Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sepeda jadi Primadona di Tengah Pandemi

Sepeda jadi Primadona di Tengah Pandemi Sepeda mini. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Sudah dua tahun Momo menerima jasa mengecat dan merakit sepeda. Tapi baru dua bulan ini, Mei sampai Juni, ia merasa kewalahan.

Ruang depan sampai ruang belakang bengkel miliknya, Momo Virus Paint (MVP) di Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, dipadati oleh rangka-rangka besi sepeda. Sepeda-sepeda itu menunggu antrean untuk dijamah.

"Lima rangka sepeda itu baru selesai saya cat," kata Momo sembari mengarahkan jari telunjuknya ke atas lemari kayu.

Momo bercerita, hampir tiap hari, ia menerima 3-6 sepeda maupun rangka sepeda. Jasa yang seringkali ia terima, restorasi sepeda mini menjadi minion. Kata Momo, sepeda mungil yang khas dengan frame lengkung atau letter U ini, memang tengah digandrungi oleh banyak kalangan.

Biasanya, frame lengkung itu diminta agar dicat dengan warna-warna cerah. Selain itu, bagian-bagian sepeda diperbaharui seperti misalnya group set gigi mulai dari tuas rem, tuas pemindah gigi sampai pemindah rantai. Perakitan lengkap, sebab panjangnya antrean, membutuhkan waktu 2 pekan.

"Kalau hanya cat rangka saja, kurang lebih 3 hari selesai," kata Momo.

"Rangka sepeda itu sudah dua bulan di sini. Pemiliknya belum dapat suku cadang yang cocok karena mulai langka di pasaran," lanjut Momo sembari menunjuk salah satu rangka sepeda yang tergeletak di lantai.

Harga Suku Cadang

Disebabkan berderetnya antrean, Momo pun terpaksa mengubah pola pemberian jasa. Dulu, ia bersedia membantu pelanggan untuk mencari suku cadang. Tapi kini, ia menyarankan pelanggannya untuk mencari suku cadang sendiri. Pasalnya, harga suku cadang cepat berubah seiring maraknya pembelian sepeda.

"Harga suku cadang gak stabil. Stock juga sering kosong. Saya gak mau risiko dengan pelanggan," ujar Momo.

Amrizal, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang jadi salah satu pelanggan Momo memahami lamanya pengerjaan perakitan itu. Ia pun mesti bersabar selama 2 bulan untuk merakit sepeda minion.

Amrizal bercerita mesti berburu suku cadang dari satu toko ke toko lain di perkotaan Purwokerto. Bahkan, ia mesti menyisir toko-toko daring. Satu bulan lebih, perburuannya selesai.

Kisah perburuan ini berawal dari rangka bekas sepeda mini merk Phoenix yang ia dapatkan seharga Rp250.00 di layanan jejaring sosial. Amrizal pun memulai merancang minion yang ia idamkan. Rangka yang telah pudar itu dicat ulang. Suku cadang ia lengkapi satu demi satu. Tak terasa, biaya yang ia keluarkan Rp4,5 juta.

"Baru saya pakai dua kali sepeda ini, dari rumah ke bengkel. Kesulitannya memang cari suku cadangnya. Tapi lucu juga, saya baru beli ban Rp250 ribu. Langsung ada yang nawar Rp500 ribu. Tapi saya gak mau jual lagi karena susah dapatnya," kata Amrizal.

Bersepeda, bagi Amrizal sudah menjadi bagian kegemaran di lingkungan keluarganya. Sejak sekolah menengah pertama, ia akrab dengan sepeda. Sedang ketertarikannya pada sepeda minion, memang baru. Tak ia pungkiri, keputusannya merakit sepeda minion karena kerap melihat foto-foto di aplikasi berbagi foto dan video.

Bentuk minion yang mungil, memantik Amrizal ingin memiliki sepeda mini ini. Tapi, ia ingin sepedanya agak berbeda dengan tampilan minion lain yang cenderung cerah. Amrizal justru memilih warna cenderung gelap untuk frame sepedanya.

"Saya sendiri malah belum foto dengan sepeda ini," gurau Amrizal.

Solusi Kejenuhan

Di Kabupaten Banyumas, sebagaimana juga di sejumlah daerah lain, bersepeda memang tengah digemari warga sebagai aktivitas olahraga luar ruang sejak masa kenormalan baru pandemi Covid-19. Tak sulit mendapati, orang-orang dewasa sampai anak-anak mengayuh sepeda di jalanan pemukiman maupun pinggiran jalan raya. Baik pagi, siang, sore atau malam hari, para pesepeda acapkali nampak.

