Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Usaha ini modal kecil, bisa untung selangit

Usaha ini modal kecil, bisa untung selangit Uang. ©2013 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Banyak yang takut mulai berwirausaha karena tidak ada modal. Padahal salah satu tips menjadi pengusaha sukses tak lain adalah berani mengambil resiko. Namun bukan cuma bermodal nekat, para pengusaha juga diharuskan penuh perhitungan.

Selain itu, biasanya para pengusaha juga musti sabar. Mereka tidak langsung mereguk manisnya usaha dan kesuksesan mereka. Banyak kerikil hambatan dan juga kegagalan. Kendati demikian, pengusaha diharuskan tidak menyerah dan melalui satu demi satu rintangan.

Pengusaha dengan kriteria seperti demikian nyata dan banyak hadir memberi inspirasi. Setelah melewati berbagai derita mereka muncul dengan wajah bahagia karena kesuksesannya. Siapa saja mereka? berikut adalah empat pengusaha sukses dengan modal minim.

Abah Odil, tukang bubur naik haji beromzet bisnis Rp 1,3 miliar

Tukang Bubur Naik Haji ternyata tak hanya cerita sinetron televisi. Ate Rushendi membuktikan bahwa perjalanan hidup tukang bubur naik haji juga terjadi di dunia nyata, tanpa rekayasa atau skenario.Dari tukang bubur keliling, Ate Rushendi atau akrab disapa Abah Odil kini menjelma menjadi pengusaha bubur ternama di Malang, Jawa Timur. Bubur menjadi bagian dari perjalanan hidup Abah Odil. Dari sekian usaha yang coba dijalaninya, Abah Odil menetapkan hati untuk menjadi tukang bubur."Bisnis sebagai tukang bubur berangkat dari keterpurukan, habis-habisan, ekonomi saya di bawah minus. Barang-barang banyak yang ikut terjual. Ini bisnis sudah ke-19 kali, dari saat masih bekerja sebagai karyawan, sampai keluar dari pekerjaan," kenang Abah Odil saat berbincang dengan merdeka.com di salah satu cabangnya di ruko Jalan Soekarno - Hatta, Kota Malang, Kamis (1/4).Setelah mencoba pelbagai peluang usaha dan selalu gagal, Abah akhirnya memilih dan mulai mendorong gerobak bubur pada 2004. Dia sadar betul usaha yang dirintisnya itu tidak langsung mendatangkan keuntungan besar. Butuh usaha keras dan energi maksimal untuk mewujudkannya. Apalagi warga Kota Malang identik dengan makanan bakso dan nasi pecel.Pertama kali mendorong gerobak bubur, omzet Abah Odil hanya Rp 15.000 per hari. Agar bisa bertahan, Abah Odil menambah modalnya. Namun bukan dalam bentuk uang, melainkan berupa kesabaran."Saya berusaha sabar, saya sedang diuji. Keesokan harinya kami untung Rp 18.000, kemudian naik menjadi Rp 25.000. Sabar, sabar dan tawakal," ungkapnya.Kesabarannya membuahkan hasil positif. Kemampuan Abah meracik bubur ayam khas Tasikmalaya, berhasil mencuri hati konsumen. Perlahan tapi pasti, bisnis buburnya semakin besar seiring semakin banyak pelanggan yang gandrung ras khas bubur Jawa Barat di wilayah timur Jawa.Kini, sudah 11 tahun Abah Odil hidup dari gurihnya bisnis bubur ayam. Bedanya, Abah Odil kini tak lagi mendorong gerobak. Dia sudah memiliki 4 cabang di sekitar Kota Malang. Dari satu cabang saja, 350-400 mangkok bubur ludes dalam sehari. Tidak heran jika omzetnya melambung tinggi hingga menyentuh Rp 1,3 miliar per tahun.Seperti cerita di televisi, Abah Odil pun berniat melaksanakan rukun Islam ke lima. "Insya Allah 2016 saya berangkat haji. Rezekinya memang dari bubur saya bisa beribadah. Subhanallah, saya bisa membahagiakan 15 karyawan, anak dan istri," katanya.

