Makna dan Pemicu di Balik #IndonesiaGelap
Prasetyo menyebut justru Indonesia kini sedang bangkit. Dia minta mahasiswa menjadi manusia optimis.

Tagar #IndonesiaGelap mencuat di berbagai platform media sosial, menarik perhatian publik dan menggugah berbagai perbincangan hangat.
Tagar ini mencerminkan keresahan sejumlah pihak terhadap kondisi kebebasan berpendapat dan transparansi di Indonesia, terutama di tengah situasi politik yang kian memanas dan isu-isu hak asasi manusia yang terus mendapat sorotan.
Makna #IndonesiaGelap

#IndonesiaGelap bukanlah sekadar tagar biasa. Ia adalah bentuk protes yang melambangkan kekhawatiran akan “gelapnya” masa depan kebebasan di Indonesia. Istilah “gelap” dalam konteks ini merujuk pada pembatasan kebebasan berpendapat, intimidasi terhadap aktivis, serta pemangkasan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka tanpa takut akan represali.
Tagar ini pertama kali muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap membatasi kebebasan berpendapat, khususnya di dunia maya.
Beberapa peristiwa yang mendasari munculnya tagar ini antara lain penangkapan terhadap individu atau kelompok yang menyuarakan kritik terhadap pemerintah melalui media sosial, serta pelarangan terhadap beberapa gerakan sosial yang dinilai berseberangan dengan kepentingan penguasa.
Banyak pihak yang mendukung gerakan ini, terutama mereka yang merasa bahwa kebebasan berekspresi sedang terkekang. Aktivis hak asasi manusia, jurnalis, serta pengguna media sosial yang merasa terancam dengan pembatasan terhadap kebebasan digital, turut menyuarakan ketidaksetujuan mereka dengan mencuitkan tagar tersebut.
“#IndonesiaGelap adalah respons atas ketakutan yang dirasakan masyarakat, terutama ketika mereka merasa bahwa suara-suara kritis mulai dibungkam. Ini bukan sekadar soal kebebasan berpendapat, tetapi juga tentang hak untuk mengakses informasi yang benar dan terbuka,” kata Alamsyah Hanafiah, seorang pengamat hak asasi manusia.
Pemicu #IndonesiaGelap

1. Penangkapan Aktivis dan Pembungkaman Kritik
Salah satu pemicu utama munculnya #IndonesiaGelap adalah penangkapan terhadap aktivis dan individu yang menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Penangkapan ini seringkali dikaitkan dengan dugaan penyebaran berita bohong (hoaks) atau ujaran kebencian.
Pada tahun-tahun terakhir, beberapa kasus penangkapan dengan alasan ini memunculkan ketakutan di kalangan masyarakat, khususnya di dunia maya, bahwa menyampaikan pendapat kritis dapat berakhir dengan hukuman.
Contoh yang paling mencolok adalah penangkapan beberapa individu yang mengkritik kebijakan pemerintah di media sosial. Aktivis dan pengamat menyebut ini sebagai bentuk pembungkaman suara rakyat.
2. Penyusunan dan Penerapan UU ITE
Salah satu penyebab penting dari kebangkitan tagar ini adalah penerapan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang sering dianggap sebagai alat untuk membatasi kebebasan berekspresi di dunia maya.
UU ITE seringkali dipersepsikan sebagai senjata untuk menghukum orang yang mengkritik pemerintah secara terbuka melalui platform media sosial, bahkan dalam bentuk meme atau komentar sederhana.
Penggunaan UU ITE dalam beberapa kasus, seperti penangkapan terhadap warga yang dianggap melanggar ketentuan, memicu ketidakpuasan. Banyak yang merasa bahwa UU ini disalahgunakan untuk mengintimidasi pihak-pihak yang tidak sependapat dengan pemerintah.
3. Pemblokiran dan Pengawasan Media Sosial
Pemblokiran sejumlah situs web dan platform media sosial oleh pemerintah juga menjadi alasan utama munculnya tagar #IndonesiaGelap. Pihak yang mendukung tagar ini menilai langkah-langkah tersebut sebagai upaya untuk mengekang kebebasan informasi dan komunikasi di dunia digital.
Salah satu kasus yang menyulut protes adalah kebijakan pemblokiran beberapa aplikasi atau situs yang dianggap membahayakan stabilitas nasional atau menyebarkan informasi yang dianggap merugikan pemerintah.
Masyarakat yang khawatir dengan pembatasan ini merasa bahwa ruang publik, terutama di internet, semakin dibatasi, yang berdampak pada kebebasan berekspresi dan hak untuk mengakses informasi yang lebih luas.
4. Peningkatan Kasus Intimidasi dan Teror terhadap Aktivis
Selain kebijakan hukum, peningkatan jumlah intimidasi, teror, dan ancaman terhadap aktivis, pengkritik pemerintah, serta kelompok-kelompok masyarakat yang vokal, juga memicu munculnya #IndonesiaGelap.
Aktivis dan organisasi hak asasi manusia sering kali mendapat ancaman, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang memperburuk suasana kebebasan berpendapat di Indonesia.
Respons Istana

Istana melalui Mensesneg Prasetyo Hadi angkat bicara terkait demo mahasiswa pada Senin (17/2) di berbagai daerah yang memviralkan tagar #IndonesiaGelap. Prasetyo menegaskan, Indonesia tidak gelap dan dia meminta mahasiswa tidak belokkan fakta.
"Namanya kebebasan berekspresi, tapi tolong sekali lagi, ya jangan membelokkan apa yang sebenarnya tidak seperti itu. Mana? Enggak ada Indonesia gelap gitu loh," kata Prasetyo di Kompleks Parleme Senayan, Jakarta, Selasa (18/2).
Prasetyo menyebut justru Indonesia kini sedang bangkit. Dia minta mahasiswa menjadi manusia optimis.
“Kita akan menyongsong Indonesia bangkit. Kita sebagai bangsa harus optimis, harus optimis, kita dalam satu perahu yang sama, dalam satu kapal yang sama kan gitu,” kata dia.
Dia meminta pemerintah diberi waktu panjang dan jangan dinilai saat baru 100 hari kerja.
"Jadi berilah kesempatan juga pemerintahan yang dipimpin Pak Prabowo juga baru 100 hari, baru sekian bulan, banyak sekali masalah, tapi Anda perhatikan bahwa kita terus-menerus mencari cara, mencari solusi," kata dia.
"Bahwa itu belum bisa menyenangkan sebuah pihak, mungkin ada pihak-pihak yang masih belum bisa menerima. Bagi kami pemerintah itu biasa," pungkasnya.