Menurut Psikolog, Begini Cara Memotivasi Anak untuk Berpuasa Ramadan dengan Ikhlas dan Menyenangkan
Pelajari cara efektif mengajarkan anak berpuasa Ramadan dengan motivasi yang tepat agar mereka melakukannya dengan ikhlas dan penuh semangat.

Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah, di mana umat Islam menjalankan ibadah puasa. Namun, bagi anak-anak, memahami dan menjalankan ibadah ini bisa menjadi tantangan tersendiri. Dilansir dari Antara, psikolog anak dan keluarga Sani B. Hermawan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia membagikan kiat-kiat untuk memotivasi anak dalam menunaikan puasa dengan cara yang menyenangkan. Dalam penjelasannya, Sani menekankan pentingnya pendekatan yang tepat agar anak tidak hanya memahami, tetapi juga merasakan kebahagiaan dalam menjalankan ibadah puasa.
Penting untuk memberikan pemahaman yang tepat kepada anak mengenai puasa. Sani menyarankan agar orang tua menjelaskan konsep puasa dengan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan usia mereka.
"Jelaskan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu lainnya," ungkapnya. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat membuat anak merasa terbebani.
Selain itu, orang tua juga perlu mempertimbangkan kesiapan fisik dan mental anak. Anak-anak usia 3-5 tahun mungkin belum sepenuhnya memahami konsep puasa, sehingga mereka bisa diajak merasakan suasana Ramadan melalui kegiatan seperti sahur dan buka puasa bersama keluarga. Sedangkan anak yang lebih besar, seperti yang duduk di bangku SD, bisa mulai dikenalkan dengan konsep dan makna puasa secara bertahap.
Persiapan dan Pendekatan yang Tepat
Untuk memulai, orang tua sebaiknya tidak langsung meminta anak untuk berpuasa seharian penuh. Sebagai langkah awal, ajak anak untuk berpuasa setengah hari atau beberapa jam. Ini dapat dilakukan secara bertahap, dengan meningkatkan durasi puasa sesuai kemampuan anak.
"Berikan pujian dan dukungan atas usaha mereka, sehingga anak merasa dihargai," tambah Sani.
Selama bulan puasa, orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik. Anak-anak belajar banyak melalui peniruan, sehingga jika orang tua berpuasa dan menunjukkan sikap positif, anak-anak akan lebih termotivasi untuk mengikuti. Selain itu, alihkan perhatian anak dari rasa lapar dan haus dengan mengajaknya melakukan kegiatan positif, seperti bermain, membaca, atau membantu pekerjaan rumah.
Asupan makanan dan minuman juga tidak kalah penting. Pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi saat sahur dan berbuka puasa. Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak, atau berat, dan cukupkan asupan cairan agar anak tetap terhidrasi selama berpuasa.
Dukungan dan Penghargaan untuk Anak
Memberikan dukungan dan motivasi kepada anak adalah hal yang krusial. Sani menyarankan agar orang tua memberikan penghargaan kepada anak yang berhasil berpuasa, misalnya dengan hadiah kecil atau sistem reward.
"Misalnya, anak boleh memilih berhasil setengah hari, nanti dia bisa diberi hadiah berupa uang atau barang yang dia suka," katanya. Namun, Sani menekankan pentingnya kesepakatan di awal agar anak tidak hanya mengandalkan hadiah sebagai motivasi.
Hadiah yang ditawarkan bisa berupa barang yang merangsang kreativitas anak, seperti buku atau mainan. Sani juga menyarankan agar pemberian hadiah dilakukan di akhir, bukan pada hari itu, agar anak tetap termotivasi untuk berpuasa di hari-hari berikutnya.
"Yang penting anak itu dikasih reward karena usahanya, bukan langsung hasilnya," ungkapnya.Namun, orang tua juga harus bersabar dan berempati terhadap anak. Mengajarkan anak berpuasa membutuhkan waktu dan pengertian. Anak-anak mungkin akan merasa lapar dan haus, serta mengeluh. Dalam situasi ini, orang tua perlu bersikap empati dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Hal yang Perlu Dihindari saat Mengajarkan Puasa
Dalam proses mengajarkan anak berpuasa, ada beberapa hal yang perlu dihindari. Pertama, jangan pernah memaksa anak untuk berpuasa jika mereka belum siap. Memaksa anak dapat menimbulkan trauma dan membuat mereka membenci ibadah puasa.
Kedua, hindari membandingkan anak dengan anak lain yang sudah bisa berpuasa. Setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan yang berbeda.
Hukuman juga harus dihindari jika anak tidak berhasil berpuasa. Ingatlah bahwa tujuan utama adalah menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan agar anak termotivasi untuk belajar berpuasa. Berikan pemahaman yang baik tentang nilai-nilai spiritual di balik ibadah puasa agar anak dapat merasakannya dengan sepenuh hati.
Dengan pendekatan yang tepat, bulan puasa dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengajarkan anak berdisiplin serta membangun kebersamaan keluarga. Rutinitas sahur, berbuka puasa, dan shalat berjamaah bersama keluarga diharapkan dapat menumbuhkan semangat anak untuk berpuasa dan memperkuat hubungan di antara anggota keluarga. Dengan demikian, seiring bertambahnya usia, anak-anak akan memiliki motivasi dari dalam diri untuk menunaikan ibadah puasa Ramadan tanpa iming-iming hadiah dari orang tua.