Survei SSC: Jika Pilpres 2019 Dilakukan Saat Ini, Jokowi Menang di Jatim
Merdeka.com - Lembaga Surabaya Survey Center (SSC) merilis hasil risetnya untuk Pemilu 2019, Rabu (9/1). Hasilnya, pasangan urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin masih unggul atas rivalnya, Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, yaitu 55,9-32,1 persen.
Selain itu, hasil riset yang dilakukan pada 10 hingga 20 Desember 2018 di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur itu, juga memaparkan bahwa publik saat ini sudah muak dengan poses demokrasi di Indonesia.
Menurut Direktur SSC, Mochtar W Oetomo, kejengahan publik terhadap Pemilu 2019 ini lebih disebabkan oleh munculnya saling nyiyir dan salin sindir, serta perang ujaran kebencian antar pendukung dua paslon Pilpres 2019.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Siapa yang menang di pemilu 2019? Hasil Pemilu 2019 menunjukkan kemenangan bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
-
Bagaimana Prabowo-Gibran unggul dalam Pilpres? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
-
Siapa pemenang Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi suara nasional, pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, berhasil masuk sebagai pemenang Pilpres 2019 dengan perolehan suara lebih dari 85 juta suara atau 55,50% dari total suara sah yang masuk.
"Pilpres 2019 kali ini terbukti kontra produktif. Alih-alih semakin memupuk suara bagi masing-masing, langkah tersebut justru menjadikan publik muak," kata Mochtar.
Mochtar memaparkan, ada sekitar 33,6 persen dari 100 persen responden yang mengaku muak dan 11,4 persenya mengaku proses pesta demokrasi 2019 ini menarik.
"Sementara 17.2 persennya, menganggap hal itu wajar dan 26.8 persen merasa bosan dengan apa yang terjadi itu. 11 persen sisanya mengaku tidak tahu atau tidak menjawab," papar Mochtar.
Mochtar mengingatkan, bahwa melalui hasil riset lembaganya kali ini, seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi masing-masing kubu: pola saling nyinyir, jelas tak efektif.
"Publik perlu narasi membangun. Butuh gagasan visi dan misi dari masing-masing Paslon yang dipaparkan secara gamblang untuk bisa dimengerti dan menjadi alasan untuk memilih," tegasnya.
"Jika hanya dari saling nyinyir serta serang, dan perang ujaran kebencian, publik tidak akan mendapatkan apa-apa. Hanya seakan menonton drama saja. Perlu lebih dari itu. Terlebih ini pesta demokrasi untuk mencari pemimpin bangsa," saran Mochtar.
Jokowi-Ma'ruf Masih yang Terkuat
Sementara terkait survei dua Paslon, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf unggul jauh di atas Prabowo-Sandi. "Jokowi-Ma'ruf meraih 55,9 persen, sementara Prabowo-Sandi 32,1 persen suara, dan 12 persen sisanya merupakan undecided voters," jelas Mochtar.
Maka, menurut Mochtar lagi, apabila Pilpres 2019 dilakukan saat ini, jelas Jokowi-Ma'ruf dipastikan akan menang besar di Jawa Timur.
"Tapi, karena Pemilu masih bulan April, dengan perolehan undecided voters yang mencapai 12 persen dan margin of error-nya sebanyak 3 persen, maka semuanya masih sangat mungkin terjadi," ucapnya.
Itu artinya, katanya, Prabowo-Sandi masih punya waktu tiga setengah bulan untuk mengejar ketertinggalannya saat ini.
"Meskipun tidak bisa dipungkiri pula, saat ini Jokowi-Ma'ruf memimpin kontestasi dengan jarak yang cukup jauh," tandasnya.
Sekadar informasi, rilis hasil riset SSC ini juga menghadirkan tim dua kubu di Jawa Timur. Dari kubu Jokowi-Ma'ruf hadir Ketua DPC PDI Perjuangan, Whisnu Sakti Buana dan Fandi Utomo (PKB). Sementara dari kubu Prabowo-Sandi, hadir Sekertaris Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad, dan tokoh muda Demokrat, Bayu Airlangga.
Untuk riset SSC yang mulai pada 10-20 Desember 2018 di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur sendiri, menggunakan 1.070 responden melalui teknik stratified multistage random sampling dengan margin of error sekitar 3 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.
Baca Selengkapnya79,8 persen responden mengaku telah mantap dengan pilihannya tersebut.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 56,2 persen di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mendominasi sebagai calon presiden (capres) pilihan warga NU Jatim.
Baca SelengkapnyaHasil survei tersebut menjadi cambuk bagi Cak Imin untuk bekerja keras.
Baca Selengkapnya39,5 persen responden yang meyakini Ganjar Pranowo mampu melanjutkan kinerja Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaHingga pukul 16.19 WIB, dari lembaga survei Indikator, data yang masuk sebesar 67,51 persen
Baca SelengkapnyaSurvei LSI: Elektabilitas PDIP di Jatim Peringkat Pertama, Bagaimana dengan Ganjar?
Baca SelengkapnyaTercatat, paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mampu kuasai hampir seluruh wilayah.
Baca SelengkapnyaPasangan Ganjar-Mahfud unggul jauh dengan suara 45 persen. Disusul Prabowo-Erick kemudian Anies-Cak Imin.
Baca Selengkapnya