Pertemuan 5 Warga NU dengan Presiden Israel Berbuntut Panjang, Ini Sederet Faktanya
Lima warga NU itu dihujat hingga kini terancam dipecat dari PBNU.
Pertemuan lima warga Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog berbuntut panjang. Lima warga NU itu dihujat hingga kini terancam dipecat dari PBNU.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, pertemuan lima tokoh muda NU dengan Presiden Israel itu melukai hati masyarakat Indonesia.
“Kunjungan itu juga melukai perasaan kita semua," kata Gus Ipul dalam keterangannya, Senin (15/7).
Gus Ipul menyebut, lima tokoh muda NU itu tidak pernah meminta izin ke PBNU sebelum menemui Presiden Israel.
"Kelima orang tersebut tidak mendapat mandat PBNU, juga tidak pernah meminta izin ke PBNU" ucap dia.
Berikut sederet fakta pertemuan 5 warga NU dengan Presiden Israel yang berbuntut panjang:
Awal Mula Pertemuan 5 Warga NU dengan Herzog Viral
Foto pertemuan lima warga NU dengan Presiden Israel Isaac Herzog viral di media sosial. Potret pertemuan itu dibagikan pertama kali oleh akun Instagram bernama @zenmaarif.
Dalam keterangan fotonya, pemilik akun @zenmaarif menyebut sedang berbincang langsung dengan Isaac Herzog.
Dia mengaku bertemu Isaac Herzog bersama rombongan di Istana Presiden Israel untuk membahas konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel.
"Alih-alih demonstrasi di jalanan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkap gagasan. Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog,” tulis @zenmaarif.
Postingan itu kemudian dibagikan Ismail Fahmi ke platform X dengan nama akun @ ismailfahmi. Tak butuh waktu lama, postingan tersebut langsung viral.
Tak sedikit warganet yang mengecam pertemuan itu. Mereka menilai, pertemuan tokoh NU dengan Presiden Israel melukai hati masyarakat Indonesia. Sebab, hingga kini, Israel masih melancarkan agresi militernya ke Gaza, Palestina.
Dipanggil PBNU
Ketua PBNU, Savic Ali mengatakan, PBNU memanggil lima warga NU (nahdiyin) yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, hari ini, Selasa (16/7). PBNU memanggil mereka untuk meminta klarifikasi.
“Iya (5 tokoh muda NU yang bertemu Presiden Israel dipanggil),” kata Savic Ali.
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyampaikan hal serupa. Dia mengatakan, PBNU akan memanggil lima nahdiyin untuk dimintai keterangan.
"Penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan serta hal-hal prinsip lainnya," ujar Gus Ipul dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (15/7).
Gus Ipul mengatakan bahwa PBNU juga segera memanggil pimpinan badan otonom (banom) serta lembaga yang menjadi pengabdian dari kelima orang tersebut.
"Ketua Umum juga akan memanggil pimpinan banom dan lembaga yang menjadi pengabdian yang bersangkutan," ujar Gus Ipul.
Jika ditemukan unsur pelanggaran organisasi, Gus Ipul mengatakan, bukan tidak mungkin kelima orang itu akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau banom.
Wamenag Buka Suara
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki angkat bicara soal polemik lima pemuda Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
Menurut Saiful, pertemuan itu bukan atas nama PBNU maupun Pemerintah Indonesia.
“Kita tegaskan itu bukan atas nama PBNU dan pemerintah Indonesia,” kata Saiful di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (16/7).
Saiful menyebut PBNU akan segera memberikan pernyataan resmi dan kabar ke Kemenag terkait polemik tersebut.
“Kita tunggu kabar PBNU aja. Dan akan disikapi kok oleh PBNU,” pungkasnya.
Jokowi Tegaskan Sikap Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons pertemuan lima orang Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, di Israel. Jokowi meminta hal tersebut ditanyakan lebih lanjut kepada Pengurus Besar Nahdlaul Ulama (PBNU).
"Ya ditanyakan saja ke PBNU," kata Presiden Jokowi, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (16/7).
Jokowi lantas menegaskan sikap pemerintah Indonesia pada Israel. Hal itu tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
"Karena sikap pemerintah jelas sesuai pembukaan UUD 1945. Jelas sekali," tegas dia.
"Jadi tolong ditanyakan ke PBNU dan Indonesia akan ikut ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi," ujar Jokowi.