Sejarah Penggunaan Guling, Teman Tidur Favorit Masyarakat Indonesia
Guling ternyata memiliki sejarah yang bisa ditarik jauh hingga dari budaya China.
Guling, yang kerap dikenal sebagai "teman tidur" khas Indonesia, telah menjadi bagian penting dari rutinitas tidur di banyak rumah. Namun, sedikit yang mengetahui asal-usul dan sejarah panjang dari bantal berbentuk silinder ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana guling berkembang dari masa ke masa, perannya dalam budaya tidur di Indonesia, serta makna filosofis yang mungkin terkait dengan penggunaannya.
Guling dipercaya berasal dari Asia, khususnya dari kebudayaan Cina, yang memperkenalkan konsep hugging pillow atau bantal peluk. Di Cina, benda serupa dikenal dengan sebutan zhutou (bantal bambu), yang pada awalnya digunakan sebagai alat bantu tidur di musim panas untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dibandingkan bantal biasa.
-
Kenapa guling bermanfaat untuk tidur? Pada dasarnya, tidur dengan guling memang dapat memberikan sejumlah manfaat kesehatan yang signifikan, termasuk mendukung posisi tidur yang nyaman, mengurangi risiko sleep apnea dan refluks asam, serta mengurangi ketegangan pada tulang belakang.
-
Apa manfaat guling untuk posisi tidur? Guling dapat ditempatkan di bawah leher, di antara lutut, atau di sepanjang tubuh untuk mendukung posisi tidur yang alami dan baik buat tubuh. Dengan demikian, guling pun akan sanggup membantu mencegah terjadinya tekanan berlebih pada persendian dan otot, mengurangi risiko terjebak dalam posisi tidur kurang nyaman yang dapat menyebabkan ketegangan otot dan nyeri.
-
Kapan gurindam populer di Indonesia? Puisi lama ini mulai masuk dan terkenal di Indonesia, tepatnya pada masa kerajaan Hindu.
-
Kapan Kain Celugam digunakan sebagai alas duduk? Dalam bagian tradisi budaya setempat, Kain Celugam ini bahkan digunakan sebagai bahan pelapis untuk singgasana Kerajaan Sekala Barak atau disebut Pudak Palsu.
-
Dimana kungkang biasanya tidur? Kungkang hanya bergerak ketika dalam situasi terdesak saja. Seperti karena kebakaran hutan atau ada ancaman predator.
-
Bagaimana guling membantu mencegah sleep apnea? Namun, kondisi ini dapat dicegah dengan memakai guling, yang bekerja dengan menjaga saluran napas tetap terbuka. Dengan meletakkan guling di bawah kepala atau di belakang punggung, posisi tidur yang lebih tegak dapat membantu mencegah penutupan saluran napas yang dapat terjadi saat beristirahat.
Guling yang kita kenal di Indonesia hari ini mungkin telah berevolusi dari benda serupa, di mana bentuk silindernya tetap bertahan sebagai fitur utama. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan iklim tropis di Asia Tenggara, di mana tidur dengan penopang dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman di malam yang panas dan lembap (Yu, 2010).
Seiring berjalannya waktu, guling menjadi lebih populer di Indonesia. Istilah "guling" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti "berputar" atau "berguling". Fungsinya sebagai bantal peluk pun meluas menjadi alat untuk memberikan kenyamanan ekstra selama tidur.
Fungsi dan Makna Filosofis
Secara fungsional, guling memberikan dukungan bagi tubuh saat tidur, membantu menjaga postur yang lebih nyaman dan mengurangi ketegangan pada punggung atau bahu. Penggunaannya juga sering dikaitkan dengan kehangatan dan rasa nyaman, terutama karena banyak orang mengasosiasikan guling dengan pelukan yang menenangkan.
Selain fungsi fisik, guling juga memiliki makna filosofis dan psikologis yang mendalam bagi sebagian orang. Di banyak rumah tangga Indonesia, tidur dengan guling mencerminkan perasaan aman, yang mungkin terkait dengan konsep "teman tidur" atau pendamping di ranjang.
Seorang antropolog, John H. McGroarty, dalam penelitiannya di Asia Tenggara, menjelaskan bahwa guling dapat memberikan perasaan koneksi emosional yang mendalam, terutama bagi mereka yang tidur sendirian. Bantal ini menawarkan kenyamanan psikologis dengan memberikan ilusi bahwa ada seseorang di samping kita.
Guling dalam Budaya Tidur Indonesia
Di Indonesia, guling telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya tidur. Bantal ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-anak. Tidak jarang bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki lebih dari satu guling di tempat tidur, karena fungsinya yang multifungsi dan dapat digunakan oleh seluruh anggota keluarga.
Salah satu aspek yang unik dari budaya tidur di Indonesia adalah persepsi tentang tidur itu sendiri. Tidur di Indonesia seringkali dianggap sebagai aktivitas sosial, di mana keluarga besar terkadang tidur dalam satu ruangan yang sama. Dalam situasi seperti ini, guling berfungsi tidak hanya sebagai bantal, tetapi juga sebagai sekat yang memberikan kenyamanan tambahan.
Dalam beberapa kasus, terutama di daerah pedesaan, guling juga memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual. Ada kepercayaan lokal yang menganggap bahwa guling dapat melindungi dari roh-roh jahat atau memberikan ketenangan selama tidur. Di beberapa wilayah Jawa, terdapat mitos bahwa guling dapat berfungsi sebagai penangkal mimpi buruk jika diletakkan dengan cara tertentu di tempat tidur.
Dalam era modern, guling tidak hanya populer di Indonesia tetapi juga dikenal di negara-negara lain, terutama di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina. Meski tidak sepopuler di Barat, guling mulai mendapatkan perhatian lebih di kalangan orang asing yang tertarik pada budaya tidur di Asia.
Penelitian dari Sleep Foundation mengungkapkan bahwa bantal peluk, termasuk guling, dapat meningkatkan kualitas tidur bagi orang-orang yang memiliki masalah tidur seperti insomnia atau kecemasan.