Pensiunan Jenderal Bintang Tiga Kritik Polisi Gemar Pose Bareng Pelaku Kriminal
Merdeka.com - Aparat penegak hukum kerap kali berpose di belakang pelaku kriminal. Foto biasanya diambil usai penyidik Polri menangkap buruannya.
Sambil salam komando, biasanya pelaku kriminal yang baru ditangkap duduk di depan sederet polisi. Hal itu disinyalir sebagai bukti keberhasilan mereka dalam mengungkapkan suatu kasus.
Seperti halnya dalam unggahan akun Instagram @indotoday memperlihatkan delapan orang anggota kepolisian yang sedang narsis foto di depan buruannya seorang Tiktoker Popo Barbie atau inisial EY. Popo terlibat kasus pornografi yang disebarkan di media sosial.
-
Siapa yang berpose bersama dalam pemotretan? Tampil dengan pesona yang memukau, Jo In Sung, Han Hyo Joo, dan Ryu Seung Ryong. Muncul memikat di sampul majalah terkemuka, Rolling Stone Korea.
-
Siapa yang menunjuk PIC? PIC biasanya ditugaskan langsung oleh manajer atau kepala divisi untuk memimpin tim dalam menyelesaikan proyek dan memastikan semua elemen proyek berjalan dengan baik.
-
Foto apa yang dimaksud? Foto itu ternyata sangat disukai Einstein. Maka dia segera memesan banyak salinan agar dia bisa menandatanganinya dan mengirimkannya ke teman-temannya sebagai lelucon.
-
Siapa yang berfoto bersama di Istana Merdeka? Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengabadikan momen bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
-
Siapa sosok jenderal polisi yang ada di poster bersama Nagita? Sosok jenderal Polisi yang wajahnya bersanding dengan Nagita dalam poster viral tersebut ialah Irjen Pol (Purn) Carlo Brix Tewu.
-
Siapa yang terlibat dalam pemotretan? Beginilah penampilan Tyas Mirasih dan Tengku Tezi dalam sesi pemotretan terbaru mereka bersama MORDEN.
Terlihat mereka berfoto dengan sikap komando bersama Popo lengkap dengan barang buktinya.
Lantas kenapa anggota kepolisian kerap kali memamerkan foto narsisnya di depan buruannya?
Komjen (Purn) Ito Sumardi beranggapan aksi narsis yang dilakukan oleh aparat kepolisian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai suatu kebanggaan tersendiri dalam mengungkapkan suatu kasus.
Sebab, sebagai suatu anggota dari satuan bhayangkara seharusnya dikenal sebagai sosok yang akrab dengan masyarakat bukan menjadi ajang pamer.
Terlebih pada saat HUT ke-77 Bhayangkara pada 1 Juli 2023 lalu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan permohonan maaf secara terang-terangan.
Apa yang dilakukan oleh anggota ini dapat diartikan sebagai kebanggaan yang tidak seharusnya ditayangkan dan diviralkan dan seharusnya apa yang dilakukan anggota tidak untuk 'dipamerkan' yang akan menimbulkan 'kesan arogansi'," ujar Ito saat dihubungi merdeka.com, Senin (3/7).
"Pidato Kapolri di HUT Bhayangkara yang meminta maaf atas hal-hal yang menyakiti hati masyarakat seharusnya diimplementasikan anggota di lapangan dalam sikap yang rendah hati, tanpa pamrih dan selalu hadir disaat masyarakat membutuhkan," lanjut dia.
Itu menjelaskan buntut dari aksi pamer anggota polisi itu sejatinya telah termaktub dalam kode etik profesi polri Perkap no 14 tahun 2011 yang mencakup aspek etika kenegaraan, aspek kelembagaan, aspek etika kemasyarakatan dan etika kepribadian.
"Dalam Etika Kepribadian berkaitan erat dengan kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam kepolisian," jelas dia.
Mantan Kabareskrim Polri itu menyebut ada beberapa etika kepribadian yang memuat dalam berperilaku untuk anggota Polri. Mulai dari kehidupan beragama hingga sopan santun.
"Kehidupan beragama, kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum, sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," tuturnya.
Ito juga beranggapan kalau pengungkapan kasus seperti Tiktoker Popo Barbie itu hanyalah kasus yang biasa-biasa saja namun terkesan dibesarkan-besarkan.
"Banyak kasus-kasus menonjol lain yang perlu penanganan Polri dan masyarakat akan lebih apresiasi apabila tidak perlu diviralkan pelaku yang ditembak, ditangkap, dan lain sebagainya," pungkasnya.
Secara terpisah, Ketua Harian Kompolnas, Irjen (Purn) Benny Mamoto menyebut fenomena penyidik dengan pose sikap komando tidak lain hanyalah pengungkapan keberhasilan atas upaya penangkapan pelaku tindak kriminal.
"Itu sekalian untuk menunjukkan prestasi pengungkapan kasus," kata Benny saat dihubungi merdeka.com.
Ia menyarankan agar pengambilan gambar seperti itu lebih baik di lakukan pada saat press rilis dengan awak media. Terlebih pengambilan foto itu pada saat di kantor polisi.
"Berbeda ketika proses penangkapan di lapangan yang menggambarkan kondisi dan dinamika di lapangan," ujar dia. (mdk/rhm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baru-baru ini Kopral Bagyo membagikan potret terbaru dirinya dengan para Jenderal berpengaruh.
Baca SelengkapnyaPotret gagah Panglima TNI Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Kompol Syarif dan juga Mayor Teddy di IKN, Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaIrjen Pol Hendro Pandowo mengunggah momen makan bersama dengan para perwira dan mengunggahnya di akun media sosial pribadinya.
Baca SelengkapnyaSeorang prajurit TNI minta foto dengan Kapolri karena ngefans, ia mengaku sering melihat Jenderal Listyo Sigit di televisi.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial Facebook, seorang polisi selingkuh dengan istri tahananlapas narkotika Tanjung Jabung Timur.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Kepulauan Riau Kombes Zahwani Pandra Arsyad memastikan foto tersebut merupakan dokumen lama.
Baca Selengkapnya