Disebut Plonga Plongo dan Tolol, Jokowi: Saya Sedih Budaya Santun Mulai Hilang
Menurut Jokowi, kebebasan dan demokrasi di negeri ini malah digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah.
Menurut Jokowi, budaya santun di Indonesia perlahan hilang.
Disebut Plonga Plongo dan Tolol, Jokowi: Saya Sedih Budaya Santun Mulai Hilang
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan HUT ke-78 RI di Sidang Tahunan MPR. Dalam kesempatan itu, dia mengungkapkan rasa sedihnya terhadap budaya santun bangsa Indonesia yang dirasakannya mulai hilang. Jokowi menjelaskan, menjadi seseorang yang menduduki posisi Presiden tidaklah senyaman yang dipersepsikan. Di balik itu, ada sangat banyak tanggung jawab besar yang mesti diemban dan dituntaskan.
“Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan dan dengan adanya media sosial seperti sekarang ini. Apapun, apapun bisa sampai ke Presiden,”
tutur Jokowi di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).
merdeka.com
Sosial media, lanjut Jokowi, sangat memudahkan masyarakat menyalurkan aspirasinya.
Mulai dari masalah rakyat di pinggiran, sampai dengan kemarahan, ejekan, hingga makian dan fitnah pun dapat dengan cepat disampaikan.
“Saya tahu ada yang mengatakan Saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Fir’aun, tolol. Ya nda apa, sebagai pribadi saya menerima saja. Tapi yang membuat saya sedih budaya santun budi pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang,”
jelas Jokowi.
merdeka.com
Menurut Jokowi, kebebasan dan demokrasi di negeri ini malah digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah.
Baginya, polusi di wilayah budaya itu sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia.
“Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut. Cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik," kata Jokowi. Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa. Menuju Indonesia Maju. Menuju Indonesia Emas 2045,” sambungnya.
Berkali-kali di berbagai kesempatan, Jokowi mengingatkan adanya peluang besar untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Tinggal bagaimana bangsa ini bersikap, dan tidak lebih mementingkan hal yang malah menimbulkan perpecahan.
“Untuk meraih Indonesia Emas 2045 meraih posisi jadi 5 besar kekuatan ekonomi dunia dan tidak hanya peluangnya saja. Tapi strategi untuk meraihnya sudah ada, sudah dirumuskan," ucap Jokowi. "Tinggal apakah kita mau memfokuskan energi kita untuk bergerak maju atau justru membuang energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif, yang memecah belah. Bahkan yang membuat kita melangkah mundur,” Jokowi menandaskan.