Sepak Terjang Intel Tentara Dalam Sejarah TNI, Menyusup ke Markas GAM hingga Perburuan Bandit-Bandit di Jakarta
seorang prajurit TNI sukses melakukan penyamaran dan penyusupan ke dalam anggota GAM
Beragam cara penyamaran prajurit TNI
Sepak Terjang Intel Tentara Dalam Sejarah TNI, Menyusup ke Markas GAM hingga Perburuan Bandit-Bandit di Jakarta
Sersan Badri, seorang prajurit TNI yang tergabung dalam satuan Kopassus telah berhasil menyusup dan menyabotase puluhan senjata musuh. Dirinya sukses melakukan penyamaran dan penyusupan ke dalam anggota GAM.
Keberhasilannya itu setelah dirinya bersama pasukan elite TNI lainnya banyak diajarkan tentang teknik-teknik penyamaran semasa pendidikan.
Untuk kisah Badri ini tertulis dalam buku yang berjudul "Kopassus untuk Indonesia" karya Iwan Sentosa dan E.A. Natanegara.
Dalam melakukan penyamarannya menjadi simpatisan GAM, ia harus rela menjadi tukang buah. Apa yang dilakukannya ini agar identitas asli dirinya tidak diketahui.
Ketika itu, Badri menyamar sebagai tukang durian yang akan mengirim dagangannya dari Medan ke Lhokseumawe. "Dalam perjalanan, melewati pos penjagaan dan pemeriksaan aparat, beberapa kali saya diminta jatah durian." cerita Badri.
Saat itu, Badri menceritakan kalau ia memberi dua buah durian. Tapi ditolak karena jatah kurang. "Saya beri dua buah durian justru dimarahi lalu ditempeleng. Katanya, kalau untuk GAM pasti saya memberi lebih banyak.
Di sini ada satu peleton anggota yang sedang berjaga, mana cukup kalau cuma dua buah durian?" kata Sersan Badri sambil meniru ucapan mereka.
Lalu, alasan Badri untuk menyamar sebagai tukang buah perantauan, karena kala itu sulitnya menyusup ke dalam masyarakat Aceh yang trauma akibat konflik berkepanjangan.
Kemudian, alasan Badri lainnya menyamar menjadi tukang buah perantauan, agar dirinya bisa leluasa bergerak dari Medan, Sumatera Utara hingga Lhokseumawe di Aceh Utara untuk menjalankan bisnis buah yang bisa diantarkan ke markas GAM.
Selama setahun melakukan penyamaran, ia pun memetakan situasi lapangan di Aceh, khususnya di sekitar Lhokseumawe yang menjadi basis utama kekuatan militer GAM. Tak hanya itu saja, Badri juga berhasil dekat dengan keluarga petinggi GAM, mulai dari istri, anak, orangtua atau mertuanya.
Demi penyamarannya tidak terbongkar, Badri sampai rela menyewa tiga kost seharga Rp600.000 di berbagai daerah untuk persembunyian istri panglima GAM itu. Bahkan, ia pun sukses mengantar pasokan beras ke markas GAM demi menguji kesetiaannya.
Meskipun hanya sementara sampai meloloskan anggota GAM ke Malaysia, karena posisi mereka akan sangat terdesak saat Darurat Militer diberlakukan.
Kesabaran dan usaha Badri ternyata tak sia-sia, karena ia sampai mendapat kesempatan memasuki gudang senjata milik GAM. Saat itu Badri datang ke Markas GAM di Blang Ngara, Aceh Utara, saat pasokan senjata baru tiba.
Ia diminta melatih serdadu GAM baris-berbaris, menembak dengan senjata SS-1, AK 47 dan bongkar pasang serta perawatan senjata.
Badri juga melihat bongkar muat 125 pucuk senapan milik GAM yang diselundupkan dari Thailand dan Malaysia. Dalam penyamaran dan sukses memasuki gudang persenjataan GAM, Badri kemudian menggunakan kesempatan itu untuk menyabotase senjata-senjata GAM. Alat pembidik pada senapan-senapan GAM sengaja dibengkokkan agar tembakan mereka tidak tepat sasaran.
Badri juga pernah memberi bocoran pada GAM tentang gerak-gerik TNI di sana. Bahkan, seringkali anggota TNI menembaki temannya sendiri itu. Wajar saja, karena penyamaran ini hanya petinggi TNI yang tahu.
Selain itu, pemasukan GAM juga diberikan dari perusahaan-perusahaan besar seperti Exxon Mobil, Pupuk Iskandar Muda, ASEAN Fertilizer, dan seluruh warga Aceh.
Kemudian, setelah diberlakukan Darurat Militer tahun 2003, ruang gerak GAM pun kian menyempit dan para petinggi GAM mulai minta perdamaian. Berdasarkan pemantauan tim Kopassus yang menyusup ke sarang GAM, amunisi dan logistik GAM juga sudah menipis.
