Menjadi Dokter Sekaligus Pasien di Ruang Isolasi
Merdeka.com - Sudah puluhan tahun Rohani menjadi dokter. Tapi baru kali ini dia stres saat menangani pasien. Bukan pasien biasa. Melainkan warga yang diduga terserang Covid-19.
"Saya kelelahan, sempat demam waktu pertama kali karena mungkin stres karena (wabah) ini baru meledak. Saya demam beberapa hari batuk pilek," kata dokter spesialis paru-paru itu seperti dilansir Antara, Rabu (29/4).
Virus Corona menyebar cepat di Pekanbaru. Bahkan kota ini sudah masuk dalam zona merah penularan Covid-19. Pasien terus mengalir masuk ke ruang isolasi rumah sakit.
-
Kenapa dokter Aulia Risma mengalami tekanan? Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu,' sambungnya.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Apa yang terjadi pada dokter Aulia Risma? Kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari menjadi perbincangan hangat masyarakat luas.
-
Bagaimana doktor menghadapi pengangguran? Ganai mengatakan dia bahkan mencoba mencari pekerjaan melalui program pemerintah seperti Undang-Undang Jaminan Pekerjaan Pedesaan Nasional Mahatma Gandhi atau MGNREGA, undang-undang penting tahun 2005 yang menjamin 100 hari kerja bagi setiap warga India.
-
Apa tantangan pasien kanker? 'Ini kan bukan penyakit yang enak, pasti membuat orang khawatir, takut dan sebagainya. Nah, kita yang berada di sekitarnya harus memberi support. Di samping itu, suami dan keluarga yang berada di dekatnya harus memberikan semangat pada dirinya,' ungkap Ikhwan dalam acara gelar wicara bertema 'Mengenal Metastasis Her2-Low' dilansir dari Antara.
Seperti tenaga medis lainnya di seluruh Indonesia, Rohani selama berjam-jam harus menjalankan tugas merawat pasien dengan mengenakan alat pelindung diri. Dia bekerja silih berganti di tiga rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 yakni Rumah Sakit Syafira, Rumah Sakit Prima, dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani Pekanbaru.
Para tenaga kesehatan harus selalu berhubungan dengan pasien untuk memberikan perawatan maupun konsultasi. Kondisi yang ini membuat tenaga medis seperti Rohani rentan tertular virus corona.
Berdasarkan data Dokter Indonesia (IDI) dan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), per 28 April 2020 sudah ada 40 tenaga kesehatan yang gugur dalam tugas berat menangani Covid-19.
Rohani pernah harus menjalani isolasi di rumah sakit. Dia menjadi pasien karena kondisi kesehatan menurun.
"Saya sempat diisolasi, sempat merasakan isolasi seperti pasien lainnya," katanya, menambahkan, selama isolasi dia berusaha meningkatkan daya tahan tubuh agar cepat pulih.
Dia bersyukur hasil pemeriksaan menunjukkan tidak terserang virus corona. Sehingga dia bisa melanjutkan panggilan tugas untuk menangani pasien Covid-19.
"Saya langsung terjun lagi, balik kerja lagi, karena kita kekurangan tenaga dokter, di mana-mana kurang tenaga kesehatan," katanya.
Memposisikan Diri Sebagai Pasien
Setelah mengalami masa karantina, Rohani jadi lebih mudah memposisikan diri dalam menangani pasien yang stres saat pertama kali masuk ke ruang isolasi. Diakuinya, psikologis pasien dalam kondisi tidak stabil ketika berada di ruang isolasi. Beruntung Rohani bisa menangani mereka dengan baik.
"Ada beberapa pasien sampai mau lari, buat tingkah, enggak mau makan. Kita sedang diuji sabar kita menghadapi mereka, karenanya harus memposisikan seandainya kita di posisi mereka," katanya.
Rohani bersyukur keluarganya terus mendukung meski waktunya kini terkuras untuk menangani pasien. "Walau ada kekhawatiran, kita saling menjaga, saling menguatkan," katanya.
Selama bertugas menangani pasien Covid-19, Rohani juga mendapat banyak saudara. Dia terharu mendapati pasien yang sembuh lalu memberikan dukungan moril kepada para tenaga kesehatan.
"Setelah pasien pulang mereka ucapkan terima kasih sampai luar biasa, padahal memang itu tugas kita. Jadi mereka sering WhatsApp ke perawat dan dokter ucapkan terima kasih karena berminggu-minggu sama kita ya jadi seperti keluarga jadinya," kata Rohani.
Sampai sekarang jumlah pasien yang menjalani perawatan terkait penularan Covid-19 masih meningkat di Pekanbaru. Rohani bersama para tenaga medis dan paramedis berusaha sebaik mungkin untuk mendukung penanggulangan wabah.
Dia hanya berharap setiap setiap warga secara sadar mau tetap berada di rumah dan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona agar wabah segera berakhir.
"Mereka yang di rumah itu pahlawan sebenarnya," kata Rohani.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidupnya
Baca SelengkapnyaAksi protes kasus pemerkosaan dan pembunuhan sadis seorang dokter di rumah sakit milik pemerintah India mengalami peningkatan di seluruh negeri.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani, secara lugas mengungkit kasus perundungan diduga dialami Dokter Aulia Risma hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaKabar kurang sedap datang dari pilot Vincent Raditya. Ia tengah menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit
Baca SelengkapnyaPetugas KPPS yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa itu berjenis kelamin laki-laki dan usianya masih muda.
Baca Selengkapnya