Tiga Adat Budaya Minangkabau yang Belum Banyak Orang Tau
Warisan budaya Minangkabau yang berusia ratusan tahun tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

Ilustrasi Rumah Gadang, Minangkabau, Sumatra Barat. (Photo by Hiraku Visual on Unsplash)
(©@ 2024 merdeka.com)Filosofi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau berfungsi sebagai pedoman dalam aktivitas sehari-hari. Keselarasan antara adat dan agama dipandang sebagai kunci untuk menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis oleh orang Minang.
Budaya Minangkabau yang telah ada selama ratusan tahun terus dijaga dan dilestarikan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur. Meskipun zaman terus berubah, tradisi-tradisi unik ini tetap eksis dan menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Minang.
Di antara banyak tradisi yang ada, terdapat tiga ritual adat yang sangat terkenal dan masih rutin dilaksanakan hingga kini.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah tiga budaya Minangkabau:
Tabuik
Tradisi Tabuik adalah salah satu warisan budaya Minangkabau yang menjadi identitas kota Pariaman, Sumatera Barat. Ritual ini dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharam dan memiliki nilai sejarah serta spiritual yang dalam bagi masyarakat setempat.
Dalam istilah lokal, tabuik berarti usungan jenazah yang menjadi fokus utama dalam prosesi upacara. Pelaksanaan upacara Tabuik melibatkan seluruh lapisan masyarakat melalui serangkaian tahapan.
Dimulai dengan pembuatan replika usungan jenazah yang dihias dengan ornamen tradisional, prosesi ini dilanjutkan dengan arak-arakan keliling kota yang diikuti oleh ribuan warga. Suasana khidmat berpadu dengan kemeriahan bunyi-bunyian tradisional yang mengiringi langkah para pembawa tabuik.
Puncak ritual ini ditandai dengan prosesi melepaskan usungan ke laut, yang melambangkan kepasrahan sekaligus penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan adat. Seiring waktu, tradisi Tabuik juga berkembang menjadi daya tarik wisata budaya yang mengundang decak kagum wisatawan dari berbagai penjuru.
Balimau
Tradisi Balimau merupakan ritual pembersihan diri yang sangat dinanti oleh masyarakat Minangkabau menjelang bulan suci Ramadan. Mandi balimau, yang berarti mandi dengan jeruk nipis atau limau, diyakini sebagai simbol penyucian lahir dan batin sebelum menjalankan ibadah puasa.
Kegiatan ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minang dalam menggabungkan unsur budaya dan nilai-nilai agama. Di tepian sungai, yang dalam bahasa setempat disebut Lubuak, warga berkumpul untuk melaksanakan ritual mandi bersama.
Air sungai yang jernih diyakini memiliki keberkahan tersendiri, sedangkan limau yang digunakan melambangkan kesucian dan keharuman. Suasana kebersamaan dan sukacita sangat terasa ketika masyarakat dari berbagai lapisan berbaur dalam tradisi ini.
Makan Barapat
Makan Barapat, atau yang juga dikenal dengan Makan Bajamba, adalah tradisi makan bersama yang mencerminkan keunikan budaya Minangkabau. Tradisi ini merupakan hasil akulturasi budaya Minang dengan Islam dan menjadi simbol kebersamaan serta persaudaraan yang kuat dalam masyarakat.
Ritual ini rutin dilaksanakan pada hari-hari besar Islam dan upacara adat, menunjukkan harmonisasi antara nilai agama dan adat istiadat. Dalam pelaksanaannya, Makan Bajamba memiliki tata cara khusus yang sarat makna.
Hidangan disajikan di atas seprah atau kain panjang, di mana para peserta duduk melingkar berkelompok, biasanya terdiri dari empat orang. Setiap kelompok berbagi hidangan dari satu piring besar yang sama, melambangkan kebersamaan dan kesetaraan.
Hidangan yang disajikan adalah masakan khas Minang terbaik, menunjukkan penghargaan terhadap tamu dan sesama.
Penulis: Ade Yofi Faidzun