Kapolda Metro: Novel enggak pernah beritahu saya soal nama Jenderal
Merdeka.com - Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyebutkan adanya dugaan keterlibatan Jenderal Polisi dalam penyerangan yang menimpa dirinya. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan membantah bahwa Novel telah menyebutkan nama Jenderal tersebut ke kepolisian untuk dilaporkan.
"Saya enggak mendengar itu ya. Kan gampang aja, ini kan ada tindakan pemeriksaan yang bersangkutan, mau di BAP mungkin. Mau tunjukkan siapa Pati (perwira tinggi), di mana, bagaimana caranya, nanti akan diperiksa oleh tim," ujarnya di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (23/6).
"Ke saya enggak pernah. Enggak tahu ke siapa membeberkannya, saya enggak pernah dengar itu," tambahnya.
-
Kapan Novel Baswedan mendengar cerita tersebut? 'Iya saya memang pernah dengar cerita itu, saya saat itu ada di Singapura, sedang berobat,' kata Novel saat ditemui, Jumat (1/12).
-
Siapa yang menginformasikan kejadian tersebut? Dari informasi yang dibagikan oleh sang adik, Olivia Zalianty, Marcella mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika sedang menjalani latihan untuk pementasan Malahayati.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Dimana cerita ini terjadi? Di sebuah kafe kecil di pinggiran kota, hiduplah seorang sandwich bernama Sandro.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
Sementara, terkait tim yang telah dipersiapkan untuk bertemu dengan Novel di Singapura, kemungkinan besar akan berangkat setelah Hari Raya Idul Fitri. "Belum berangkat, mungkin setelah lebaran," imbuhnya.
Iriawan menjelaskan pemeriksaan akan dilakukan apabila Novel telah berada di Jakarta. Mantan Kapolda Jawa Barat ini menegaskan, keterangan Novel sangat penting dalam kasus tersebut.
"Yang tahu kejadin itu kan Novel. Artinya dia jam sekian dia keluar, motor lewat, ada terasa orang menyiram, kemudian dia masuk ke masjid, cuci muka, itu kan belum di BAP," jelasnya.
Di sisi lain, Iriawan tak mempermasalahkan dibentuknya Tim Pencari fakta dari Komnas HAM. Sebab, hal tersebut menunjukkan keterbukaan Polri dalam penyelesaian pernyataan Novel soal Jenderal yang dimuat di salah satu media asing beberapa waktu yang lalu.
"Ya tidak apa-apa, silahkan. Kami kemarin sudah ke KPK untuk penggandengan. Kurang apa lagi. Udah luar biasa, kami datang ke sana, minta penyidik KPK untuk menggandeng untuk melihat perkembangan. Terus apalagi coba. Itu wujud dari keterbukaan kami,"tandasnya.
Dalam wawancara dengan majalah TIME di Singapura, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengatakan ada seorang pejabat polisi yang terlibat dalam kasus penyiraman air keras ke wajahnya.
Sejak insiden yang terjadi pada 11 April lalu, ini adalah kali pertama Novel diwawancara media. Ketika diwawancara di ranjang rumah sakit di Singapura, Novel masih menjalani pemulihan. Matanya masih memakai pelindung yang dipasang di wajah.
Novel mengaku penyiraman air keras itu adalah serangan keenam yang dia alami selama menjadi penyidik KPK. Dia mengatakan cukup heran mengapa polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya.
"Saya mendapat informasi bahwa ada seorang jenderal polisi--berpangkat tinggi--terlibat. Awalnya saya katakan informasi itu tidak benar. Tapi sekarang setelah berjalan dua bulan dan kasus ini belum juga terpecahkan, saya bilang (kepada orang yang menduga polisi terlibat) bahwa rasanya informasi itu benar," ujar Novel, seperti dilansir Time, Selasa (13/6). (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya