Kerap Merasa Ada Orang Lain dalam Ruangan, Ini yang Sebenarnya Anda Rasakan
Kerap kali kita merasa bahwa ada orang lain di kamar ketika hendak tidur.
Tiba-tiba terbangun atau menoleh ke belakang karena merasa ada orang lain di ruangan adalah hal yang umum terjadi. Saat kondisi ini terjadi ketika tidur, ada penjelasan terkait kondisi ini.
Kerap Merasa Ada Orang Lain dalam Ruangan, Ini yang Sebenarnya Anda Rasakan
Apakah Anda pernah merasa sedang tidur nyenyak, namun tiba-tiba merasa bahwa ada seseorang di dalam ruangan? Atau bahkan lebih aneh, Anda merasa bahwa ada seseorang yang masuk ke tempat tidur bersama Anda.
Pengalaman ini mungkin membuat Anda merasa bingung dan ketakutan, tetapi sebenarnya, hal tersebut bisa dijelaskan. Dilansir dari Livestrong, terjadinya kondisi tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
-
Siapa yang sering tidur di mana saja? Kemampuan untuk tertidur dengan mudah di berbagai tempat dan waktu sering kali menandakan bahwa seseorang mengalami kekurangan tidur kronis atau memiliki gangguan tidur seperti sleep apnea.
-
Apa saja ciri-ciri orang yang mengalami kurang tidur? Beberapa pertanyaan yang diajukan meliputi: 'Apakah Anda sering mengalami kesulitan tidur?' 'Apakah Anda sering terbangun beberapa kali di malam hari?' dan 'Apakah Anda sering bangun terlalu pagi?' Para peneliti juga mencatat apakah partisipan mengalami tidur yang terlalu singkat atau kurang tidur, kualitas tidur yang buruk, kesulitan untuk tidur, terbangun di pagi hari, atau mengantuk di siang hari.
-
Siapa yang berisiko mengalami gangguan tidur? Melansir Healthline, sekitar 50% orang berusia di atas 55 tahun mengalami gangguan tidur dan sulit istirahat di malam hari.
-
Kenapa sulit tidur bisa dikaitkan dengan kesepian? Hubungan antara kesepian dan kurang tidur sebenarnya sudah lama diketahui, tetapi dampak signifikannya pada mahasiswa sangat mengkhawatirkan. Kehidupan kampus sering membawa perubahan besar seperti pindah jauh dari rumah, menciptakan lingkungan sosial baru, dan mengelola tekanan akademis yang meningkat dan emua ini bisa menyebabkan perasaan terisolasi. Kesepian sendiri meningkatkan kepekaan kita terhadap stres dan memicu pikiran berlebihan, menciptakan formula untuk malam-malam tanpa tidur.
-
Kenapa orang meringkuk saat tidur? Tidur dalam posisi ini membantu mengurangi stres dan memfasilitasi penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana kesepian bisa mempengaruhi pola tidur? Orang yang kesepian akan dua kali lebih mungkin mengalami depresi, yang semakin mengganggu pola tidur mereka. Kurang tidur memperburuk masalah emosional, menciptakan lingkaran setan.
Halusinasi Tidur dan Paralisis Tidur
Saat Anda mengalami sensasi seperti ini, kemungkinan Anda sedang mengalami apa yang disebut dengan "halusinasi tidur" atau "paralisis tidur". Shelby Harris, seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam kedokteran tidur, menjelaskan bahwa halusinasi tidur bisa terjadi ketika Anda hampir tertidur atau saat Anda baru saja terbangun.
Pengalaman ini cenderung singkat dan terjadi saat otak Anda bertransisi antara tidur dan keadaan bangun, dan seringkali melibatkan komponen visual seperti melihat seseorang atau hewan di dalam ruangan Anda.
Di sisi lain, paralisis tidur adalah fenomena serupa di mana Anda tidak dapat bergerak atau berbicara saat Anda baru saja bangun tidur. Terkadang, paralisis tidur ini disertai dengan halusinasi, seperti melihat, mendengar, atau merasakan kehadiran seseorang yang sebenarnya tidak ada.
