Dukung Prabowo tapi Tolak Mundur dari PDIP, Budiman Sujatmiko Dianggap Pengecut
Sikap Budiman Sudjatmiko yang menolak mundur dari PDIP seusai mendukung bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto dinilai sebagai perilaku pengecut.
Sikap Budiman Sudjatmiko yang menolak mundur dari PDIP seusai mendukung bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto dinilai sebagai perilaku pengecut.
Dukung Prabowo tapi Tolak Mundur dari PDIP, Budiman Sujatmiko Dianggap Pengecut
Penilaian itu datang dari rekan-rekannya separtai. Tidak hanya itu, Budiman juga dituding tengah memainkan drama playing fictim lantaran seolah-olah sebagai korban dizalimi PDIP.
"Budiman jangan playing victim. Dia sudah loncat ke Ketua Umum Gerindra, kok tidak mau mundur dari PDIP? Dia sengaja ingin playing victim dengan memainkan sentimen publik seolah-olah dizalimi PDIP. Padahal di mana-mana, yang namanya loncat ke kubu lain, ya harus mundur."
Deni Wicaksono, Wakil Ketua DPD PDIP Jatim, Selasa (22/8).
Deni lantas mengilustrasikan, ibarat laga sepak bola klub A melawan klub B. Ada pemain klub A yang tak mau berjuang bersama, dan malah mendukung klub B, tentu yang bersangkutan harus mundur dari klub A. "Ini kan sudah berbeda jalan. Yang satu ingin menjaga keberlanjutan kemajuan Indonesia dengan track record yang jelas. Yang satunya lagi belum jelas visinya dengan track record masa lalu yang dinilai sangat kelam. Tapi Budiman menutup mata dan tidak gentle, pengecut, watak yang pernah saya benar-benar rasakan ketika berinteraksi dengan dia jelang Pemilu 2019," ujar Deni yang berada dalam satu daerah pemilihan (dapil) dengan Budiman ketika Pemilu 2019.
Ketika Pemilu 2019. Deni berlaga sebagai caleg DPRD Jatim Dapil Jatim IX meliputi Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Ngawi, Magetan. Budiman maju sebagai caleg DPR RI di Dapil Jatim VII, juga meliputi Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Ngawi, dan Pacitan.
Bedanya, Budiman tak mampu merebut hati rakyat sehingga gagal lolos ke DPR RI. Deni sukses melaju ke DPRD Jatim meskipun itu pengalaman pemilu pertama baginya.
"Saya cukup paham bagaimana Mas Budiman, karena hampir setahun berinteraksi penuh selama proses kampanye Pemilu tahun 2019 dulu," ujar Deni.
Deni menuding Budiman memainkan siasat playing victim untuk menuai simpati publik. Tetapi kini publik sudah cerdas, karena setiap pilihan politik tentu membawa konsekuensi. Publik justru menilai Budiman sebagai sosok plin-plan.
"Publik juga menyesalkan Budiman membawa narasi sebagai seorang nasionalis-Soekarnois mendukung kubu tertentu. Publik membatin, seorang nasionalis-Soekarnois dalam situasi Pilpres, tidak akan mungkin mendukung sosok yang menggunakan politik identitas yang memecah belah rakyat pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019," ujar Deni. "Publik juga membatin, seorang nasionalis-Soekarnois dalam situasi Pilpres, tidak akan mungkin mendukung sosok yang dulu menghalalkan kekerasan untuk meredam perlawanan rakyat di masa Orde Baru," imbuh Deni.
Apalagi, lanjut Deni, Budiman adalah aktivis yang dulu dikenal idealis dan menentang kesewenang-wenangan Orde Baru di mana Prabowo Subianto menjadi bagian di dalamnya.
"Justru kehadiran Budiman yang loncat ke kubu Prabowo membangkitkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga idealisme dan integritas, tidak mengorbankan hal yang paling berharga itu, mungkin demi untuk kepentingan sesaat misalnya transaksi finansial."
Deni Wicaksono, Wakil Ketua DPD PDIP Jatim.
Diketahui, Budiman Sujatmiko merupakan kader dari PDIP. Partainya telah memiliki bakal calon presiden, yakni Ganjar Pranowo. Bukannya mendukung pilihan PDIP, Budiman justru mendeklarasikan dukungannya pada Prabowo Subianto, yang juga Ketua Umum dari Partai Gerindra.