Seorang Advokat Dilaporkan ke Polisi Terkait Kasus Anak Bos Prodia, Ini Dugaan Perannya
Ada satu nama lagi yang dilaporkan kubu Arif terkait dugaan penipuan, penggelapan dan pencucian uang ke Polda Metro Jaya. Dia berinisial EDH.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengungkapkan fakta baru dalam kasus dugaan pemerasan yang dialami anak bos Prodia, Arif Nugroho. Ada satu nama lagi yang dilaporkan kubu Arif terkait dugaan penipuan, penggelapan dan pencucian uang ke Polda Metro Jaya. Dia berinisial EDH.
EDH merupakan kuasa hukum pertama Arif dan rekannya, Muhammad Bayu Hartanto. EDH menjadi kuasa hukum saat Arif dan Bayu Hartanto menjadi tersangka kasus pembunuhan dan kekerasan seksual kepada seorang remaja putri.
"Advokat EDH ini dilaporkan oleh kuasa hukum yang baru (Arif), Pahala Manurung dengan tindak pidana penggelapan dalam jabatan, penipuan, dan dugaan TPPU," kata Sugeng Teguh Santoso saat dikonfirmasi, Rabu (30/1).
Menurut Sugeng, Evelin diduga memberikan janji kepada Arif bakal mendapatkan penangguhan penahanan dari AKPB Bintoro, bila memberikan uang senilai RP20 miliar. Saat itu, Arif diketahui baru mengirimkan uang senilai Rp4,1 miliar.
Di satu sisi, Nama Bintoro rupanya diperjualbelikan oleh Evelin dengan janji manis yang ditawarkan ke klien lainnya.
"Polisi ataupun Bintoro itu dicatut dugaan saya, oleh Evelin, supaya dia (Evelin) bisa narik dana terus dari kliennya dengan menjual nama polisi bahwa polisinya akan begini begitu dengan sejumlah uang," ungkap Sugeng.
Terkait perkembangan penanganan kasus pembunuhan dan kekerasan seksual yang menjerat Arif beserta Bayu Hartanto, saat ini berkas perkara masih berproses di jaksa.
Laporan tersebut tercatat telah teregister dengan nomor LP/B/612/I/2025/SPKT/POLDA METRO JAYA, 27 Januari 2025.
"Polda Metro Jaya telah menerima laporan. Laporan tersebut diajukan oleh saudara PM atas nama korban, dengan terlapor saudari EDH," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi saat konferensi pers, Rabu (29/1).
Ade Ary kemudian membeberkan, kejadian penggelapan terjadi pada April 2024. Kala itu, EDH meminta Arif Nugroho untuk menjual mobilnya demi membantu mengurus perkara hukum.
"Sebagai bagian dari kesepakatan, korban meminta agar hasil penjualan mobil mewah tersebut sebesar Rp3,5 miliar ditransfer kepadanya," ujar dia.
Nyatanya, uang hasil penjualan tak kunjung diberikan kepada Arif Nugroho. Begitupun mobilnya. Akibatnya, Arif Nugroho merugi hingga Rp6,5 Miliar.
Atas kejadian itu, Arif Nugroho yang merasa dirugikan mengadukan hal ini ke Polda Metro Jaya.
"Laporan ini kini sedang didalami oleh tim penyelidik Polda Metro Jaya untuk diusut tuntas," ucap dia.
Lebih lanjut, Ade Ary belum dapat menjawab kaitannya laporan penggelapan dengan dugaan pemerasan yang dilakukan oleh AKBP Bintoro dan kawan-kawan. Dia beralasan, masih dalam proses penyelidikan.
"Terkait dengan masalah mobil yang dimiliki oleh saudara AN dan telah dilaporkan di SPKT Polda Metro Jaya, saat ini belum dapat dipastikan apakah ada kaitan atau tidak dengan kasus yang dimaksud. Penyelidik dari Polda Metro Jaya akan melaksanakan pemeriksaan dan pendalaman lebih lanjut untuk memastikan hal tersebut, dan kami akan memberikan informasi lebih lanjut setelah hasil pemeriksaan tersebut tersedia," ujar dia.
Sementara itu, Dalam laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Jakarta Selatan, gugatan tersebut telah teregister dengan nomor 30/Pdt.G/2025/PN JKT SEL. Selain Bintoro, anak pemilik Prodia juga menyeret AKP Marianaa, AKP Ahmad Zakaria, Evelin Donhar Hutagalung, dan Herry.
Dalam gugatannya kedua tersangka memerintahkan agar Bintoro dana para tergugat lainnya mobil dan kendaraan mewah lainnya.
"Memerintahkan Tergugat I,II, III, IV, V, untuk mengembalikan uang atau menyerahkan mobil Lamborghini Ampetador, Motor Sporststar Iron, Motor BMW HP4 yang pernah dijual dan dikembalikan kepada penggugat I.
Selain itu, memerintahkan Bintoro dan empat tergugat lain mengembalikan uang Rp1,6 miliar.