Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli hingga Nama Megawati Melambung
PDI sempat pecah jadi dua, antara Kubu Soejadi dan Kubu Megawati.
Kudatuli akronim dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.
Apa Saja yang Terjadi saat Peristiwa Kudatuli 1996 hingga Nama Megawati Melambung
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan bahwa kasus kerusuhan 27 Juli 1996 bukan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia biasa.
Peristiwa Kudatuli merupakan salah satu sejarah kelam perpolitikan Indonesia. 25 Tahun lalu, tepatnya 27 Juli 1996, terjadi upaya pengambilalihan paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
Awal mula 'percikan api' kerusuhan terjadi saat Kongres IV PDI di Medan, Sumatera Utara. Ketegangan internal membuat PDI pecah dua, antara kubu Soerjadi dan kubu Megawati Soekarnoputri. PDI kubu Megawati langung menjaga markas DPP PDIP.
Pagi hari kantor di Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta Pusat yang berisikan massa pendukung Megawati Soekarnoputri diserbu oleh sekelompok yang diduga merupakan pendukung Soerjadi, Ketua Umum PDI hasil kongres di Medan (20-23 Juni 1996).
Tragedi pelemparan batu terjadi dan berlangsung mencekam di sekitar tempat tersebut. Penyerbuan sempat mereda ketika para pelajar di sekolah yang berada tak jauh dari lokasi dipulangkan demi keamanan.
Saat bersamaan, api mulai tampak. Kepulan asap pun membumbung di belakang gedung yang bertetangga dengan Kantor Pusat Partai Persatuan Pembangunan ini. Kerusuhan itu menewaskan sejumlah orang dan melukai ratusan korban.
Sekitar pukul 09.00 WIB, serangan tahap kedua dimulai. Jumlah pendukung Soerjadi pun membludak. Massa berdatangan secara bergelombang. Sebaliknya, pendukung PDI Megawati tetap bertahan dan melawan dengan senjata seadanya di dalam gedung.
Di mana polisi? Anggota korps berseragam cokelat itu semula hanya memblokir dan mengawasi bentrokan tersebut. Tapi, belakangan ikutan mendobrak pintu gerbang. Kericuhan juga merembet ke sejumlah kawasan terdekat. Para perusuh juga membakar dan merusak sejumlah gedung di Jalan Imam Bonjol, Salemba, dan Proklamasi. Satu unit bus hangus terpanggang. Bahkan, sebagian peliput atau wartawan sempat diperlakukan kasar oleh aparat keamanan. Jakarta mencekam, tulis laporan Liputan6 29 Juli 2002.Keterangan resmi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayor Jenderal Polisi Hamami Nata dan Pangdam Jaya waktu itu Mayor Jenderal TNI Sutiyoso mengatakan, penyerbuan dan kerusuhan dipicu konflik internal di tubuh PDI. Namun, banyak kalangan yang menyangsikan pendapat tersebut.
Tak sedikit kepala yang berpikir penyerangan yang menorehkan noda hitam dalam sejarah politik di Tanah Air ini merupakan bentuk penyerbuan yang direncanakan secara sempurna. Keterlibatan aparat keamanan diduga keras cukup kuat. Sedangkan Catatan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebutkan, Sabtu Kelabu menewaskan lima orang di luar gedung dan melukai 143 korban. Sebanyak 23 orang dinyatakan hilang serta 124 pendukung Megawati ditahan. Hingga kini dalang utama kasus perusuhan yang menewaskan korban jiwa dan menghilangkan orang belum diusut hingga tuntas.