Konflik berkepanjangan ini pun akhirnya berakhir setelah ada peristiwa tsunami yang menerjang Aceh pada 2004. Lewat meja perundingan, akhirnya disepakati perdamaian antara RI-GAM di Helsinki.
Setelahnya, hingga sampai saat ini sudah tidak ada lagi konflik antara TNI dan GAM.
Menyamar Jadi Tukang Cendol
Penyamaran anggota TNI menjadi seorang pedagang bukan hanya dilakukan oleh Badri. Karena, tugas penyamaran ini juga pernah dilakukan oleh Slamet (69), seorang purnawirawan TNI AD berpangkat sersan dua di Kesatuan Artileri Pertahanan Udara.
Kisah Slamet ini diceritakannya saat ditemui merdeka.com yang pernah terlibat dalam operasi memburu penjahat di kawasan Pedongkelan, Jakarta Barat. Dia dipilih menjadi intel karena rambutnya yang gondrong tidak seperti anggota TNI lain yang cepak.
Dalam tugas perburuan penjahat selama hampir dua bulan lamanya, Slamet menyamar menjadi seorang tukang cendol. Untuk gerobak cendolnya sudah dipersiapkan oleh kesatuan dan dia hanya tinggal menjualnya saja.
"Ya saat bikin cendol bisa kemanisan bisa enggak manis, maklum lah saya kan bukan tukang cendol," kenangnya sambil tertawa saat ditemui merdeka.com (27/2/2015).
Kala itu, ia mengaku kerepotan saat memburu pelaku sambil melayani pelanggan yang terus berdatangan karena ingin membeli cendol dagangannya.
Dalam operasi penangkapan, Slamet juta dilengkapi senjata jenis FN yang diikatnya di pinggangnya, dan juga ada foto pelaku yang tengah diburu. Tugas penyamaran dirinya itu hanya memantau dan memastikan di mana pelaku berada.
Pemantauan ini dilakukan Slamet sambil berdagang dengan mengelilingi daerah Pedongkelan untuk memastikan alamat penjahat yang diburunya.
Dua bulan memantau pergerakan sang buruan, akhirnya Slamet memastikan target dan melaporkan ke komandannya. Saat penyergapan, terjadi baku tembak di daerah tersebut.
Karena kaget, Slamet yang masih menyamar sebagai tukang cendol langsung loncat ke kali untuk menyelamatkan diri. Untungnya, Slamet selamat dan tidak ikut tertembak saat penggerebekan tersebut.
"Tembakan dari segala arah pas penggerebekan itu, saya panik dan langsung loncat aja," tuturnya.
Menyamar Karena Cinta
Untuk menyembunyikan identitas asli pekerjaannya sebagai prajurit TNI, ternyata bukan hanya dalam memburu seorang penjahat atau menjalankan tugas kedinasannya atas perintah atasan.
Karena, penyamaran yang dilakukan oleh anggota TNI Angkatan Darat (AD) ini untuk menaklukkan cinta pujaan hatinya. Hal ini dilakukan berawal dari keisengan dirinya yang mencoba mendekati perempuan yang kini menjadi istrinya.
Kisahnya dalam mendekati gadis dengan penyamarannya itu diceritakan melalui akun Tiktok @dykasandanris13318.
Dalam keterangannya, tentara tersebut mengaku jika ia mencoba berkenalan dengan seorang gadis tanpa menunjukkan identitas aslinya.
"Deketin cewe lewat penyamaran. Nyamar jadi anak perantauan yang belum punya kerjaan tetap," tulis keterangan foto.
Punya Alasan Sendiri
Pria tersebut mengaku, jika dirinya tidak mau mengungkapkan identitas aslinya yakni pekerjaan aslinya yang merupakan seorang tentara.
Bukan tanpa alasan hal ini dilakukan olehnya, karena ia ingin mendapatkan seorang pasangan yang tulus tanpa memandang pekerjaannya.
"Aku selalu pap (kirim) foto tanpa seragam. Mulai suka bercanda karena suka lihat senyumnya. Akhirnya aku menemukan wanita yang tulus," tulisnya.
Putuskan Bertemu
Setelah keduanya merasa sudah cukup dekat dalam perkenalannya itu, sang pria pun memberanikan dirinya untuk mengungkapkan identitas aslinya.
"Dia anak alumni pesantren, paling benci dengan kebohongan. Jadi aku berani jujur dan buka identitas asli (tentara) Tapi dia malah ngambek jadi gak mau video call lagi," kata si pria.
Pria itupun akhirnya meminta maaf, hingga menjelaskan maksud dibalik penyamarannya tersebut. Setelah itu, keduanya pun sepakat bertemu.
Langsung Sampaikan Keseriusan
Tak butuh waktu lama, pada pertemuan kedua si pria pun langsung mengungkapkan keseriusannya kepada pihak keluarga perempuan.
"Ketemuan ke 2 aku ngomong ke ortunya kalau aku udah serius dan aku langsung kasih emas 2 mayam untuk meyakinkan hatinya kalau aku serius," kata si pria.