Serunya wisata nikmati kesejukan Taif di Makkah mirip Puncak Bogor
Merdeka.com - Arab Saudi selama ini cuma dikenal dengan negara memiliki suhu panas. Tapi siapa sangka ternyata negeri penghasil minyak terbesar di dunia tersebut ternyata memiliki daerah cukup dingin. Daerah itu bernama Taif. Bahkan suhu di daerah ini bisa mencapai 4 derajat celcius. Tak kalah dingin dengan puncak Bogor.
Berada di ketinggian 1.828 Mdpl, cuaca dingin langsung menyergap kulit saat tim Media Center Haji (MCH) Daker Jeddah Kementerian Agama singgah ke kota tersebut belum lama ini. Setelah melewati perjalanan lebih kurang satu setengah jam dari kota Makkah, wartawan merdeka.com Anwar Khumaini, dan beberapa tim MCH disuguhi pemandangan sangat berbeda dengan kota-kota di Arab Saudi pada umumnya.
Di Taif suasana tampak hijau, cuaca sejuk dan dingin, serta angin sepoi-sepoi. Selain lewat Makkah, Taif juga bisa melalui Jeddah dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam.
-
Di mana salju turun di Arab Saudi? Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan fenomena salju yang turun di tengah padang pasir di wilayah Al-Jaws di Arab Saudi.
-
Dimana suhu udara paling tinggi? Persebaran secara horizontal menunjukkan suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis garis ekuator (garis khayal yang membagi bumi menjadi bagian Utara dan Selatan) dan semakin ke arah kutub suhu udara semakin dingin.
-
Apa yang ditemukan di Arab Saudi? Di sebuah oasis di Arab Saudi, ditemukan sebuah kota berbenteng berusia 4.000 tahun yang selama ini tersembunyi.
-
Kapan suhu di Makkah mencapai puncaknya? Suhu di Makkah melonjak hingga 51,8 derajat celcius, menurut pusat meteorologi nasional Arab Saudi.
Saat kami mengunjungi Taif, suhu udara saat itu cuma 34 derajat celcius. Beda dengan kota-kota lain di Arab Saudi seperti Makkah, Madinah dan Jeddah yang rata-rata suhunya bisa mencapai 45 derajat celcius.
Untuk mencapai Taif, kita harus melewati dataran tinggi penuh kelokan. Tak kurang dari 91 kelokan harus kita lalui, lumayan curam tapi kita akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan kiri kanan, kelokan jalan yang kita lewati bak liukan penari yang indah dipandang. Kita juga bisa melihat kota Mekkah dari atas.
Tak cuma itu, di kawasan puncak Taif masih masuk wilayah Makkah tersebut kita juga bisa menyaksikan segerombolan monyet di kanan kiri jalan berebut makanan dilempar para pengendara jalan.
Kami sempat mampir di salah satu rumah makan terletak di daerah Shafa, salah satu kawasan di Taif yang ramai dikunjungi wisatawan saat libur tiba. Kepada kami, sang pemilik rumah makan, Allahdad asal Pakistan bercerita rumah makan miliknya bisa dikunjungi lebih dari 100 orang jika akhir pekan tiba, yakni kamis sore atau Jumat.
"Kalau hari-hari biasa cuma sekitar 10 orang. Tapi kalau weekend tiba lebih dari 100 orang bisa mampir ke warung kami," kata Allahdad yang menjual Nasi Mandhi tersebut memulai pembicaraan.
Pria yang baru beberapa bulan saja hijrah ke Arab Saudi tersebut bercerita, saat akhir pekan tiba, lokasinya berjualan menjadi incaran para turis. Bahkan mereka tak cuma menginap di hotel atau vila, tak sedikit cuma duduk-duduk di pinggir jalan sampai pagi tiba untuk sekadar menikmati cuaca dingin khas Taif.
"Biasanya kamis sore atau Jumat kawasan ini akan dipenuhi wisatawan," tutur pria yang hijrah ke Arab Saudi bersama rekannya bernama Ahmad Karim itu.
Tapi jangan sembarangan blusukan di kawasan ini. Sebab, menurut Allahdad, di daerah tersebut banyak terdapat vila-vila pribadi milik keluarga kerajaan Arab Saudi. Di sekitar kawasan tersebut tidak boleh dilewati masyarakat umum.
Selesai menikmati sajian nasi Mandhi, kami pun bergegas menuju salah satu masjid berada tak jauh dari warung makan milik Allahdad untuk melaksanakan salat Ashar. Kebetulan saat itu waktu menunjukkan pukul 15.30 waktu setempat. Saya kaget saat sedang ambil wudu, tiba-tiba ada pria Arab senyum-senyum melihat saya sambil bilang, "Puncak, Puncak." Saat saya tanya, ternyata pria berewokan tersebut mengaku pernah ke Puncak Bogor, Jawa Barat untuk berwisata.
"Saya pernah ke Puncak," tutur pria tersebut sembari memasuki masjid.
Kota Taif ini memang tak jauh beda dengan kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat. Selain memiliki daerah yang dingin, untuk menuju Puncak atau pun Taif juga harus melewati jalanan berliku yang cukup curam dan menantang adrenalin.
