek, wilayah Tangerang, dengan lingkungan keluarga yang religius.
-
Dimana Gubernur Kalimantan Selatan mengunjungi pesantren? Turdes Sahbirin Noor dilanjutkan mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpres) Darussalam Martapura yang telah banyak melahirkan ahli Al-Qur’an yang hebat dan tersebar di seluruh dunia.
-
Mengapa Prabowo mengunjungi pondok pesantren? 'Saya datang untuk sowan mengucapkan terima kasih atas dukungan selama ini yang tidak pernah putus juga untuk minta doa, saya minta saran petunjuk dan tadi saya oleh ketua pembina Kiai haji Komarudin,' ujar Prabowo.
"Jadi betul-betul santri betul, santri kitab kuning tapi melahirkan banyak ulama," imbuh Ketum MUI itu.
Dia juga mengatakan Ponpes Atthohiriyah mencetak ulama-ulama besar dengan umatnya yang ribuan. Maka itu, silahturahmi ini penting dalam agenda pilpres.
"Jadi mereka salah satu simpul di Banten yang punya umat besar dibelakangnya karena ini agak tua pesantrennya," ucapnya.
Sebagai informasi, acara silaturrahmi tersebut dihadiri para ulama dan kiai, yang di antaranya Ketua PWNU Banten, KH. Bunyamin dan Mustasyar PBNU KH. Manarul Hidayat. Hadir pula para pengasuh Pendok Pesantrem Atthohiriyah, seperti KH. Ulfi Zaini Thohir, KH. Murtadho, KH. Hidayatuddin Amin, dan KH. Muhtadi Zaini Thahir.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wapres Ma'ruf Amin merupakan sosok kelahiran Desa Kresek, Tangerang.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku masih mengingat pesan khutbah yang disampaikan oleh almarhum Hasyim Muzadi.
Baca Selengkapnya"Ngehadiri pesantren sekaligus kampanye terselubung," ujar Cak Imin diselingi tawa
Baca SelengkapnyaDesakan dari PKB Banten membuatnya memutuskan untuk maju sebagai bakal calon gubernur.
Baca SelengkapnyaKedatangan Anies, diterima pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kiai Haji Kikin Abdul Hakim dan Ibu Nyai Lelly Lailiyah.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin menegaskan tetap akan mengabdi dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara meski nanti tidak lagi menjadi sebagai Wapres RI.
Baca SelengkapnyaGibran menyampaikan, jika menang 2024 nanti ia berjanji menganggarkan dana abadi untuk pesantren.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan, dirinya merindukan suasana pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Said Aqil saat menyampaikan sambutan dalam acara Haul ke-45 KH. M. Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Baca SelengkapnyaGanjar didampingi oleh Yenny Wahid dan tiba sekitar pukul 16.20 WIB.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, apapun hasil Pilpres 2024 nanti pastinya Allah SWT sudah menuliskan takdir siapa yang berhak menjadi pemenang.
Baca SelengkapnyaUsai ziarah ke Makam Sunan Ampel, Anies-Cak Imin juga ke Makam Ketua PBNU pertama periode 1926-1934, KH Hasan Gipo.
Baca Selengkapnya