Modal Rp 280 Ribu, anak UGM ini sekarang beromzet Rp 2,2 M/Tahun

Bisnis yang dijalankan Arie Setya Yudha, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2008 ini sudah tembus pasar dunia. Omzet per bulannya sekarang berkisar Rp 185 juta. Jika awalnya bisnis yang dirintis tahun 2009 ini hanya sendirian kini Arie sudah dibantu 17 karyawan dengan 10 staf dan 7 bagian produksi.Berangkat dari hobi bermain airsofgun, bisnis seragam militer yang digeluti Arie akhirnya berkembang seperti sekarang ini. Sayangnya, ketika itu untuk bermain airsofgun perlu biaya banyak. Akhirnya, dengan modal uang Rp 280.000 Arie membeli bahan baku berupa kain dan menjahitkannya ke penjahit."Pakaian yang sudah jadi itu saya jual lagi di internet sebagai modal. Ternyata responnya luar biasa," kenang Arie.Tidak disangka, dengan kualitas desain dan jahitan yang ditawarkan di media online peminat seragam militer Arie juga datang dari pasar luar negeri. Banyaknya ulasan terhadap produk yang dihasilkan maka seragam militer karya Arie ini pun dilirik pasar domestik, salah satunya Polri."Gegana Brimob Polri mempercayakan desain seragam taktis kepada kita untuk salah satu detasemennya," kata mahasiswa asal Pekanbaru ini dikutip oleh Humas UGM Satria Ardhi Nugraha.Di semester tiga Arie pun mendirikan PT Molay Satrya Indonesia yang bergerak di bidang pengadaan, desain, dan pembuatan perlengkapan taktis terutama seragam taktis. Menurut Arie selain dari kepolisian, produk yang ia namakan Molay tersebut juga diminati oleh tentara, salah satunya TNI-AL dari batalyon Intai Amfibi Marinir.Kini, produk Molay baik seragam, rompi, topi dan tas sudah merambah di berbagai negara di dunia, seperti AS, Kanada, Austria, Vietnam, Jerman, Italia dan Arab. Setiap bulan kurang lebih 200 stel pakaian berhasil mereka produksi. Itu pun masih jauh dari permintaan yang bisa mencapai lebih dari 500."Kuncinya kualitas dan harganya bisa bersaing dengan produk luar," tuturnya.Bisnis yang dikelola Arie ini 80 persen menggunakan basis internet untuk promosi maupun mencari bahan, seperti kain. Ia mengaku Ilmu Komunikasi yang dipelajarinya cukup membantu khususnya dalam promosi (iklan) serta desain. Rencananya, usai lulus nanti Arie tetap akan mengembangkan bisnis yang cukup prospek ini."Harus lebih berkualitas misalnya rompi tidak panas kalau dipakai. Jadi harus jeli ketika mendesain serta mempromosikannya," ujar Arie.

