Puisi Sukmawati Soekarnoputri berbuntut ke kepolisian
Merdeka.com - Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang sempat diucapkan beberapa waktu lalu langsung menuai kritik dari para warganet. Pasalnya, puisi berjudul Ibu Indonesia itu diduga berbau penistaan agama.
"Aku tak tahu Syariat Islam. Yang ku tahu, sari konde Ibu Indonesia sangatlah indah. Lebih cantik dari cadar dirimu. Gerai tekukan rambutnya suci, sesuci kain pembungkus wujudmu."
Itulah sepenggal puisi kontroversial Sukmawati Soekarnoputri yang kini berbuntut ke kepolisian. Puisi tersebut dibacakan Sukmawati dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis 29 Maret. Puisi tersebut dianggap sejumlah pihak sebagai bentuk penistaan agama.
-
Siapa yang digugat Wulan Guritno? Puncak dari liku-liku perjalanan cinta Wulan adalah gugatannya terhadap Sabda Ahessa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
-
Apa yang digugat Wulan Guritno? Gugatan perdata ini terkait dengan dana talangan renovasi rumah, mencapai ratusan juta rupiah. Wulan meminta pengembalian dana talangan dan mengajukan biaya ganti rugi serta denda.
-
Siapa cucu Suti Karno? Suti Karno punya cucu, namanya Abdulghani.
-
Siapa yang mengkritik pernyataan Kartika Putri? Pernyataan kontroversialnya tentang mengaji menyebabkan dia menjadi sasaran cibiran netizen.
-
Siapa yang mengkritik Kartika Putri? Kartika dan Habib Usman langsung mendapat kritik pedas dari netizen yang menyatakan mereka terlalu banyak mengeluarkan komentar tidak pantas saat sedang beribadah.
-
Apa pernyataan kontroversial Kartika Putri? Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Kartika Putri menjadi viral karena mengusulkan ide adanya adu mengaji antara calon presiden (capres).
Tercatat, sudah ada dua laporan yang diterima Polda Metro Jaya terkait puisi Sukmawati itu. Kedua pelapor adalah pengacara bernama Denny Adrian Kushidayat dan politikus Partai Hanura, Amron Asyhari. Denny mengaku mewakili umat Islam dalam membuat laporan.
Ia menilai Sukmawati dalam puisinya melecehkan dan menghina umat Islam. "Kalimat pembuka itu Syariat Islam disandingkan dengan sari konde, itu enggak pantas. Kalau saya harus jujur dia lebih parah dari Ahok," ujar Denny di Markas Polda Metro Jaya, Selasa (3/4/2018).
Laporan Denny bernomor LP/1782/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimum atas dugaan Penistaan Agama Islam sebagaimana diatur dalam Pasal 156 A KUHP dan atau Pasal 16 UU Nomor 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis.
Sedangkan laporan Amron bernomor LP/1785/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimum dengan dugaan Penistaan Agama Islam sebagaimana diatur dalam Pasal 156 A KUHP. Amron berharap polisi bertindak tegas dan profesional dalam mengusut laporan ini.
"Saya tak akan mencabut laporan meski dia meminta maaf nantinya. Ini jelas telah menghina dan melecehkan kami sebagai umat Islam. Saya minta agar polisi segera mengusut kasus ini," tegas Amron.
Tak hanya ke Polda Metro Jaya, Sukmawati Soekarnoputri juga akan dilaporkan ke Bareskrim Polri. Laporan itu akan dilayangkan Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) pada Kamis 4 April.
Laporan ke Bareskrim Polri akan dilakukan lantaran Sukmawati dinilai telah melecehkan agama melalui puisi yang dibacakannya. "FUIB mengajak ormas agar bersatu dan bersama melaporkan Sukmawati lantaran dinilai telah melakukan pelecehan dan penistaan agama," kata Ketua Umum FUIB Rahmat Himran saat dihubungi Liputan6.com, di Jakarta.
Dia menambahkan, FUIB akan mengawal kasus ini agar dapat diproses secara tuntas. "Agar kasus tidak terulang lagi. Kalau bergulir begitu saja, (sama saja) membiarkan agama dilecehkan orang tidak bertanggung jawab," ujar dia.
Rahmat menyayangkan sikap Sukmawati yang melakukan hal tersebut. Kendati sebagai anak Presiden ke-1 RI Sukarno, Sukmawati tetap sama di mata hukum.
"Proses hukum. Tidak terkecuali anak proklamator. Harusnya dia bisa menjaga lisan," ujar Rahmat.
Rencana pelaporan terhadap Sukmawati itu ditempuh sebagai jalan terakhir. Rahmat mengaku telah menghubungi Sukmawati agar menyampaikan permohonan maaf. Namun hal itu tidak direspons.
"Sudah saya hubungi, tidak ada itikad baik (untuk minta maaf), enggak ada. Dihubungi tak ada respons. Sudah saya SMS, telepon, tidak ada respons sama sekali," jelas Rahmat.
Keluarga besar Presiden Pertama RI Sukarno melalui Guntur Soekarnoputra, angkat bicara terkait puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri. Dia memastikan seluruh keluarga Bung Karno sejak kecil dididik dan diajarkan keagamaan sesuai syariat Islam.
"Sebagai anak tertua, saya saksi hidup, bahwa seluruh anak Sukarno dididik oleh Bung Karno dan Ibu Fatmawati Sukarno sesuai ajaran Islam," kata Guntur dalam keterangannya, Selasa (3/4/2018).