Firdany, penghobi sepeda yang akrab disapa Cungkring, gemar memodifikasi sepeda mini. Empat sepeda mini bekas yang ia restorasi jadi minion telah terjual di kisaran harga masing-masing Rp3 juta. Menurutnya, sepeda minion digemari karena menuntut kreatifitas modifikasi yang unik serta estetik. Tantangannya, restorasi dan modifikasi tanpa mengorbankan nilai fungsi sepeda.

"Modifikasinya juga bisa dengan biaya rendah. Misalnya dengan menyisihkan uang Rp1 juta sudah bisa jadi minion. Jadi wajar saja jika saat ini paling digemari. Karena beli sepeda baru, dengan model yang cocok, harganya bisa lebih dari Rp1 juta," kata Firdany saat ditemui di kediamannya di Purwokerto Utara.

Dany punya pendapat, maraknya kegemaran bersepeda karena olahraga luar ruang ini adalah aktivitas yang menjawab kejenuhan setelah sekian lama mesti berada dalam rumah akibat pandemi Covid-19. Bersepeda di satu sisi jadi ajang rekreasi bersama keluarga atau kawan terdekat. Disisi lain juga aktivitas yang terkesan berkaitan dengan menjaga kebugaran.

"Meski akhir-akhir ini, terasa juga bersepeda itu jadi ajang panjat sosial di media sosial. Sulit jadinya membedakan bersepeda sebagai kebugaran atau citra diri akhir-akhir ini," kata Firdany.

Di aplikasi berbagi pesan foto dan video semisal, tak sulit menemukan foto seseorang yang berpose bersama sepeda di suatu tempat. Tak sulit pula, mendapati potongan video yang memperlihatkan aktivitas mengayuh sepeda baik kelompok maupun perorangan. Bahkan, bersepeda juga seakan jadi kegemaran massal tokoh-tokoh publik baik selebriti, pejabat pemerintah maupun tokoh politik.

"Saya ada teman, yang sulit dapat izin keluar rumah oleh orang tuanya karena pandemi ini. Tapi kalau bersepeda, dia diizinin. Jadi bersepeda menolong dia bisa nongkrong bersama teman-temannya," kata Dany sembari tertawa.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sopir Truk di Majalengka Banting Setir Jadi Pembuat Mobil Kayu Akibat Pandemi, Kini Bisa Biayai Kuliah Anak
Sopir Truk di Majalengka Banting Setir Jadi Pembuat Mobil Kayu Akibat Pandemi, Kini Bisa Biayai Kuliah Anak

Sosok Sumarno ini menginspirasi. Ia banting setir dari sopir jadi perajin miniatur.

Baca Selengkapnya
Berawal dari Modal Rp200 Ribu, Mantan Pengemudi Ojol Buka Usaha hingga Raup Omzet Rp400 Juta Per Bulan
Berawal dari Modal Rp200 Ribu, Mantan Pengemudi Ojol Buka Usaha hingga Raup Omzet Rp400 Juta Per Bulan

Produksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Hanya Bisa Pasrah Saat Honda Scoopy nya Dirusak Oleh Monyet
Wanita Ini Hanya Bisa Pasrah Saat Honda Scoopy nya Dirusak Oleh Monyet

Takut menghampiri, wanita ini pilih pasrah saat ada seekor monyet yang merusak motornya.

Baca Selengkapnya
Usaha Mebel Tutup Akibat Bom Bali, Gede Merta Akhirnya Raup 25 Juta Per Bulan dari Dulang dan Bokor
Usaha Mebel Tutup Akibat Bom Bali, Gede Merta Akhirnya Raup 25 Juta Per Bulan dari Dulang dan Bokor

Usaha dulang batok ini sempat meraup omset hingga 35 juta perbulan.

Baca Selengkapnya
Hanya Bisa Pasrah, Seorang Wanita Cuma Bisa Lihat saat Honda Scoopy Miliknya Dirusak Seekor Monyet
Hanya Bisa Pasrah, Seorang Wanita Cuma Bisa Lihat saat Honda Scoopy Miliknya Dirusak Seekor Monyet

Takut menghampiri, wanita ini pilih pasrah saat ada seekor monyet yang merusak motornya.

Baca Selengkapnya