Kenapa Ada Orang yang Mudah Mabuk Perjalanan? Ini Penjelasannya!
Mabuk perjalanan disebabkan oleh konflik sinyal di otak; faktor genetik, hormon, kondisi medis, dan usia juga memengaruhi kerentanan seseorang terhadapnya.

Mabuk perjalanan, atau motion sickness, adalah kondisi umum yang membuat pusing dan mual saat bepergian dengan kendaraan. Kondisi ini terjadi karena ketidakcocokan sinyal yang diterima otak dari mata, telinga bagian dalam, dan sistem proprioseptif. Bayangkan, mata melihat pemandangan yang diam, sementara telinga mendeteksi gerakan kendaraan, menciptakan konflik informasi di otak yang memicu gejala mabuk perjalanan. Banyak faktor yang menentukan mengapa sebagian orang lebih rentan mengalaminya dibanding yang lain.
Salah satu faktor utama adalah genetik. "Sejumlah varian genetik tertentu telah dihubungkan dengan meningkatnya kemungkinan mengalami mabuk perjalanan" jelas Dr. Edwin Chng, Medical Director di Parkway Shenton, Singapura. Selain itu, hormon juga berperan penting, terutama pada wanita. Perubahan hormon akibat menstruasi, kehamilan, atau penggunaan pil KB dapat meningkatkan kerentanan terhadap mabuk perjalanan. Kondisi medis seperti migrain juga dapat meningkatkan risiko.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sensitivitas individu terhadap gerakan. "Beberapa orang cenderung lebih sensitif terhadap gerakan dibanding yang lain," ungkap Timothy Hain, profesor di Northwestern University. Usia juga menjadi faktor penentu. Anak-anak di bawah dua tahun biasanya lebih tahan, tetapi puncaknya terjadi pada usia sembilan tahun sebelum berkurang seiring bertambahnya usia. Bahkan, fokus perhatian juga berpengaruh; melihat layar ponsel saat di kendaraan dapat memperparah gejala karena konflik sinyal antara apa yang dilihat mata dan yang dirasakan tubuh.
Faktor Genetik dan Hormon
Studi menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran signifikan dalam kerentanan terhadap mabuk perjalanan. Beberapa orang mewarisi kecenderungan genetik yang membuat mereka lebih sensitif terhadap konflik sinyal sensorik yang menyebabkan motion sickness. Selain itu, fluktuasi hormon, terutama pada wanita, dapat meningkatkan risiko. Wanita hamil, yang sedang menstruasi, atau yang menggunakan kontrasepsi hormonal mungkin lebih rentan terhadap gejala mabuk perjalanan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya interaksi antara genetika dan hormon dalam menyebabkan mabuk perjalanan. Namun, pemahaman ini penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif.
Meskipun faktor genetik dan hormonal berperan penting, faktor lingkungan juga turut memengaruhi. Ventilasi yang buruk, kurangnya pemandangan luar, dan makanan tertentu sebelum perjalanan dapat memperburuk gejala.
Kondisi Medis dan Usia
Kondisi medis tertentu, seperti migrain dan penyakit telinga bagian dalam, dapat meningkatkan risiko mabuk perjalanan. Migrain, yang ditandai dengan sakit kepala hebat, dapat memperparah sensitivitas terhadap rangsangan sensorik, termasuk gerakan. Masalah pada telinga bagian dalam, yang berperan penting dalam keseimbangan, juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat bepergian.
Usia juga berpengaruh. Anak-anak di bawah dua tahun biasanya lebih tahan terhadap mabuk perjalanan, namun kerentanan meningkat hingga mencapai puncaknya pada usia sekitar sembilan tahun, kemudian menurun seiring bertambahnya usia. Ini mungkin terkait dengan perkembangan sistem saraf dan kemampuan otak untuk memproses informasi sensorik.
Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk mengelola dan mencegah mabuk perjalanan. Mengidentifikasi faktor risiko individu dapat membantu dalam memilih strategi pencegahan yang paling efektif.

Tips Mengatasi Mabuk Perjalanan
Berikut beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah mabuk perjalanan:
- Sebelum Perjalanan: Istirahat cukup, makan ringan, hindari makanan berlemak, minum cukup air.
- Selama Perjalanan: Pilih tempat duduk di depan, fokus pada titik tetap di luar, buka jendela untuk udara segar, hindari membaca atau gadget, dengarkan musik, ubah posisi, gunakan aromaterapi, pijat titik akupresur P6, konsumsi obat anti mabuk perjalanan (ikuti petunjuk).
- Setelah Perjalanan: Istirahat dan minum banyak air.
Penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan tidak menggantikan konsultasi dengan dokter. Jika mengalami mabuk perjalanan parah atau berkepanjangan, konsultasikan dengan tenaga medis.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa latihan olahraga visuospasial dapat membantu mengurangi risiko mabuk perjalanan hingga lebih dari 50 persen. Ini membuka peluang baru dalam pencegahan dan pengobatan mabuk perjalanan, terutama dengan meningkatnya penggunaan kendaraan otonom.
"Kamu merasa seperti tengah bergerak namun mata memberi sinyal ke otak bahwa kamu tidak ke mana-mana karena smartphone-mu tampak tak bergerak. Konflik sinyal yang terjadi ini merupakan hasil dari gejala mabuk perjalanan," jelas Dr. Chng. "Pada sisi lain, ketika kamu melihat ke luar jendela dan melihat pemandangan yang bergerak, sinyal dari telinga dan mata berjalan seiring, sehingga tidak ada gejala mabuk perjalanan yang dialami," sambungnya.