Malam di Lokasi Pengungsian Erupsi Semeru
Merdeka.com - Petugas dan anak-anak sibuk mengangkut kantong berwarna oranye. Semua bergotong royong memindahkan bantuan dari sebuah truk yang terparkir tepat di gerbang SMPN 02 Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur. Dalam dua pekan ini, gedung sekolah itu menjadi tempat pengungsian korban bencana alam erupsi Gunung Semeru.
Kondisi di SMPN 02 Pronojiwo pada Minggu (19/12) itu cukup ramai. Bantuan silih berganti berdatangan. Para pengungsi juga sibuk mengantre distribusi bantuan. Namanya satu persatu dipanggil oleh petugas.
Empat ruang kelas disulap menjadi tempat tinggal sementara pengungsi. Totalnya ada 160 jiwa atau 69 kepala keluarga yang mengungsi dari Desa Supituran. Hampir tidak ada jarak antarpengungsi. Meski tidak berdesakan, empat ruangan kelas itu menampung cukup banyak pengungsi.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
-
Siapa yang bantu tim evakuasi? Dalam pencarian dan evakuasi korban, tim gabungan di Sumatera Barat juga turut dibantu kantor SAR Bengkulu, kantor SAR Jambi dan Kantor SAR Medan.
-
Siapa yang terlibat dalam mitigasi bencana gunung meletus? Dalam penyuluhan ini, masyarakat diajarkan mengenai tanda-tanda awal erupsi gunung berapi, cara evakuasi, dan tindakan darurat yang harus dilakukan.
-
Dimana lokasi erupsi Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Bagaimana pendaki turun dari Gunung Dempo saat erupsi? Dalam keadaan gelap gulita, mereka tunggang langgang menyelamatkan diri turun ke bawah dan selamat hingga ke kaki gunung.
-
Dimana erupsi Gunung Semeru terjadi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
Wajah lelah terlihat dari dalam ruang kelas. Ada anak-anak sibuk mengisi waktu dengan bersenda gurau, ada juga yang asik menonton sesuatu dari telepon pintarnya. Ada juga yang sudah terlelap karena letih.
Sedangkan, ada pengungsi sibuk mondar mandir mengangkut dus berisi mi instan dan sembako. Ada tokoh agama yang memberikan bantuan melalui amplop kepada ibu-ibu, sambil berdoa supaya bencana ini cepat berlalu.
Di depan ruang kelas itu juga terdapat meja yang ditaruh dispenser air dan renceng minuman seduh. Layaknya warung kopi. Di depan ruangan kelas itu para bapak-bapak ngopi hingga merokok. Salah satunya Muslih yang menceritakan pengalamannya.
Erupsi itu membuatnya mengungsi. Meski rumah tidak hancur, bapak berusia 40 tahunan itu bercerita, abu tebal menyelimuti rumahnya. Ia dan keluarga mengungsi. Kebetulan istri dan anaknya bisa dititipkan ke rumah saudara di Kabupaten Malang. Namun, Muslih masih tinggal di pengungsian karena harus mengurus kambing ternaknya yang tersisa di rumahnya.
"Kalau pagi saya ke rumah urus kambing, sore habis magrib kembali ke sini," katanya saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (19/12) malam.
Apa yang dialaminya juga banyak dialami pengungsi lain. Saat pagi buta, banyak pengungsi kembali ke rumahnya yang masih tersisa. Ada berbagai alasan, salah satunya mengurus ternak seperti Muslih. Meski dengan rasa takut, banyak warga terpaksa harus bolak-balik.
"Kalau ini satu bulan juga enggak berani (tinggal kembali di rumah), masih trauma," terang Muslih.
Namun, ada yang tidak bernasib baik seperti Muslih. Banyak pula warga yang terpaksa tinggal sementara di pengungsian karena rumahnya tak bisa lagi ditinggali.
Toha, koordinator para pengungsi itu bercerita, banyak pengungsi yang rumahnya sudah hancur karena erupsi. Tak ada tempat kembali.
Meski bantuan dari berbagai pihak termasuk pemerintah mencukupi untuk hidup sementara di pengungsian, harapan agar bisa kembali itu diinginkan warga Supituran. Toha yang juga pengungsi itu mengatakan, warga berharap bisa kembali tinggal di rumahnya.
Warga berharap uluran bantuan pemerintah untuk memberikan rumah untuk kembali. Masalah ini pun sudah dikoordinasikan dengan Bupati Lumajang Thoriqul Haq.
"Masalah hunian ini sebagian rumahnya hancur. Sudah dikoordinasikan dengan Bapak Bupati Lumajang," kata Toha.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak terpaksa digendong warga agar sepatu dan baju mereka tidak basah saat melintasi sungai Regoyo.
Baca Selengkapnya327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.
Baca SelengkapnyaPada kesempatan itu, Juliati menyalurkan bantuan berupa makanan hingga kebutuhan anak-anak.
Baca SelengkapnyaWarga dua desa di kaki Gunung Ruang dievakuasi daratan Tagulandang.
Baca SelengkapnyaJumlah itu berdasarkan hasil pendataan sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB.
Baca SelengkapnyaTidak hanya mengirimkan bantuan berupa kebutuhan pokok untuk pengungsi, TNI AL juga menyiapkan 400 prajurit dari berbagai satuan ke lokasi.
Baca SelengkapnyaDari 327 pengungsi, terdapat dua orang yang sakit parah yakni stroke dan pendarahan
Baca SelengkapnyaGunung Ruang, yang berstatus Level IV atau Awas, hingga kini masih terus memuntahkan material vulkanik.
Baca SelengkapnyaDalam keadaan gelap gulita, mereka tunggang langgang menyelamatkan .
Baca Selengkapnyaasyarakat terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah hampir sepekan mengungsi.
Baca SelengkapnyaDasyatnya Banjir Lahar Semeru, Putus Jembatan Hingga buat Ratusan Warga Mengungsi
Baca Selengkapnya