Kisah Fatimah, bayi penderita gizi buruk di Gunungkidul
Merdeka.com - Tangis Fatimah terdengar nyaring dari Bangsal Melati, RSUD Wonosari, Gunungkidul, DIY, Jumat (7/7). Bayi yang lahir pada 19 Mei 2017 ini kondisinya kurus. Tangis Fatimah baru berhenti saat ibundanya, Indri Mutoharoh (38) datang dan memberinya ASI.
Fatimah adalah putri ke 8 pasangan Eko Suharno (38) dan Indri yang merupakan warga Padukuhan Creno, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari ini didiagnosa menderita gizi buruk. Fatimah sudah sejak empat hari yang lalu dirawat di RSUD Wonosari.
Indri menuturkan, bahwa Fatimah lahir saat dalam perjalanan ke rumah sakit di Klaten. Rumah Indri yang berada di perbatasan Gunungkidul dengan Klaten ini membuat jarak rumah sakit di Klaten lebih dekat dibandingkan harus menuju ke RSUD Wonosari.
-
Bagaimana kondisi bayi tersebut? Dengan suhu badan yang rendah mencapai 35,7 derajat Celsius saat tiba di rumah sakit, si kecil yang mengalami hipotermia dihangatkan dan diberikan pertolongan pertama secara intensif.
-
Apa yang terjadi pada bayi tersebut? 'Tapi bayi itu selamat. Dia sehat,' ungkap Nana Mirdad seraya membagikan cuplikan-cuplikan video penanganan sang bayi oleh tenaga medis di UGD.
-
Apa yang terjadi pada bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Kenapa bayi di Gaza mengalami gizi buruk? Ibu-ibu mengalami gizi buruk sehingga mereka tidak bisa menyusui bayi mereka. Bayi-bayi pun sekarat karena kelaparan karena mereka tidak bisa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan bayi yang baru lahir.
-
Siapa yang membantu bayi prematur gemuk? Pemantauan ketat dari tenaga medis, seperti dokter anak dan ahli gizi, yang akan membantu memastikan bahwa bayi prematur mendapatkan asupan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
-
Siapa yang menemukan bayi tersebut? Bayi mungil yang diberi nama Bella oleh ART Nana Mirdad, yang pertama kali menemukannya, akhirnya bisa tenang dan tertidur setelah merasa hangat dan kenyang setelah minum susu.
Usai lahir, Fatimah pun dibawa pulang ke rumah. Saat di rumah ini kondisi Fatimah terus menurun. Bobot tubuhnya pun menyusut.
"Waktu lahir beratnya 2,2 kilogram. Sekarang beratnya hanya 1,7 kilogram. Minum ASI nya sedikit," terang Indri, Jumat (7/7).
Kondisi gizi buruk Fatimah ini didorong oleh kondisi keluarga Eko dan Indri yang tergolong kurang mampu. Eko bekerja sebagai buruh serabutan sedangkan Indri menjadi ibu rumah tangga yang mengurus 7 orang anak. Satu orang anak Eko dan Indri sudah merantau dan bekerja di Bekasi seusai lulus SMP. Sedangkan anaknya yang lain semua masih duduk di bangku sekolah.
Terpisah, Pejabat Pengelola Infromasi Daerah (TPID) RSUD Wonosari, Aris Suryanto mengatakan, Fatimah ketika masuk ke RSUD Wonosari, berat badannya tinggal 1, 7 kilo gram. Kasus gizi buruk yang menimpa pasien Fatimah tidak lepas dari riwayat orangtua. Ibu si anak juga diketahui berisiko tinggi terhadap kesehatan, karena jarak kehamilan ke delapan anaknya pendek.
"Sejak dilahirkan memang tergolong berat badannya kurang, karena lahir berat normalnya lebih dari 2,5 kg, dan dia lahir hanya 2,2 kg," papar Aris.
Aris memastikan, seluruh biaya rumah sakit gratis karena ditanggung BPJS. Namun demikian, pihaknya berharap semua pihak turut membantu pasca pulang dari RSUD nantinya. Sebab, jika dibiarkan kondisi kesehatannya bisa memburuk.
"Semua pihak harus terlibat, perlu edukasi bagi keluarga mengenai kesehatan bagi anak tersebut. Selain itu, juga pemahaman terhadap orangtua terkait kehamilan beresiko," pungkas Aris.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saksi melihat ada darah di depan teras musala. Ketika ditelusuri, saksi melihat bayi yang masih dalam kondisi hidup.
Baca SelengkapnyaSang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki pelaku yang membuang bayi itu ke teras rumah warga.
Baca SelengkapnyaBayi dalam keadaan hidup dan sudah dibawa RSKD Duren Sawit.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaSelama ini ibu korban jarang bersosialisasi dengan masyarakat dan ada dugaan depresi.
Baca SelengkapnyaPotret pilu bayi berusia 7 bulan meninggal dunia karena kekurangan gizi.
Baca SelengkapnyaBayi pertama kali ditemukan warga sekitar pukul 05.30 WIB setelah mendengar tangisan dari tepi jalan.
Baca SelengkapnyaKasus bayi alami kritis karena diduga jadi korban kelalaian perawat.
Baca SelengkapnyaKondisi bayi lahir prematur dengan panjang 47 centimeter dan berat badan 2,8 kilogram.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan di Puskesmas Sragi 1, korban ada luka di leher dan di perut dan punggung ada luka memar
Baca SelengkapnyaDalam surat tertulis bagaimana cara merawat sang bayi dan kebiasaannya.
Baca Selengkapnya