Mengapa Sulit Mengganti Selimut Masa Kecil Kesayangan yang Kita Miliki dengan yang Baru?
Selimut masa kecil kita yang sudah kumal dan buluk sulit digantikan dengan yang baru dan lebih bagus karena alasan berikut ini.

Sejak kecil, banyak dari kita memiliki sebuah selimut yang sangat kita cintai. Selimut itu bukan hanya sekadar kain yang membungkus tubuh, tetapi menjadi teman setia dalam berbagai momen penting, dari tidur siang hingga menghadapi masa-masa sulit. Namun, saat kita tumbuh dewasa, muncul pertanyaan: mengapa sulit sekali untuk melepaskan selimut masa kecil yang sudah usang, robek, dan penuh kenangan itu? Apakah ini hanya soal nostalgia, atau ada alasan psikologis yang mendalam di baliknya?
Dilansir dari Pop Sugar, berikut alasan mengapa selimut masa kecil bisa begitu sulit untuk diganti, bahkan saat kita sudah dewasa. Berdasarkan wawancara dengan ahli psikologi dan penelitian terkait, kita akan melihat bagaimana benda ini memainkan peran penting dalam memberi rasa aman dan kenyamanan, serta bagaimana kita bisa menilai apakah saatnya untuk melepaskannya.
Selimut Masa Kecil sebagai 'Objek Transisional'
Dalam dunia psikologi, selimut masa kecil sering disebut sebagai "objek transisional". Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Donald Winnicott, seorang psikoanalis terkenal, yang menjelaskan bahwa objek-objek ini berfungsi sebagai penghubung antara anak dan dunia luar. Selimut, boneka, atau mainan lainnya, berperan dalam membantu anak-anak mengatasi perubahan besar dalam hidup mereka, seperti berpisah dengan ibu untuk pertama kalinya atau mulai bersekolah.
Menurut Russell W. Belk, PhD, seorang profesor riset di York University yang meneliti makna kepemilikan benda, "Objek transisional memberikan rasa aman bagi anak-anak yang sedang beradaptasi dengan situasi baru." Selimut yang kita cintai sejak kecil sering kali berfungsi untuk memberi kenyamanan emosional dan stabilitas, terutama pada masa transisi.

Efek Menenangkan dari Sentuhan
Selain sebagai objek transisional, selimut juga memberikan efek menenangkan yang tak kalah penting. Sentuhan adalah salah satu panca indera yang berperan besar dalam menciptakan rasa aman. Menurut Joann Peck, PhD, MBA, seorang profesor pemasaran di University of Wisconsin-Madison, gerakan menyentuh selimut, seperti mengusapnya, dapat meredakan stres dan kecemasan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa sentuhan dapat merangsang peningkatan hormon oksitosin, yang dikenal sebagai hormon cinta dan ikatan sosial. Selimut yang lembut memberikan rasa nyaman melalui teksturnya, yang berfungsi serupa dengan selimut berat (weighted blanket) yang banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan pada orang dewasa. Rasa tenang yang ditimbulkan oleh sentuhan ini membuat selimut masa kecil menjadi benda yang sangat bernilai, bahkan ketika kita sudah dewasa.
Bau yang Menghubungkan Kenangan
Tidak hanya sentuhan, bau juga memainkan peran penting dalam mengikat kenangan kita dengan selimut masa kecil. Bau adalah salah satu indera yang paling kuat dalam memicu ingatan. Selimut kita mungkin menyimpan aroma khas yang mengingatkan kita pada masa kecil, seperti aroma parfum ibu atau bahkan bau obat-obatan ketika kita sakit.
Menurut Dr. Belk, "Selimut masa kecil sering kali menyimpan bau yang membangkitkan kenangan dan memberikan rasa nyaman, baik kenangan baik maupun buruk." Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2022 di jurnal Ambio menunjukkan bahwa bau dapat memengaruhi kenyamanan dan relaksasi seseorang. Oleh karena itu, selimut kita mungkin bukan hanya benda fisik, tetapi juga pembawa kenangan yang memunculkan rasa aman setiap kali kita mendekapnya.

Apakah Mempertahankan Selimut Masa Kecil Itu Bermanfaat?
Jawaban singkatnya adalah ya. Meskipun tampaknya mempertahankan selimut masa kecil bisa dianggap hal yang sepele atau kekanak-kanakan, ternyata ada manfaat psikologis yang signifikan. Menurut Dr. Peck, selimut masa kecil dapat memberikan rasa nyaman yang mirip dengan selimut berat yang banyak digunakan untuk membantu orang dewasa mengatasi kecemasan. Efek menenangkan dari sentuhan dan kenangan yang terkandung di dalamnya bisa membuat kita merasa lebih tenang, terutama pada saat-saat stres atau perubahan besar dalam hidup.
Namun, seperti halnya benda sentimental lainnya, ada kalanya kita perlu mempertimbangkan apakah selimut tersebut masih memberikan manfaat emosional. Jika selimut tersebut masih mampu memberikan kenyamanan dan rasa aman, tidak ada alasan untuk melepaskannya. Tetapi jika selimut tersebut sudah tidak lagi memberi dampak positif, atau jika kita merasa siap untuk melangkah maju, mungkin saatnya untuk melepaskannya. Dr. Peck menekankan, "Perubahan besar dalam hidup, seperti pindah rumah atau memulai babak baru, bisa membawa perasaan bahwa kita telah 'beranjak' dari benda-benda sentimental. Itu adalah hal yang wajar."
Kapan Waktunya Melepaskan Selimut?
Tentu saja, keputusan untuk mempertahankan atau melepaskan selimut masa kecil adalah hak setiap individu. Selimut yang telah menemani kita selama bertahun-tahun tidak hanya sekadar benda, tetapi juga bagian dari identitas dan kenangan kita. Namun, jika selimut tersebut mulai terasa seperti penghalang daripada sumber kenyamanan, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan untuk melepaskannya. Proses melepaskan benda-benda sentimental memang tidak mudah, tetapi penting untuk mendengarkan apa yang dibutuhkan tubuh dan pikiran kita.
Mengganti atau melepaskan selimut masa kecil yang penuh kenangan bukanlah hal yang mudah. Selimut itu lebih dari sekadar kain yang menutupi tubuh; ia adalah pengingat akan masa kecil yang penuh kehangatan dan rasa aman.
Bagi sebagian orang, selimut tersebut memberi kenyamanan emosional yang tak ternilai, terutama pada saat-saat penuh tekanan. Namun, seperti halnya dengan semua benda sentimental, ada waktunya untuk melepaskannya. Yang terpenting adalah memastikan bahwa kita selalu mendengarkan kebutuhan emosional kita dan memberi ruang bagi perubahan yang membawa kedamaian.