Dia menuturkan, seluruh keluarga diajarkan syariat Islam. Termasuk, Bung Karno yang menjalankan rukun Islam.
"Kami diajarkan syariat Islam. Dan Bung Karno pun menjalankan semua rukun Islam, termasuk menunaikan ibadah haji," jelas Guntur.
Atas nama keluarga besar Bung Karno, dia menyesalkan kemunculan puisi Sukmawati yang dibacakan di gelaran Indonesia Fashion Week 2018. Saat itu digelar acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya.
Guntur memilih tidak mau mengomentari lebih jauh puisi adiknya itu. Namun, satu hal yang pasti, masih kata dia, puisi yang dibuat Sukmawati sama sekali tidak terkait dengan pandangan dan sikap keluarga Bung Karno mengenai ajaran agama Islam.
"Itu pendapat pribadi Sukmawati, tidak ada urusannya dengan pandangan dan sikap keluarga," jelas Guntur.
Dia juga merasa yakin, puisi Sukmawati tidak mewakili sikap keimanannya sebagai pemeluk agama Islam.
"Saya juga yakin puisi Sukma tersebut tidak mewakili sikap keimanannya sebagai seorang muslimah, dan saya ingin Sukma segera meluruskannya," pungkas Guntur.
Terpisah, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto meminta Sukmawati Soekarnoputri memberikan klarifikasi terhadap puisi "Ibu Indonesia" yang dibacakan saat Indonesia Fashion Week. Hal ini, menurut dia, demi menghindarkan salah tafsir.
"Secara pribadi tentu saja, yaitu Sukmawati harus memberikan klarifikasi. Jangan sampai pernyataan-pernyataan kemudian menimbulkan salah tafsir," kata Hasto.
Dia berharap, klarifikasi ini bisa segera dilakukan. "Inilah yang kami harapkan (memberikan klarifikasi)," ujar Hasto.
Hasto juga mengatakan diperlukan proses tabayun untuk menyelesaikan masalah ini.
"Tabayun saja. Kita, kan, bangsa yang berdialog," pungkas Hasto.
Tak Dibuat GaduhSementara itu, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menilai, puisi dari putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri tidak perlu dibuat gaduh.
"Tapi mungkin Mba Sukma enggak terlalu mengira bahwa di sebagian orang, azan dan hijab juga indah, buat kami inilah Indonesia. Kita harus saling toleran, dan tak perlu dibuat gaduh," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Mardani menganggap puisi anak dari Presiden Sukarno itu hanya sebagai otokritik. Sehingga tidak perlu dibuat gaduh dan bisa diselesaikan secara formal ataupun nonformal.
"Usul saya penyelesaian bukan di jalur hukum atau minta maaf, tapi di jalur silaturahmi, jalur ketemuan, ngopi bareng, ngeliwet bareng, kalau perlu maulidan bareng, sehingga Mba Sukma tahu ada orang Islam yang sedikit sensitif," ujar Mardani.
Anggota Komisi II DPR ini berharap masalah ini tidak diperbesar. Namun, menurut dia, jika memang Sukmawati ingin meminta maaf tentu harus dengan perasaan yang tulus.
"Kalau boleh saya imbau jangan dibuat gaduh, Mba Sukma orang baik, dan yang disampaikan buat kami otokritik biar dakwah ini bisa lebih diterima berbagai kalangan," ucap Mardani.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, polemik puisi dibacakan Sukmawati Soekarnoputri sebaiknya diserahkan kepada ahlinya. Namun untuk meredam pihak yang berbeda pandangan, Lukman menyarankan Sukmawati memberikan permintaan maaf terbuka.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita itu disampaikan Guntur Soekarnoputra dalam buku berjudul 'Sang Saka Melilit Perut Megawati, Humaniora, Sejarah, dan Nasionalisme Internasionalisme'.
Baca SelengkapnyaIa berharap, agar Guntur tetap menjadi pemikir pejuang yang selalu patriotik atau patriotisme.
Baca SelengkapnyaPernyataan Rocky Gerung, kata Hasto, sangat tidak dipantas diucapkan. Sehingga wajar direspons oleh kader PDIP.
Baca SelengkapnyaButet dilaporkan relawan Jokowi ke Polda DIY pada Selasa (30/1).
Baca SelengkapnyaButet dinilai menghina Presiden Jokowi saat membacakan pantun di kampanye Ganjar Pranowo.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini kembali viral video ucapan Ketum PDIP Megawati tentang penghinaan terhadap Jokowi.
Baca SelengkapnyaMegawati merasa sang pembuat lirik sudah membuat Indonesia Raya dengan mengacu kondisi di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSudah seyogyanya semua pihak dapat memahami esensi dari suatu gelaran acara, terlebih bagi aparat penegak hukum.
Baca SelengkapnyaSuswono dilaporkan ke Bawaslu oleh Organisasi Masyarakat Betawi Bangkit.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku heran dituding mengintimidasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Baca SelengkapnyaAcara tersebut diselenggarakan pimpinan MPR RI di Ruang Delegasi Lantai 2 Gedung Nusantara V MPR RI, Jakarta, hari ini.
Baca SelengkapnyaHal ini dikatakan Guntur dalam acara bedah buku berjudul 'Sang Saka Melilit Perut Megawati, Humaniora, Sejarah, dan Nasionalisme Internasionalisme'.
Baca Selengkapnya