PDIP Aktif Ajak Partai Lain untuk Menjalankan Misi Lawan Paslon dari Koalisi KIM
PDIP terus melakukan komunikasi sejumlah partai untuk berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.
PDIP terus melakukan komunikasi sejumlah partai untuk berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat. Misinya adalah melawan pasangan yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono mengaku mendapat perintah dari pengurus partai tingkat pusat untuk bisa mendukung pasangan calon gubernur Jawa Barat. Selain melawan KIM, tujuan lainnya adalah menjaga iklim demokrasi agar tidak ada kotak kosong.
“Intinya kami sudah diperintahkan oleh DPP partai PDIP harus tetap berlayar di (Pilgub) Jawa Barat. Sajikan demokrasi yang sesungguhnya untuk rakyat jangan sampai ada kotak kosong di Jawa Barat,” kata dia usai menghadiri diskusi yang digelar Forum Jurnalis Jawa Barat, di Kota Bandung, Jumat (16/8).
Menurut dia, Jawa Barat yang berstatus sebagai wilayah dengan pemilih terbesar di Indonesia harus memberikan contoh pelaksanaan kontestasi politik yang fair. Jangan sampai pilihan calon yang tampil dan ditawarkan kepada masyarakat hanya satu pasangan.
Sejauh ini, ia mengklaim sudah memiliki kesepakatan membentuk koalisi besar dengan sejumlah partai lain di luar KIM yang ada di Jawa Barat.
“Kami akan terus berkomunikasi dengan PKB, kita sepakat dan akan komunikasi lagi dengan PKS, Nasdem, PPP untuk merumuskan, kita menginginkan agar koalisi besar untuk melawan KIM di Jabar,” ucap dia.
“Saya berharap head to head karena mereka didukung oleh infrastruktur yang sangat besar, sehingga harus dilawan dengan koalisi partai yang besar juga. Jadi PDIP, PKB, PKS, NasDem, PPP kalau dihitung cukup bisa melawan mereka (KIM),” Ono melanjutkan.
Ono optimistis niat itu akan terealisasi sebelum masa pendaftaran Pasangan Calon pada akhir Agustus ini.
Beberapa waktu lalu, Ono yang juga menjadi salah satu kandidat calon gubernur dari PDIP sudah bertemu dengan PKB. Kedua belah pihak mengakhiri pertemuan dengan kesepakatan memasangkan Ono dengan kader PKB, Acep Adang Ruhiyat.
Pasangan Ono-Acep pun bisa saja berubah dan akan dibahas lebih lanjut jika PKS, NasDem dan PPP sudah resmi bergabung.
“PDIP, PKS, PPP sudah punya ikatan, dan dengan PKB sudah sepakat bersama-sama, dengan NasDem juga komunikasi. Maka dari sini nanti kita tindaklanjuti untuk bertemu seluruh ketua partai yang lima itu, itu harus dilakukan,” imbuh dia.
“Pada akhirnya (jika semua partai di luar KIM sepakat membentuk koalisi), PDIP realistis termasuk saya sendiri harus realistis. Kalau dari lima partai ini kita sepakat untuk mengusung (dan berkoalisi), maka calon pun yang terbaik untuk melawan (calon dari KIM), kalau jadi (melawan) Pak Dedi Mulyadi,” imbuh Ono.
Kotak Kosong Bergantung pada Keputusan Pusat
Ono menyatakan bahwa adanya kotak kosong adalah sesuatu yang harus bisa dihindari. Di sisi lain, PDIP yang menegaskan tidak akan bergabung dengan KIM memerlukan dukungan dari partai lain. Partai belambang banteng moncong putih itu memiliki 17 kursi di DPRD Jabar.
“Kita sepakat akan menghindari itu jangan sampai ada kotak kosong di jabar dan PDIP yang mengawali komitmen itu. Kita jelas tidak akan bergabung ke kim dan mencari opsi untuk mencari lawan dan jadi penantang KIM. Kita tidak bisa sendiri karena hanya 17 kursi, perlu PKB, PKS, NasDem dan PPP,” ucap Ono.
“Nanti kita lihat, Ono-Acep itu baru disepakati di level provinsi. Yang memutuskan siapa, ya DPP partai. Sama seperti kami dan PKS sudah sepakat di provinsi, sehingga masih sangat cair dan keputusannya di DPP partai,” pungkasnya.