Modal Rp 5 juta, kini usaha batik Maimona raup Rp 300 juta/bulan

Kisah hidup pengrajin batik asli Madura, Siti Maimona, merupakan bukti efektifnya format usaha usaha kecil menengah (UKM) menaikkan taraf hidup masyarakat. Dia memulai bisnis batik dengan modal terbatas, pada 1996 hasil berutang ke bank Rp 5 juta."Dulu saya kecil-kecilan saja, sebulan omzet cuma Rp 1 juta," ujar Maimona saat acara kunjungan UKM binaan Semen Indonesia di Madura, Jumat (31/5).Maimona lahir dari keluarga yang sempat berbisnis batik asli Madura, disebut batik jenis Genthongan, sejak 1950-an. Namun, usaha itu sempat berhenti.Dia pun kepincut melanjutkan usaha keluarga itu lagi selepas melihat batik Pekalongan. Maimona membandingkan batik asal Jawa Tengah itu, dengan tradisi batik Genthongan dari Madura yang tidak kalah bagus.Perjuangannya berbuah manis. Dengan telaten, bisnis batik yang diberi nama Pesona Batik Madura itu, berkembang sedikit demi sedikit sehingga kini berhasil berkembang pesat. Bahkan, usahanya telah berskala internasional dan menyerap pekerja dari kampung di sekitarnya.Kini Maimona mempekerjakan 400 karyawan yang tersebar di gerai miliknya yang berada di Jakarta hingga Bali. Sekarang, wanita ini memiliki total 8 gerai menjual Pesona Batik Madura."Dengan mempekerjakan 400 karyawan dapat menghasilkan omset penjualan kami hingga Rp 300 juta per bulannya. Dan kita sudah dapat mengekspor ke Jepang sejak 2004," paparnya.Kain batik Genthongan memiliki corak khas pesisir yang melambangkan kota Madura, biasanya didominasi warna oranye, merah, dan biru muda. Harga batik yang dijual Maimona berkisar Rp 60.000 hingga Rp 9 juta per meternya. Dengan rentang harga tersebut, pihaknya dapat memproduksi 5.000 potong kain per bulan."Untuk produksinya sendiri tidak ada kendala bahan baku karena kita mendapatkannya dari Solo. Kebanyakan pelanggan domestik maupun internasional menyukai warna terang dan motif seperti burung, bunga dan pesisir," ungkap Maimona.Pelanggannya pun mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat khusus yang sering memesan produksinya, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Pak SBY serta isterinya Bu Ani juga pernah pesan sampai dengan selebritis seperti Ayu Azhari," kata dia.Dalam mempertahankan pangsa pasar usahanya, wanita akrab disapa Mai ini hanya mengandalkan ide kreatifnya untuk mengeluarkan produk terbarunya. Karena itu dia percaya kain yang dia jual memiliki ciri khas."Saya sendiri yang mendesain dengan selalu mengkombinasikan motif batik lama dengan baru namun tetap dengan kualitas terbaik agar para pelanggan tidak merasa bosan. Makanyanya setiap bulan kami mengeluarkan motif baru dan itu sedikit produksinya agar limited," katanya.Selain itu, kunci kesuksesannya, imbuh Maimona, adalah tidak sekadar cari untung. Dia mengatakan, karena sejak awal memberdayakan tetangganya, usaha inipun berkembang."Sebagai pengrajin dalam industri UKM jangan hanya patokannya pencari uang atau keuntungan semata. Namun, dapat menyejahterakan perekonomian daerah sekitarnya untuk mengurangi pengangguran khususnya," tandasnya.Keberhasilan Maimona menarik minat PT Semen Gresik (Persero) Tbk sejak enam tahun lalu untuk membina usahanya. Kini, perempuan ini berharap, dengan bantuan BUMN itu, batik dari kampung halamannya bisa lebih mendunia."Selama ini Semen Gresik selalu berperan mempromosikan sektor usaha saya. Mudah-mudahan ke depannya dapat juga mempromosikan di seluruh dunia," kata Maimona berharap.

Bermodal Rp 300 ribu, gula gait Risma kini hasilkan Rp 40 juta

Rismawati (24 tahun) mulai menggeluti usaha pembuatan permen dengan bahan dasar gula aren dengan modal awal Rp 300.000. Industri permen rumahan ini diberi nama gula gait kini sukses memberinya penghasilan Rp 40 juta per bulan.Wanita lulusan sekolah tinggi ilmu manajemen Kementerian Perindustrian ini mulai menjalani usahanya sejak 2012 lalu. Dia memilih usaha permen berbahan gula aren karena melihat potensi produk lokal untuk ke depannya bakal lebih diminati."Aku pernah baca, kalau ke depannya produk lokal itu jadi best (terbaik) di Indonesia. Makanya saya hadirkan produk asli dari Kertanegara (Kalimantan Timur)," ujar Risma kepada merdeka.com dalam acara Mandiri Wirausaha Muda di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (19/1).Perempuan berjilbab ini mengaku usaha permen gula aren yang dibuatnya memiliki variasi rasa yakni original, wijen, kacang dan jahe. Permen gula gait produksinya ini, lanjut Risma, bermanfaat untuk kesehatan, terutama mengontrol dan membersihkan saluran pencernaan.Laiknya berbisnis, Risma juga menemui sejumlah kendala dalam usahanya. Kendala yang dihadapi, ungkapnya, adalah dalam proses mengembangkan usahanya yakni keterbatasan alat produksi.Risma yang membuka usaha di Tenggarong, Kalimantan Timur ini mengaku selama ini kapasitas produksinya terbatas karena dikerjakan secara manual. Dia berharap mendapatkan bantuan pemerintah dalam bentuk alat yang memiliki teknologi."Ya kendalanya alat produksi masih manual jadi kapasitas hasil produksi sedikit. Saya berharap bisa mendapatkan mesin berteknologi dan tepat guna," ucapnya.Untuk menjalankan usaha yang didirikan sudah dua tahun ini, Risma baru mempekerjakan enam pegawai. Yakni, empat orang dipekerjakan sebagai pembuat permen dan dua orang sebagai tenaga pemasaran.