Penyebab dan Faktor Risiko
Halusinasi tidur dan paralisis tidur bukanlah peristiwa yang terjadi setiap malam. Sebagian besar dari kita hanya akan mengalaminya dari waktu ke waktu. Namun, beberapa faktor atau kondisi yang mendasari dapat membuat pengalaman ini lebih mungkin terjadi.
Kekurangan Tidur
Salah satu faktor yang dapat membuat Anda lebih rentan terhadap halusinasi tidur atau paralisis tidur adalah kekurangan tidur. Jika Anda tidak mendapatkan cukup tidur, terutama tidur REM, tubuh Anda mungkin mencoba menggantinya dengan lebih banyak tidur REM, yang membuat halusinasi atau paralisis lebih mungkin terjadi.
Semakin lama Anda terus kekurangan tidur, semakin besar kemungkinan Anda mengalami pengalaman ini. Cara memperbaikinya adalah dengan menjalani kebiasaan tidur yang sehat, seperti membuat rutinitas tidur yang menenangkan, membatasi penggunaan layar sebelum tidur, dan mencoba untuk selalu tidur dan bangun pada waktu yang sama.
Stres
Situasi stres dalam hidup, seperti penyakit, perubahan dalam hubungan, pindah tempat tinggal, atau masalah dalam pekerjaan, dapat meningkatkan risiko mengalami paralisis tidur atau halusinasi tidur.
Meskipun alasan mengapa stres dapat berperan belum sepenuhnya dipahami, tekanan berat dapat membuat tidur menjadi lebih sulit, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemungkinan mengalami pengalaman ini. Mengelola stres dengan baik dapat membantu meminimalkan risiko.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengadopsi praktik manajemen stres umum seperti meditasi harian, latihan pernapasan, berolahraga secara teratur, jurnal, mencari kelompok dukungan, atau berkonsultasi dengan seorang terapis.
Mengonsumsi Obat Baru
Jika Anda mulai mengalami sensasi kehadiran orang lain saat tidur setelah memulai penggunaan obat-obatan baru, obat tersebut mungkin menjadi penyebabnya.
Beberapa obat resep dapat meningkatkan risiko mengalami halusinasi visual, baik saat siang maupun saat Anda tidur atau bangun tidur. Jika Anda mencurigai bahwa obat baru yang Anda konsumsi memengaruhi tidur Anda, sebaiknya bicarakan dengan dokter Anda. Bersama-sama, Anda dapat mencari solusi seperti beralih ke obat lain atau mengurangi dosis Anda.
Masalah Tidur yang Mendasar
Beberapa gangguan tidur dapat meningkatkan risiko mengalami paralisis tidur atau halusinasi tidur. Salah satu penyebab umum adalah sleep apnea, yang dapat mengganggu tidur Anda dan menyebabkan Anda kekurangan tidur.
Gangguan tidur seperti halusinasi tidur juga dapat menjadi gejala dari penyakit narkolepsi. Jika Anda telah mencoba memperbaiki kebiasaan tidur Anda selama beberapa minggu namun tidak melihat perubahan signifikan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter Anda. Mereka mungkin akan merekomendasikan Anda menjalani studi tidur untuk menguji apakah ada gangguan tidur yang mendasari.
Mengalami Trauma atau PTSD
PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), yang dapat terjadi setelah mengalami peristiwa menakutkan, dikenal karena menyebabkan mimpi buruk. Namun, PTSD juga dapat memengaruhi tidur seseorang dengan berbagai cara, termasuk dengan meningkatkan risiko mengalami paralisis tidur atau halusinasi tidur.
PTSD dapat menyebabkan gejala lain, seperti kilas balik atau kenangan yang tidak diinginkan terkait peristiwa traumatis, stres berat terhadap hal-hal yang mengingatkan Anda pada peristiwa tersebut, merasa mati rasa atau putus asa, dan merasa terputus dari teman, keluarga, atau aktivitas yang dulu Anda nikmati. Kondisi ini bisa diobati dengan psikoterapi dan obat-obatan, jadi jika Anda mengalami gejala, sebaiknya bicarakan dengan dokter atau profesional kesehatan mental Anda.