Profil
Sapto Anggoro
Sapto Anggoro merupakan sosok yang dikenal di kalangan pegiat teknologi dan jurnalistik di Indonesia.
Pria asal Jombang kelahiran 4 Oktober 1966 ini pernah menjabat di berbagai posisi penting di dua sektor di atas. Sapto menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2012-2015. Posisi sebagai Direktur Operation dan Chief Operation Officer (COO) juga pernah diicip selama mengabdi di Detik.com dan merdeka.com.
Sapto juga tercatat sebagai salah satu pendiri PANDI (Perkumpulan Nama Domain Indonesia) yang mengurusi registrasi domain internet Indonesia .id (dot id). Juga sejak 2017 menjadi salah satu pendiri AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) yang mewadahi perusahaan pers online Indonesia.
Sapto sendiri adalah sosok pekerja keras. Jebolan SMAN 1 Jombang ini sudah mencoba mandiri dengan menjadi tukang cetak foto hitam putih saat dirinya menempuh pendidikan jurnalistik Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya. Ilmu yang didapatkannya pun tak dibiarkan mubazir. Sambil nyambi menuntut ilmu, Sapto juga rajin menulis artikel di berbagi media cetak seperti Jawa Pos, Surabaya Pos dan Liberty.
Kiprah Sapto di dunia jurnalistik semakin berkembang di awal 1990an, diawali dengan kesempatan bergabungnya menjadi wartawan tamu di Surabaya Post dan masuk di bagian olah raga dan berakhir pada tahun 1990. Sempat bergabung juga di Berita Buana Jakarta dan mendapat tugas meliput di Malaysia yang dilanjutkan di SEA Games Manilla pada tahun 1991, tapi sayangnya Berita Buana mulai pecah dan Sapto bergabung di kubu jurnalis muda. Lepas dari Berita Buana, Sapto mulai berkiprah di Harian Republika yang didirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia dengan jabatan sebagai redaktur olah raga, di sinilah Sapto bisa meliput even olah raga dunia di antaranya Piala Dunia Sepakbola US 94 dan Olimpiade Atlanta 1996. Ada salah satu liputan yang sangat mengesankan bagi Sapto, liputan itu adalah liputan sebelum jatuhnya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden Indonesia pada tahun 1998.
Melanjutkan karir di detik.com (1999-2011), Sapto sukses bertransformasi sebagai jurnalis mapan dan kaya pengalaman. Kemapanan dan kesuksesan yang diraih di media yang dinaunginya saat itu tak membuat Sapto berpuas diri. Lepas dari detik, di tahun 2012 Sapto bersama Steve Christian (CEO Kapanlagi Network) mendirikan merdeka.com sebagai acuan media online yang mencerdaskan di Indonesia.
Sapto berhasil membuat merdeka masuk dalam jajaran 5 media online paling diperhitungkan di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun saja. Posisi COO (Chief Operation Officer) dan CNO (Chief Community & Newsroom Officer) sukses diembannya dari kurun waktu 2012-2015.
Usia yang mulai menginjak senja ternyata tak mematikan jiwa petualang Sapto. Suami dari Chandrasary ini masih ingin menggapai tujuan lain dalam perjalanan hidupnya. Mungkin perjalanan Sapto di dunia jurnalistik bisa diibaratkan Ronin, samurai yang hidup tak terikat pada tuan atau daimyo dan mengabdikan hidup dengan mengembara mencari jalan samurai yang sejati.
September 2015, Sapto menyatakan mundur dari jabatan CNO (Chief Community & Newsroom Officer) di merdeka.com. Sapto memilih fokus mengurusi Binokular, perusahaan media monitoring yang dia rintis sejak 2010 berlokasi di Yogyakarta.
Sambil menetap di Yogya, pria ramah ini juga mendirikan Padepokan ASA di Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Tujuan berdirinya Padepokan ASA ini sendiri adalah sebagai tempat warga di lereng Merapi mewujudkan SDM yang mandiri.
Sebagai sosok yang selalu mengembara mencari pengalaman baru, Sapto memutuskan untuk meluncurkan Tirto.id di 2016. Sebuah media dengan yang dengan tagline 'jernih, mengalir, mencerahkan', yang jadi sifat dari Tirto (air) itu sendiri. Ya, Tirto tak jauh beda dengan sosok seorang Sapto yang selalu mengalir jernih, berani, tegas dan berharap selalu bisa bermakna bagi orang lain.
Riset dan analisa oleh Eko Setiawan & Dwi Zain Musofa