(mdk/rep)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Lima Ide Bisnis Menguntungkan dengan Modal Rp 1 Jutaan
Lima Ide Bisnis Menguntungkan dengan Modal Rp 1 Jutaan

Modal bukan faktor utama tidak menjalankan bisnis, pilihan ini bisa menjadi solusi.

Baca Selengkapnya
50 Kata-kata Motivasi Bisnis Sukses yang Membakar Semangat, Penuh Inspirasi
50 Kata-kata Motivasi Bisnis Sukses yang Membakar Semangat, Penuh Inspirasi

Kata-kata motivasi bisnis sukses bisa Anda gunakan untuk membakar semangat setiap hari.

Baca Selengkapnya
Trik Jitu Supaya Bisnis Baru Anda Tak Gulung Tikar
Trik Jitu Supaya Bisnis Baru Anda Tak Gulung Tikar

Untuk memulai bisnis, dibutuhkan berbagai strategi agar bisnis tetap maju.

Baca Selengkapnya
Mau Punya Usaha Modal Kecil Tapi Untung Besar, Bisa Coba 5 Ide Bisnis Ini
Mau Punya Usaha Modal Kecil Tapi Untung Besar, Bisa Coba 5 Ide Bisnis Ini

Banyak orang yang ingin membangun bisnis, namun masih terkendala dengan modal.

Baca Selengkapnya
Modal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari
Modal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari

Modal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari

Baca Selengkapnya
Mau Mulai Berbisnis, Perhatikan Hal-Hal Ini Agar Tak Gulung Tikar
Mau Mulai Berbisnis, Perhatikan Hal-Hal Ini Agar Tak Gulung Tikar

Bisnis masih menjadi salah satu cara seseorang untuk meraup keuntungan.

Baca Selengkapnya
Modal Awal Cuma Rp10 Ribu, Ibu ini Sukses Jualan Rempeyek Hingga Bisa Beli Dua Rumah Mewah
Modal Awal Cuma Rp10 Ribu, Ibu ini Sukses Jualan Rempeyek Hingga Bisa Beli Dua Rumah Mewah

Siapa sangka, dengan modal yang begitu minim pengusaha bisnis daun goreng ini bisa membeli 2 hunian mewah.

Baca Selengkapnya
Resign dari Zona Nyaman di BUMN, Raka Sukses Jadi Pengusaha Keripik Usai Ditentang Orangtua
Resign dari Zona Nyaman di BUMN, Raka Sukses Jadi Pengusaha Keripik Usai Ditentang Orangtua

Dia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.

Baca Selengkapnya
Kisah Mantan Kontraktor Tambang Sukses Jualan Bakso Modal Rp120 Ribu, Utang Rp2 Miliar Lunas
Kisah Mantan Kontraktor Tambang Sukses Jualan Bakso Modal Rp120 Ribu, Utang Rp2 Miliar Lunas

Menurutnya, kesuksesannya ini berkat doa dan restu dari orang tuanya.

Baca Selengkapnya
150 Nama Kedai Lucu dan Menarik, Bisa Jadi Inspirasi
150 Nama Kedai Lucu dan Menarik, Bisa Jadi Inspirasi

Memilih nama kedai lucu termasuk langkah penting dalam memulai bisnis.

Baca Selengkapnya
80 Kata Motivasi Bisnis Sukses, Penuh Pesan Menginspirasi
80 Kata Motivasi Bisnis Sukses, Penuh Pesan Menginspirasi

Dengan kata motivasi bisnis sukses, tidak hanya membangkitkan semangat, tetapi juga mengandung pesan mendalam yang menginspirasi.

Baca Selengkapnya
Tak Melulu Soal Modal, Lima Hal Ini Bisa Buat Anda Menuju Kekayaan
Tak Melulu Soal Modal, Lima Hal Ini Bisa Buat Anda Menuju Kekayaan

Banyak pengusaha sukses yang membangun kekayaan dengan memanfaatkan keterampilan yang sudah mereka miliki.

Baca Selengkapnya