Lonjakan Kasus Covid-19 Mengkhawatirkan, Wali Kota Bogor Usul PSBB Diberlakukan Lagi
Merdeka.com - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengusulkan agar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di awal pandemi Covid-19 diberlakukan kembali. Menurutnya, PPKM Mikro saat ini sudah tidak dapat mengendalikan penularan virus.
"Saya kira kita harus berempati kepada tenaga kesehatan yang terus bertumbangan. Semakin lamban dalam mengambil keputusan, semakin banyak nakes yang bertumbangan," kata Bima, Minggu (27/6).
Bima menilai, nakes yang positif terpapar virus justru akan memengaruhi pelayanan terhadap kasus Covid-19, serta berpengaruh pada target vaksinasi. Jika pemerintah pusat tidak bergerak cepat, Bima khawatir semakin banyak korban berjatuhan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
-
Kenapa PBB di Jakarta dikorting? Kebijakan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menciptakan keadilan dan pemerataan dalam pemungutan pajak.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
"Jangan lupa, nakes yang terpapar, bukan hanya memengaruhi pelayanan terhadap kasus Covid-19, tapi jumlah nakes yang terpapar juga memengaruhi target vaksin. Siapa yang akan memberikan vaksin nantinya? Tidak semua orang bisa melayani. Jadi ini harus dipikirkan. Di Kota Bogor semakin banyak nakes terpapar," tegasnya.
Bima berharap pemerintah pusat tidak lagi mengeluarkan kebijakan instan seperti dilakukan beberapa bulan belakangan. "Jadi tidak bisa kebijakan diambil nanti malam untuk berlaku besok. Tidak bisa. Karena kita perlu pengondisian anggaran di sektor formal dan informal. Kita perlu mobilisasi warga, semua supaya memastikan warga tetap bisa makan, terutama yang kerja harian," sebutnya.
"Saya ada komunikasi dengan Menkes. Saya sampaikan data-data di Kota Bogor seperti apa. Ini saya kira masukan agar didengar oleh pemerintah pusat. Karena kepala daerah terbatas kewenangannya," ucap dia.
Bima menilai situasi Covid-19 di daerahnya sangat mengkhawatirkan. Dalam beberapa hari terakhir, 300 warganya terkonfirmasi positif. Bahkan, hampir seluruh rumah sakit yang ada di Kota Hujan mulai penuh.
Bima menjelaskan, pada Minggu (27/6) sekitar pukul 14.00 WIB tambahan kasus mencapai 262 orang. Saat ini, 3.023 orang masih dinyatakan positif Covid-19.
Bima memastikan, RSUD Kota Bogor pun sudah penuh untuk pasien dewasa. "Secara keseluruhan Bed Occupancy Rate (BOR) mendekati penuh. Sudah hampir semuanya terisi. Persentase kenaikan kasus terkonfirmasi positif minggu ini sebesar 78 persen. Sedangkan kasus kematian naik 125 persen. Angka-angka ini mengkhawatirkan," papar Bima.
Menurutnya, penyebaran cepat varian baru Covid-19 yang terus bermunculan, tidak bisa diimbangi dengan vaksinasi. Penambahan kapasitas tempat tidur pun tidak dapat mengimbangi jumlah kasus baru Covid-19.
Sementara kebijakan reaktif, seperti pelarangan mudik, pembatasan mobilitas, sulit dijalankan dengan maksimal di lapangan. Menurut Bima, PPKM yang diterapkan selama ini belum terlihat maksimal untuk mengatasi persoalan yang makin berat.
"PPKM tidak akan efektif bila tidak bersamaan dengan pembatasan yang lebih ketat lagi dalam kebijakan yang lebih makro. PPKM yang berjalan di wilayah tidak akan mampu untuk mengatasi persoalan ketika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tegas dan ketat di wilayah makro," tegasnya.
Dalam skala wilayah, pemerintah daerah memiliki kewenangan terbatas dalam memperkuat kebijakan. "Karena apa pun yang kita lakukan, tidak mungkin melakukan pembatasan jam operasional, jam kantor dan lainnya. Jadi tanpa instrumen kebijakan di tingkat nasional, maka kita akan sulit mengupayakan langkah-langkah yang masif dalam membatasi mobilitas warga," jelas Bima.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaBandara sebagai pintu masuk pertama perlu melakukan persiapan terkait mitigasi Covid-19.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca Selengkapnya