7 Obat yang Tidak Boleh Diminum Berdekatan dengan Cuka Apel
Sejumlah obat harus sangat diperhatikan konsumsinya agar tidak berdekatan dengan konsumsi cuka apel.

Cuka apel, hasil fermentasi buah apel, telah lama dikenal dan digunakan untuk berbagai keperluan kesehatan. Kandungan vitamin, mineral, dan asam di dalamnya dipercaya memberikan beragam manfaat, mulai dari perbaikan kesehatan kulit, pengendalian kadar gula darah, hingga membantu manajemen berat badan.
Namun, di balik manfaatnya, cuka apel memiliki potensi interaksi yang perlu diwaspadai, terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan tertentu. Dilansir dari Health, kandungan asam dan cara kerjanya dalam tubuh dapat memengaruhi efektivitas obat, bahkan menimbulkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami obat-obatan apa saja yang sebaiknya tidak dikonsumsi berdekatan dengan cuka apel.
1. Obat Diabetes dan Penurun Gula Darah
Cuka apel dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes. Penelitian menunjukkan efek ini mungkin disebabkan oleh kemampuannya memperlambat pengosongan lambung (kecepatan makanan meninggalkan lambung) dan meningkatkan penyerapan karbohidrat oleh tubuh. Kombinasi cuka apel dengan obat penurun gula darah lainnya dapat meningkatkan risiko hipoglikemia (kadar gula darah rendah).
Beberapa contoh obat penurun gula darah meliputi metformin (Glucophage, Riomet, Glumetza), glipizide (Glucotrol), insulin, dan semaglutide (Ozempic atau Wegovy). Selain obat-obatan, beberapa herbal dan suplemen seperti kayu manis, teh hijau, dan pare juga dapat menurunkan gula darah. Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL. Gejala-gejalanya meliputi lemas, detak jantung cepat, berkeringat, lapar, bingung, pingsan, hingga kejang. Kadar gula darah rendah merupakan kondisi darurat yang memerlukan penanganan segera.

2. Digoksin
Digoksin adalah obat yang diresepkan untuk mengatasi masalah jantung seperti fibrilasi atrium (jenis aritmia atau detak jantung tidak teratur) dan gagal jantung. Kadar digoksin yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan toksisitas digitalis, suatu kondisi berbahaya. Kondisi ini juga dapat terjadi jika kadar kalium rendah saat mengonsumsi digoksin. Gejala toksisitas digitalis meliputi kebingungan, penurunan kesadaran, sesak napas, detak jantung cepat, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, dan perubahan penglihatan. Jika Anda mengonsumsi digoksin dan cuka apel, dokter akan memantau kadar digoksin dan kalium Anda dengan cermat.
3. Diuretik
Diuretik, atau yang dikenal sebagai pil air, digunakan untuk mengobati kondisi jantung dan pembuluh darah serta membantu tubuh membuang kelebihan cairan. Obat ini bekerja dengan mengeluarkan air dan elektrolit seperti natrium dan kalium melalui urine. Beberapa contoh diuretik adalah hydrochlorothiazide, chlorothiazide (Diuril), dan furosemide (Lasix).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hipokalemia (kadar kalium rendah) telah dilaporkan terkait dengan dosis tinggi cuka apel. Beberapa diuretik juga menurunkan kadar kalium. Jika Anda mengonsumsi cuka apel dengan diuretik yang menurunkan kalium, Anda berisiko lebih tinggi mengalami hipokalemia. Hipokalemia terjadi ketika kadar kalium Anda berada di bawah sekitar 3,5 mmol/L darah. Gejala-gejalanya bervariasi, mulai dari kebingungan, kelelahan, kram otot, palpitasi jantung atau detak jantung tidak normal, hingga kelemahan atau kelumpuhan otot.

4. Laksatif Stimulan
Laksatif adalah kelompok obat yang membantu melancarkan buang air besar. Laksatif stimulan bekerja dengan meningkatkan pergerakan usus dan mengurangi penyerapan air dari usus. Contohnya adalah senna dan bisacodyl (Dulcolax). Beberapa suplemen seperti biji rami, gardenia, dan rose hip juga memiliki efek laksatif. Mengonsumsi laksatif tertentu dan cuka apel dapat meningkatkan risiko kadar kalium rendah. Hal ini disebabkan oleh hilangnya cairan melalui buang air besar, yang dapat menyebabkan hilangnya elektrolit seperti kalium.
5. Herbal dan Suplemen yang Mengandung Glikosida Jantung
Herbal dan suplemen glikosida jantung digunakan untuk mengobati kondisi jantung seperti fibrilasi atrium atau gagal jantung. Suplemen ini terkait dengan obat resep digoksin dan memiliki efek samping yang serupa. Contohnya adalah foxglove, oleander, dan lily-of-the-valley. Mirip dengan digoksin, mengonsumsi cuka apel dosis tinggi dengan glikosida jantung dapat menyebabkan efek samping berbahaya (toksisitas digitalis) terkait dengan kadar kalium rendah.

6. Tanaman Akar Manis
Akar manis adalah produk herbal yang digunakan dalam makanan dan sebagai suplemen. Suplemen ini digunakan untuk membantu mengatasi masalah pencernaan, gejala menopause, dan infeksi. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi, akar manis dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kadar kalium. Mengonsumsi akar manis dan cuka apel bersamaan dapat meningkatkan risiko hipokalemia.
7. Ramuan Tanaman Ekor Kuda
Ekor kuda adalah ramuan dari tanaman Equisetum yang memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi. Ramuan ini digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan dari tubuh, mengobati infeksi saluran kemih (ISK), dan meningkatkan kesehatan kulit, rambut, dan tulang. Efek samping potensial dari ekor kuda adalah kadar kalium rendah, kemungkinan karena dapat mengeluarkan cairan dari tubuh. Mengonsumsi ekor kuda dan cuka apel dapat meningkatkan risiko hipokalemia.
Kapan Harus ke Dokter
Jika Anda menggunakan cuka apel, beri tahu dokter Anda. Mereka dapat membantu Anda menentukan apakah suplemen tersebut aman dengan obat-obatan, herbal, dan suplemen lain yang mungkin Anda konsumsi. Dokter Anda juga dapat memeriksa apakah cuka apel akan berdampak positif atau negatif pada kondisi medis yang mungkin Anda miliki. Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami tanda atau gejala gula darah rendah atau kalium rendah saat mengonsumsi cuka apel. Jika tidak diobati, masalah ini dapat menyebabkan komplikasi serius dan membahayakan kesehatan.