Perjuangan Mbah Lindu hidupi 5 anaknya dengan jualan gudeg
Merdeka.com - Dengan sabar Mbah Lindu melayani pembeli gudeg yang dia jajakan. Tak jarang dia pun terlihat ngobrol dan bercanda dengan pembeli yang sudah menjadi langganannya sejak lama.
Tidak heran jika nenek berumur 97 tahun itu sudah memiliki banyak pelanggan. Sebab, Mbah Lindu sudah berjualan gudeg sejak Jepang belum masuk ke Indonesia.
Awalnya, Mbah Lindu menjajakan gudeg dengan berjalan kaki, dari Jalan Kaliurang hingga kawasan sekitar Malioboro.
-
Di mana Jepang pertama kali mendarat di Indonesia? Kota yang pertama kali diduduki Jepang saat memasuki Indonesia adalah Tarakan.
-
Bagaimana Jepang menaklukan Indonesia? Jepang memasuki Indonesia dengan melakukan invasi militer selama Perang Dunia II.
-
Kapan Jepang mulai menjajah Indonesia? Proses masuknya Jepang ke Indonesia berawal pada masa Perang Dunia II pada tahun 1942.
-
Siapa pemimpin pasukan Jepang di Indonesia? Pasukan Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura berhasil menggantikan kekuasaan Belanda setelah melakukan invasi yang cepat dan efektif.
-
Mengapa Jepang menyerang Indonesia? Jepang menilai bahwa keberadaan negara sekutu akan menghambat ekspansinya di kawasan Asia.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
"Kalau dulu, jualan biasanya jalan kaki, soalnya kendaraan juga belum ada, jalan juga belum ada yang pake aspal," kenang Mbah Lindu menceritakan masa ketika dia masih muda.
Nenek yang memiliki nama asli Setya Utama itu mengaku berjualan gudeg sejak masih muda. Dia berjualan gudeg guna membesarkan kelima anaknya.
Bahkan menurutnya, ketika Jepang masuk ke Indonesia, dia sudah memiliki seorang anak. Oleh karena itu dia harus mencari biaya untuk membesarkan anaknya.
"Saya jualan gudeg sudah lama, untuk membiayai anak," terangnya.
Di usia senjanya kini, saat berjualan gudeg setiap harinya, dia ditemani anak bungsunya, Ratiah (50).
Ratiah yang setiap hari menemani sang ibu berjualan gudeg mengaku, bahwa langganan gudeg buatan ibunya sudah sangat banyak. Mulai dari wisatawan sampai pakar kuliner.
"Yang sering jajan ke sini sudah banyak, kalau liburan, banyak wisatawan yang jajannya ke sini. Ada juga pakar kuliner yang sering mampir ke sini," terang Ratiah.
Melihat neneknya yang sukses berjualan gudeg, kini cucunya pun juga sudah mulai mengikuti jejak sang nenek, berjualan gudeg.
"Cucu saya kini ada dua yang juga berjualan gudeg, alhamdulillah juga laku," jelas nenek 97 tahun tersebut.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak cerita inspiratif anak pedagang gorengan yang sukses jadi peneliti di Jepang.
Baca SelengkapnyaAnak dari penjual rujak dan pisang goreng kini dilantik jadi Menko. Begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaAbdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaHal itu diungkapkan Duta Sheila On 7 saat diundang di channel YouTube Salim A.Fillah. Berikut cerita selengkapnya.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini sering menyambut para ulama Jawa Timur yang ziarah ke makam Sunan Ampel
Baca SelengkapnyaMasih ingat dengan pria wisudawan Poltekad yang sebelumnya berprofesi menjadi penjual gorengan. Berikut kabarnya kini.
Baca Selengkapnya