Malam Terakhir Jadi Presiden, Jokowi Masih Ladeni Pertemuan dengan Wapres China Han Zheng
Jokowi menutup malam terakhirnya sebagai kepala negara, dengan menggelar pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden China Han Zheng.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menutup malam terakhirnya sebagai kepala negara, lewat pertemuan bilateralnya dengan Wakil Presiden Republik Rakyat Tiongkok (China), Han Zheng di Istana Kepresidenan Jakarta, Sabtu (19/10) malam.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah menyempatkan waktu untuk menghadiri momen pelantikan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2024-2029.
"Terima kasih atas kunjungannya menghadiri acara pelantikan Presiden terpilih dan Wakil Presiden terpilih," kata Jokowi kepada Wapres Han.
Dia meyakini, hal itu adalah sebuah bentuk komitmen dari kemitraan yang kuat antara Indonesia dan China.
"Ini menunjukkan kemitraan yang kuat antara kedua negara," ungkap Jokowi.
Menanggapi hal itu, Wapres Han menyampaikan pesan dari Presiden Xi Jinping yang juga menginginkan hubungan baik dengan Indonesia. Dia meyakini, Presiden Xi menempatkan posisi Presiden Jokowi sebagai seorang sahabat.
"Presiden Xi Jinping sangat menghargai persahabatan antara beliau dan Jokowi. Beliau khususnya menugaskan saya sebagai representatif," tutur Wapres Han.
Sebagai informasi, dalam pertemuan kedua negara tersebut Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Bisar Pandjaitan dan Menteri Sekretaris Negra Pratikno.
Diketahui, Wakil Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Han Zheng, tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 16.30 WIB.
Kedatangan Wapres Han Zheng tidak hanya memperlihatkan eratnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok, tetapi juga membawa harapan bagi peningkatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi dan infrastruktur.
Sebelum Wapres Han, hadir juga Denis Manturov, Wakil Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia, telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu pukul 06.35 WIB. Kehadiran Manturov diharapkan akan meningkatkan kerja sama strategis antara Indonesia dan Rusia.
Kemudian, Pany Yathotou, Wakil Presiden Republik Demokratik Rakyat Laos, tiba pada pukul 11.35 WIB. Kunjungan Yathotou mencerminkan hubungan hangat antara Indonesia dan Laos yang selama ini telah terjalin dengan baik.
Selanjutnya adalah Vo Thi Anh Xuan, Wakil Presiden Republik Sosialis Viet Nam, yang tiba sekitar pukul 13.00 WIB. Indonesia dan Viet Nam diketahui telah lama menjadi mitra dalam berbagai forum internasional, khususnya dalam konteks ASEAN dan kerja sama maritim.
Sementara itu, sekitar pukul 14.00 WIB, Perdana Menteri Republik Vanuatu, Charlot Salwai Tabimasmas, beserta pendampingnya tiba di Jakarta. Kehadiran Perdana Menteri Vanuatu ini membawa harapan akan semakin baiknya hubungan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik.
Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 15.00 WIB. Sultan Hassanal Bolkiah merupakan salah satu pemimpin di Asia Tenggara yang memiliki hubungan diplomatik erat dengan Indonesia. Brunei dan Indonesia juga kerap berkolaborasi dalam berbagai sektor, yang makin mempererat hubungan kedua negara.
Setelahnya, Xanana Gusmao, Perdana Menteri Republik Demokratik Timor Leste, tiba pada pukul 15.40 WIB. Kehadiran Xanana menjadi simbol kuat persahabatan antara kedua negara yang berbagi sejarah.
Dalam waktu yang bersamaan, Perdana Menteri Serbia, Milos Vucevic, juga tiba di Jakarta. Sebagai mitra di luar kawasan, Serbia memandang Indonesia sebagai salah satu negara strategis dalam peta geopolitik global.
Kedatangan para pemimpin dunia ini menandai persiapan menjelang hari bersejarah bagi Indonesia. Kehadiran para pemimpin negara memperlihatkan penghargaan yang tinggi dari dunia internasional terhadap transisi demokrasi di Indonesia, sekaligus memperkuat hubungan bilateral dan multilateral di masa mendatang.