Spanduk sindiran terhadap KPK mejeng di Matraman
Merdeka.com - Dua buah spanduk terbentang di jembatan layang, Depan Kompleks Berlan, Jalan Matraman Raya. Entah siapa yang memasangnya, namun keberadaan spanduk tersebut cukup membetot perhatian warga yang melintas di bawahnya.
Spanduk tersebut bernada sindiran terhadap Komisi pemberantasan Korupsi. Dalam spanduk tersebut bertuliskan, 'Komite Pengawas KPK (KP KPK): HIMBAUAN !!! SEMUA SAKSI & TERSANGKA KPK HARAP SEBUT NAMA ANAS AGAR DIPERINGAN HUKUMANNYA, JIKA TIDAK !! HUKUMAN AKAN DIPERBERAT!!!". Sedangkan spanduk kedua bertuliskan, "Ibu Pur berani jujur, KPK berani ngawur".
Yanto salah seorang tukang ojek yang mangkal di bawah jembatan layang itu mengaku baru tahu tadi pagi keberadaan spanduk itu. Dia pun tidak tahu siapa yang memasangnya.
-
Apa yang dilaporkan IPW kepada KPK? Laporan yang dilayangkan Indonesia Police Watch (IPW) atas dugaan gratifikasi Rp100 miliar dengan terlapor mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo harus dipisahkan dari politik.
-
Siapa yang diperiksa KPK? Mantan Ketua Ferrari Owners Club Indonesia (FOCI), Hanan Supangkat akhirnya terlihat batang hidungnya ke gedung Merah Putih, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (25/3) kemarin.
-
Apa yang diselidiki KPK? Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menyelidiki dugaan kasus korupsi pengadaan lahan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
-
Siapa yang diperiksa oleh KPK? Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej rampung menjalani pemeriksaan penyidik KPK, Senin (4/12).
-
Apa yang di periksa KPK? 'Yang jelas terkait subjek saudara B (Bobby) ini masih dikumpulkan bahan-bahannya dari direktorat gratifikasi,' kata Jubir KPK, Tessa Mahardika Sugiarto di Gedung KPK, Kamis (5/9).
"Gak tau. Saya juga baru lihat tadi pagi-pagi. Kayaknya itu dipasang dini hari tadi, saat lagi sepi," kata Yanto saat ditemui merdeka.com di bawah jembatan layang itu, Rabu (11/12).
Spanduk tersebut muncul lantaran pengakuan Bu Pur alias Sylvia Soleha dalam sidang Deddy Kusdinar. Bu Pur mengatakan pernah dipaksa oleh Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengakui mengenal Anas Urbaningrum. Padahal, kata Bu Pur, saat diperiksa, dia mengaku tidak mengenal Anas.
Namun, ketika membaca Berita Acara Pemeriksaan dirinya, Bu Pur sempat marah lantaran disebutkan mengenal Anas.
"Saya hanya baca sekilas (BAP) tapi saya marah karena saya dibilang kenal dengan Anas. Saya dipaksa. Karena saya marah, saya coret," ujarnya di depan persidangan Deddy Kusdinar, terdakwa Kasus Hambalang, Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (10/12).
Hakim Anwar langsung menimpali jawaban Bu Pur. "Di sini (memang) gak ada (BAP) ditanya kenal Anas. Yang ada itu permohonan izin," ujar Hakim Anwar.
Bu Pur malah ngotot kembali dengan mengatakan tidak pernah mengurus permohonan izin proyek pembangunan olahraga Hambalang.
"Bukan saya yang tidak benar, penyidiknya yang tidak benar. Saya tak pernah ditanya begitu," kata Bu Pur dengan nada tinggi.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Deretan karangan bunga berjejer di depan PN Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaGelombang pendemo kembali mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin 18 Maret 2023
Baca SelengkapnyaMereka mendesak KPU untuk bekerja secara profesional serta bersikap adil dan netral dalam pelaksanaan Pemilu 2024 pada 14 Februari besok.
Baca SelengkapnyaDalam karangan bunga tertulis 'selamat atas keberhasilan anda memasuki pekarangan tetangga'. Tertulis pengirimnya adalah Tetangga.
Baca SelengkapnyaDugaan pelanggaran tindak pidana Pemilu ini terjadi di Kabupaten Purbalingga dan Karanganyar.
Baca SelengkapnyaPemasangan Atribut Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 tersebut telah melanggar Peraturan KPU.
Baca SelengkapnyaMenko Polhukam Mahfud MD meminta Pemilu 2024 berjalan adil dan jujur
Baca SelengkapnyaLemparan batu, botol, dan benda lainnya sempat mewarnai kericuhan tersebut.
Baca SelengkapnyaKorupsi yang masih merajalela sudah mencoreng nama Indonesia.
Baca SelengkapnyaMassa menolak Pemilu curang sampai menerobos barikade polisi.
Baca SelengkapnyaBawaslu Kota Makassar masih melakukan pendalaman terkait aksi vandalisme baliho Ganjar-Mahfud.
Baca Selengkapnya