Prabowo soal Makan Siang Gratis Dikritik: Selalu Berpikir Negatif, Tak Mau Terbaik untuk Bangsa Sendiri
"Orang-orang yah yang selalu berpikir negatif. Yang tidak mau memikirkan terbaik untuk bangsa sendiri," kata Prabowo.
Prabowo menyebut, ada orang meragukan program tersebut tanpa solusi untuk memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia.
Prabowo soal Makan Siang Gratis Dikritik: Selalu Berpikir Negatif, Tak Mau Terbaik untuk Bangsa Sendiri
Program ‘Makan Siang Gratis di Sekolah’ menuai pro dan kontra. Program tersebut digagas capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Meski menuai pro dan kontra, Prabowo tetap optimis program tersebut bisa dijalankan.
Walaupun untuk merealisasikan program ini membutuhkan anggaran lebih dari USD 34 miliar atau setara Rp538 triliun.
“Saudara-saudara sekalian, tetapi kita hitung sebenarnya kemampuan ekonomi kita mampu,” ujar Prabowo saat acara diskusi Industri Keuangan dan Pasar Modal dalam Roadmap Menuju Indonesia Emas yang diselenggarakan oleh relawan GENDERANG (Gerakan Ekonomi Nasional Prabowo-Gibran), di Jakarta, Senin (29/1).
Prabowo pun menyinggung salah satu negara yang sudah melaksanakan program ‘Makan Siang Gratis di Sekolah’ yakni India.
Dia mengakui meski pendapatan per kapita India lebih rendah dibanding Indonesia, namun negara tersebut mampu merealisasi program itu.
“India, sudah melaksanakan makan siang untuk anak-anak mereka, sudah melaksanakan beberapa tahun sudah berjalan, data (pastinya) saya kurang (ingat) tapi seingat saya sudah berjalan 5 tahun,”
kata Prabowo.
merdeka.com
Prabowo pun membalas kepada para pihak yang selalu meragukan program tersebut, tanpa solusi untuk memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia sama saja tidak peduli terhadap bangsa.
“Jadi kalau ada yang katakan ini dan itu, ya ini orang-orang yah yang selalu berpikir negatif. Yang tidak mau memikirkan terbaik untuk bangsa sendiri, banyak orang-orang itu ada, ada orang- orang itu,” ujarnya.
“Lebih sering ada di antara mereka. Dari dulu saya memperhatikan suka menjelekkan bangsa sendiri, suka menjelek-jelekkan bangsa sendiri di hadapan orang asing,” tambah Prabowo.
Selain mendongkrak kualitas gizi anak sekolah untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia (SDM), Prabowo memperkirakan adanya pergerakan ekonomi nasional yang besar dari program andalannya tersebut.
Dia menyebut, akan ada penghematan BBM yang berbasis bioenergi dengan memanfaatkan kelapa sawit, dari B35 menjadi B100.
Nantinya Indonesia bisa menghemat anggaran hingga USD 25 miliar atau Rp395,72 triliun per tahun, lewat pemanfaatan bio energi.
“Tapi nanti saya katakan begini, 34 miliar dolar (Makan Siang Gratis). Tadi penghematan BBM USD 10 miliar kan, kan kalau ditingkatkan lagi bisa 25 miliar dolar. Beredar di Indonesia, tapi nanti kalau makan siang USD 40 miliar dolar beredar di Indonesia. USD 60 miliar dolar beredar di Indonesia,” bebernya.
“Beredar di desa-desa kecamatan, anak SD ada di desa kecamatan, SMP ada di kecamatan, SMA sekarang ada di kecamatan dan kabupaten uang itu sekarang beredar di Kabupaten, Kecamatan, Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, Prabowo juga mengklaim dengan peredaran uang untuk kepentingan gizi bagi para pelajar sampai ke tingkat desa.
Nantinya, juga turut berdampak kepada para petani yang akan dilibatkan untuk mendukung makanan, baik ikan, ternak, sayur, buah, dan lain-lain.
“Saudara-saudara sekalian tidak akan ada keluhan ‘Pak habis panen enggak ada yang beli panen saya, harga jatuh, diambil tengkulak, tidak bisa’. Karena sekarang setiap produksi di desa di kecamatan akan kita serap untuk anak-anak kita,” tuturnya.
Sebagai informasi, pasangan Prabowo-Gibran mempunyai program dalam asta cita yakni memberikan makan siang dan susu gratis kepada para pelajar di Indonesia.
Adapun target utama penerima program ini adalah para pelajar dengan kategori keluarga kurang mampu.
Program ini diyakini Prabowo-Gibran dapat membantu tumbuh kembang anak-anak generasi penerus bangsa dengan gizi yang baik.
Tak hanya kepada anak pelajar dan guru, program ini juga akan menyasar kepada ibu-ibu hamil, untuk memenuhi gizi sang bayi, demi menekan angka stunting di Indonesia.