Setelah salat Ashar, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu wahana hiburan di kawasan Shafa, Taif. Di sebuah bukit yang paling tinggi di Shafa, kami bisa menyaksikan pemandangan hijau sejauh mata memandang. Bahkan di puncak bukit terdapat sebuah 'gardu pandang' yang bentuknya mirip sebuah benteng. Tapi sayang kami tak mampir ke sana lantaran harus jalan kaki beberapa ratus meter. Tak ada jalan mulus untuk menuju ke sana, melainkan melewati jalan setapak dengan bebatuan yang terjal.
Sebagai gantinya, kami menjajal hiburan murah meriah di lereng bukit, yakni menjajal naik onta, kuda, atau bermain gokar. Kami memilih yang naik onta, karena tampak 'Arab banget'. Untuk bisa naik onta dan keliling taman selama kurang lebih 10 menit saja, kami harus membayar 10 Riyal atau sekitar Rp 35 ribu saja. Kita pun bisa foto-foto sepuasnya dengan onta tersebut. Murah bukan!
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat, kami harus segera turun. Dalam perjalanan pulang, tak lupa kami berfoto-foto di beberapa spot di sepanjang jalan yang suasananya ijo royo-royo, seperti bukan di Arab Saudi.
Sayangnya, karena cuaca sudah gelap, kami tidak bisa mengabadikan momen berfoto bersama di spot yang menunjukkan cantiknya kelokan-kelokan jalanan yang kita lewati untuk menuju Taif.
Kami menyempatkan mampir ke sebuah toko buah dan minuman-minuman dingin dan hangat sebelum turun ke kota Makkah, yakni di daerah Hada. Buah-buah yang dijual tak kalah banyak dengan di kawasan Puncak Bogor, seperti delima, pisang, apel, jeruk, dan masih banyak lagi buah-buahan yang lain. Bahkan tak sedikit di kawasan ini pria-pria menjual jagung bakar. Dengan membayar 5 Riyal, atau 3 Riyal kalau kita pintar menawar, kita bisa merasakan nikmatnya jagung bakar hangat, ditemani teh atau kopi khas Arab seharga 3 Riyal saja.
Tak cuma sebagai kota wisata, Taif dulu juga menjadi salah satu tempat hijrah Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun Nabi cuma berada 10 hari di sana lantaran mendapatkan perlawanan penduduk setempat. Bersama sahabat Zait bin Haritsah, Nabi Muhammad mengalami kisah sedih lantaran diusir oleh penduduk setempat.
Momen ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian (619 Masehi). Saat itu Nabi Muhammad yang sudah tak tahan dengan tekanan penduduk Makkah memutuskan untuk hijrah ke Taif. Apalagi, saat itu Nabi juga sedang bersedih lantaran baru saja ditinggal wafat istri tercinta Siti Khadijah dan Pamannya Abu Thalib.
Penduduk asli Taif, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW hingga kakinya terluka. Zaid bin Haritsah pun mencoba melindungi Nabi, tapi kepalanya justru terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.
Mengalami penderitaan ini, Rasulullah pun berdoa kepada Allah SWT. hingga akhirnya malaikat Jibril datang dan atas kehendak Allah menawarkan malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung Akhsyabin dan ditimpakan ke penduduk setempat. Rasulullah pun menolak dan menjawab
"Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun," demikian petikan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri kedua Rasulullah SAW).
Doa Nabi Muhammad itu pun terkabulkan. Saat ini, meski Taif menjadi kawasan wisata, namun suasana religius juga tampak di kawasan tersebut. Bahkan di salah satu masjid di Taif, bernama Masjid Wadi Mahram, menjadi salah satu tempat miqat (tempat memulai mengenakan pakaian ihram) bagi umat Islam yang hendak menjalankan ibadah umrah. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret kota yang disebut terdingin di Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaMekkah diguyur hujan deras tapi air yang turun bukannya dingin melainkan panas.
Baca SelengkapnyaDi bawah permukaan pasir, ada banyak air menggenang hingga emas dan berlian.
Baca SelengkapnyaSebuah mushola dibangun berada di ketinggian 2680 MDPL, suhu dingin di mushola tersebut membuat salah seorang jemaah memilih untuk tayamum.
Baca SelengkapnyaGambar gurun tandus yang tiba-tiba menghijau ini viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaTak seperti warga di berbagai belahan dunia lainnya, warga Mekkah justru tak terlihat panik saat angin puting beliung melanda.
Baca SelengkapnyaJika biasanya dalam kurun waktu yang pendek, kali ini salju dengan cuaca dingin justru bertahan cukup lama di Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaPada waktu-waktu tertentu suhu di Arab Saudi bisa mencapai 50 derajat celsius.
Baca SelengkapnyaHantaman badai kuat telah menutup sekolah-sekolah di Makkah. Bahkan Masjidil Haram terkena dampak hujan lebat yang disertai angin kencang.
Baca SelengkapnyaAda sebuah penginapan ekonomis di salah satu sudut kotanya yang bisa dikunjungi.
Baca SelengkapnyaKetua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani mengungkapkan tiga penyebab suhu udara terasa panas belakangan ini.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tersebut hampir terjadi di zaman Rasulullah.
Baca Selengkapnya